“GODAAN
NAFSU TERLARANG”
WARNING:
cerbung ini akan memuat konten dewasa
Mail, Fizi,
Mei Mei, Jarjit, dan Ehsan saat itu masih mengenakan seragam SMA.
Upin masih menjemput Ipin yang tengah ditangkap polisi di desa
sebelah, jadi mereka tahu ini adalah saat yang tepat.
“Opah!”
panggil mereka di luar rumah. Mereka berlima kemudian menaiki tangga,
sementara Opah meletakkan tampahnya yang tadi dia gunakan untuk
mengayak padi.
“Apa mau
kalian lagi, hah?!” tanyanya sambil berkacak pinggang, “Apa
kalian tak malu memeras wanita tua?!
Fizi
tersenyum sinis, “Justru Opah yang seharusnya malu, menyembunyikan
rahasia semacam ini dari dua cucu nenek sendiri.”
Opah
terdiam, tak mampu membalas.
“Apa mau
kalian lagi? Opah sudah membayar kalian, bukan?” ujar Opah dengan
geram.
“Itu
hanya uang muka. Sekarang berikan kami 100.000 ringgit!” Mail
mengulurkan telapak tangannya, “Sekarang!”
Opah
terkejut, “Mana punya Opah uang sebanyak itu?”
“Jual
rumah Opah, lah!” balas Ehsan, “Rasanya rumah ini terlalu besar
untuk empat orang seperti kalian.”
“Atau
Opah ingin kami memberitahu Upin dan Ipin kebenaran tentang orang tua
mereka?” Mei Mei tersenyum dengan licik.
“Ka ...
kalian semua iblis-iblis kecil ...” Opah mengepalkan tangannya,
“Opah tak mau memberi kalian uang lagi!”
“Apa Opah
tak takut Upin dan Ipin tahu?” Jarjit tampak terkejut.
“Terserah!
Saya akan memberitahukannya pada mereka saat ini juga! Memang terlalu
lama Opah merahasiakan ini, namun sekarang saatnya mereka tahu
kebenarannya.”
Dengan
langkah tegas, Opah bermaksud meninggalkan mereka dan hendak menuruni
tangga, mencari kedua cucunya.
“Tu ...
tunggu!” Fizi berusaha mengejarnya. Tak hanya ia cemas gertakan
mereka tak berhasil dan mereka tak mendapatkan sepeserpun uang, namun
juga ia khawatir akan reaksi Upin dan Ipin. Pasti mereka akan
mengamuk jika tahu kelima temannya telah berusaha memeras nenek
mereka.
“La ...
lalu bagaimana dengan uang kami?” teriak Mei Mei cemas.
“Jangan
katakan pada Upin dan Ipin!” sergah Jarjit.
“HEI,
BERHENTI!!!” seru Mail.
Mereka
berlima berusaha menghentikan Opah, namun naas, tarikan tangan mereka
justru membuat Opah melawan dan akhirnya jatuh ke arah tangga.
Tubuhnya yang sudah renta menghantam anak tangga beberapa kali ketika
ia terguling-guling hingga akhirnya jatuh terbaring di atas tanah.
Mei Mei
menjerit perlahan, sementara keempat temannya yang lain hanya berdiri
di ambang tangga dengan wajah pucat.
“Ba ...
bagaimana ini ... dia tidak bergerak ...” Ehsan gemetar.
“Ki ...
kita harus segera pergi dari sini!” seru Fizi sembari menuruni
tangga. Keempat temannya yang lainnya mengikutinya.
“Apa yang
kalian lakukan di sini?” tiba-tiba Tuk Dalang muncul. Langkah
kelima remaja itupun terhenti.
“HAH!
OPAH!” serunya terkejut.
Tuk Dalang
menjatuhkan rantang berisi makanan yang ia bawa begitu menyaksikan
tubuh Opah tergeletak di depan tangga. Ia segera berusaha memeriksa
tubuhnya, namun ...
“O ...
Opah sudah meninggal ...” Tuk Dalang mendongak ke arah mereka, “A
... apa yang telah kalian lakukan?”
“Ma ...
maafkan kami, Tuk ...” ucap Mail tergagap, “Ka ... kami tak
sengaja ...”
“Iya! Itu
kecelakaan!” jerit Mei Mei.
“Da ...
Datuk harus melaporkannya pada polisi ... Kalian harus bertanggung
jawab!”
“Jangan,
Tuk!” seru Jarjit, “Apa Datuk tak kasihan terhadap kami?”
“Tuk,
tahun depan saya akan masuk ke akademi kepolisian. Tolong jangan
hancurkan masa depan saya ...”pinta Fizi dengan mata memelas,
“Kumohon, ini hanyalah kecelakaan. Ini sama sekali bukan kesalahan
kami!”
