“DENDAM
TAK SUDAH”
WARNING:
cerbung ini akan memuat konten dewasa
Saudara
kembarnya itu tersenyum.
“Da ...
darimana kau tahu selama ini Ipin ada di sini?” Susanti gemetar.
“Awak
akan melakukan apapun untuk melindungi lelaki yang awak cintai.”
Upin menoleh ke arahnya, “Pada malam pertama saya di sini, awak
mengusir saya. Dan semenjak tadipun, awak juga melarang saya masuk.
Itu semua karena awak tak ingin saya bertemu Ipin, bukan?”
“Kau
memang hebat, Upin.” Ipin bertepuk tangan, “Luar biasa kau bisa
menebaknya. Memang, sebagai saudara yang tumbuh dalam rahim yang
sama, kita juga berbagi pikiran yang sama.”
“Saya tak
sama seperti awak!” ujar Upin geram, “Tumbuh di rahim yang sama,
kata awak? Awak sendiri membunuh saudara kembar kita! Saudara yang
tak pernah saya ketahui keberadaannya! Kenapa?!”
“Dia
sendiri yang muncul di depan pintu kita, mengaku-ngaku sebagai
saudara! Membentak-bentak Kak Ros ... menyebutnya sebagai pelacur!”
bentak Ipin. “Berbeda dengan kita, ia hidup enak di kota. Bahkan di
KL, ia pernah melihatmu. Karena itulah ia mulai menyelidiki tentang
masa lalunya dan menemukan Kak Ros. Apa kau tahu, dia pernah muncul
di depan barakmu, mencarimu, Upin? Namun ia mengatakan bahwa kau tak
mau menemuinya.”
“Apa?”
Upin tersentak, “Yang datang saat itu bukanlah awak?”
“Ia
mengancam akan membeberkan semuanya dan menghancurkan nama baik
keluarga kita! Ia bahkan mengancam akan membuat kita diusir dari
kampung ini sebagai balasan karena ini Kak Ros sudah membuangnya saat
dia masih bayi! Ya, dia tak ada ubahnya dengan Ehsan dan
teman-temannya!”
“Kau ...
kau yang membunuh mereka juga kan? Karena apa yang mereka lakukan
pada Opah?”
“Tak
hanya itu! Semenjak kematian Opah, semua berubah, Upin! Semua mata
memandangku dengan sinis, menyalahkan kematian Opah karena
kenakalanku. Seluruh desa bahkan muak melihatku!”
Upin tak
pernah mata Ipin semarah itu.
“Kau juga
kan?!” Ipin menudingnya, “Karena itu-lah kau pergi; karena kau
juga menyalahkanku atas kematian Opah!!!”
Upin
menelan ludahnya. Ia tidak salah. Upin memang merasakan demikian,
bahkan tega memutuskan tali silaturahmi dengan saudara kembarnya itu.
“Padahal
itu semua kesalahan mereka, bukan kesalahanku! Semua uang yang
dikeluarkan Opah, selama ini kau menganggapnya untuk melunasi semua
hutangku. Padahal, itu semua hanya untuk membungkam mulut kotor
mereka.”
Ipin ganti
tertawa bak psikopat.
“Namun
ternyata mereka tak lebih daripada pengecut. Saat aku membunuh Ehsan,
sama seperti orang yang kau sebut saudara kita itu, dia menangis
memohon seperti seorang pengecut, Ya, mereka sama-sama pengecutnya!
Aku sebenarnya ingin melihat Mei Mei memohon sebelum menemui ajal,
namun sayang aku hanya bisa menyaksikan kematiannya dari jauh. Jarjit
juga ... saat itu aku hendak menghabisinya, namun sayang sekali kau
memergokiku lebih dulu. Sebelum aku bahkan sempat menyentuhnya, ia
malah keburu bunuh diri. Mungkin dia ketakutan