***
“Rahasia
itukah yang disampaikan Tuk Dalang pada Ipin sebelum kematiannya?”
Upin tak percaya mendengar pengakuan itu, “Bahwa kalian yang
membunuh Opah?”
“Maafkan
kami!” Mail meringkuk di depan Upin, “Kami benar-benar tak
sengaja melakukannya. Maafkan kami!!!”
“Apa
karena itu juga kalian membunuh Ipin? Karena dia mengkonfrontasi
kalian?!” tuduh Upin.
“Bukan!
Awak harus tahu, bukan kami yang membunuh Ipin!” seru Mail. “Kami
sama sekali tak tahu menahu tentang siapa yang membunuhnya ... UHUK!”
Tiba-tiba
Mail terbatuk dan memuntahkan darah.
“Ma ...
Mail!” seru Upin, ia segera membantunya. Namun tubuh Mail kemudian
kejang-kejang dan memuntahkan lebih banyak darah.
“A ...
awak ...” Mail menuding polisi di depannya, “Awak meracuni saya
...”
“Mail,
bertahanlah!” Upin berusaha mengguncang-guncangkan bahunya, namun
terlambat. Kepalanya keburu terkulai tak bernyawa.
Upin
mendongak menatap Fizi dengan amarah menyala di matanya. Sementara di
depannya, polisi itu dengan santai melempar-lemparkan sebutir pil di
tangannya.
“Sudah
saya duga pil sianida ini akan membungkam mulutnya. Namun saya sama
sekali tak memperkirakan dia masih sempat membocorkan rahasia kami
kepada awak. Memang dasar mulut besar! Seharusnya saya buat racun ini
bekerja lebih cepat!”
“Kenapa
awak melakukan ini, Fizi? Dia sahabat awak!” tatap Upin dengan
geram.
“Dia tak
hanya sahabat saya, Upin ... dia adalah kekasih saya!”
“Apa?”
mata Upin membelalak, “Awak dan Mail ...”
“Ya,
awalnya saya juga tak mempercayainya ketika tiba-tiba ia menyatakan
cinta kepada saya. Saya pikir itu hanya bentuk balas dendamnya
setelah Mei Mei mencampakkannya demi Jarjit. Namun ternyata dia
menikam saya dari belakang! Setelah menjadi kekasihnya, ia meminta
saya untuk menggunakan kedudukan saya sebagai polisi untuk
mempermulus perizinan usahanya. Tapi setelah saya melakukannya
untuknya, ternyata usaha kopi luwaknya hanya kebohongan semata. Awak
tahu apa yang dia jual, Upin?”
Upin tak
mampu menjawab.
“Ganja!
Dia berani menyelundupkan ganja dari negeri tetangga untuk
diselundupkan di kampung ini! Begitu saya tahu, semua sudah
terlambat. Jika saya membuka kedoknya, maka saya-pun akan kecipratan
getahnya. Dia akan memberitahu semua orang tentang hubungan kami dan
reputasi saya bisa hancur!” ucapnya geram, “Begitulah dia
memanfaatkan saya! Begitulah dia memanfaatkan kita semua!”
“Kalian
...” Upin bahkan tak mampu berkata-kata lagi, “Kalian sungguh
berbeda dengan saat kalian masih kecil ...”
“Itu
membuat awak terkejut, kawan? Apa awak masih ingat Cikgu kita?”
tanya Fizi tiba-tiba, mengalihkan pembicaraan. “Cikgu Yasmin sudah
renta dan pensiun menjadi guru. Namun begitu melihat kampung ini
berubah dan anak-anak polos yang dulu dididiknya memilih jalan mereka
masing-masing: Susanti menjadi penari striptis, saya menjadi LGBT,
Mail menjadi pengedar ganja ... awak tahu apa yang beliau lakukan?
Cikgu Yasmin bunuh diri, Upin! Saya tahu karena saya yang menangani
kasusnya. Beliau menyayat lehernya sendiri di dalam rumahnya.
Naasnya, tak ada yang mengetahuinya hingga seminggu, karena semua
anak-anaknya sudah pergi dan meninggalkan dia sebatang kara di
rumahnya.”
Upin
tercekam, terdiam seribu bahasa ketika mengetahui nasib tragis mantan
guru TK-nya itu.
Fizi
tiba-tiba menyunggingkan senyum, “Awak masih ingat ketika kita
masih polos dan bermain bersama di kelas Cikgu? Tidak selamanya
kepolosan kita akan bertahan, Upin. Ketika saatnya tiba, kita akan
tumbuh dewasa dan memilih jalan kita sendiri-sendiri.”
Upin
tercekam “Ta ... tapi kenapa awak membunuh Mei Mei dan yang
lainnya? Kenapa awak juga membunuh Ipin?!”
“Saya
akui, tentu saja saya sangat ingin membunuh saudara kembar awak, si
pecundang itu, lebih dari apapun di dunia ini! Semenjak dulu saya
selalu membencinya! Tak hanya dia pernah menolak cinta saya, dia juga
terus mengejek dan menghina saya karena saya gay ... BOCAH ITU PANTAS
MATI!” bentak Fizi.
Kemudian ia
menenangkan dirinya dan tertawa, “Namun tentu saja bukan saya yang
melakukannya. Mana mau saya mengotori tangan saya dan membahayakan
status dan kedudukan yang sudah saya peroleh dengan susah payah ini
hanya untuk berandalan tengik seperti dia?”
“Bukan
awak?” Upin terkesiap. “Lalu siapa?”
“Entahlah?”
Fizi mengangkat bahunya, “Awak bisa bertanya sendiri pada Ipin
begitu saya mengirim awak ke neraka ...”
Fizi meraih
sarung pistol yang terikat di sabuknya, namun ia terkejut.
“Lho ...
dimana senjata saya?”
Tiba-tiba
saja ...
“DOR!!!”
Suara
tembakan itu memecahkan keheningan malam. Hujan telah reda di luar
sana dan Upin tak menyadari betapa senyapnya malam itu sebelum
akhirnya senjata itu meletus.
Fizi hanya
bisa melongo ketika peluru itu bersarang di kepalanya. Tubuhnya pun
limbung dan jatuh tak bernyawa.
Ketika Fizi
terjatuh, identitas sang pembunuh yang berdiri tepat di belakangnya
pun terungkap.
Pistol yang
teracung di tangan pembunuh itu masih berasap. Asap itu perlahan
mulai menyibak, menampakkan wajahnya yang sesungguhnya.
Upin
tersentak ketika melihatnya.
“Ya
Tuhan ... jangan awak! Saya mohon, jangan awak!!!”
Namun wajah
itu sudah sangat jelas.
Itu adalah
wajah Kak Ros.
TO BE
CONTINUED
Bu ros?
ReplyDeleteAlur ceritanya warbyasah ��
ReplyDeleteNahh kann penbunuhnya lebih dari 1 (cuman bisa nebak ini 🤣)
ReplyDeleteAsli ini cerita bener2 kelam... kelam banget tapi aura misterinya juga berasa. Keep up the good work! ☺
Death list sejauh ini:
ReplyDeleteOpah: Jatuh dari tangga gara2 4 bocah laknat.
Ipin: Ditikam sampai mati.
Ehsan: Mati mengambang di kolam, leher patah.
Mei-Mei: Dipatok sama ular Kobra.
Jarjit: Gantung diri di sel penjara. (?)
Mail: Diracuni sama Fizi.
Fizi: Ditembak sama Kak Ros.
Opah mati gara2 5org..
DeleteThis comment has been removed by the author.
Deletelanjutkan bang ,.
ReplyDeletesalut sih bang sama lw yg tetep konsisten nge'blog disaat nge'vlog sekarang lagi merajalela
sukses terus buat lw bang Dev ,.
Seketika pandangan gw trhadap upin ipin langsung berubah suram
ReplyDeleteIni terinspirasi dari mana bang, pelem munafik?
ReplyDeletebetul sekali
DeleteMunafik? Yg mana ny y bang?
DeleteThis comment has been removed by the author.
Deleteadegan gali kubur tuh
Deletetolong nurul, devi sama fathia dimunculin dong. sekalian sama aris ara, kan mereka satu universe tuh wkwkwk
ReplyDeleteJangan-jangan, rahasia itu...
ReplyDeleteIbunya Upin Ipin sebenernya Kak Ros??? Tapi disembunyiin soalnya hamil diluar nikah dan cowoknya ga mau tanggung jawab? Trus Opah tu beneran neneknya Upin Ipin alias ibunya Kak Ros?
Iya kaya film Holy Mother
DeleteTapi kan waktu Upin Ipn bayi, kak Ros ny masih kecil , terus ad foto mereka sama ortu ny kan..
DeleteDi versi kartun ny gitu sich,, gak tau dah versi bang Dave..
Kampung durian runtuh, akhirnya benar2 'runtuh'
ReplyDeleteFizi sama Mail..??
ReplyDeleteEeww..
gimana dengan angkel Ahtong? Zul, Devi, Nurul, cikgu Melati, Cikgu besar, dan angkel Muthu??? lalu gimana si Sapy? jangan2 dia dah dijadiin sate :'(
ReplyDelete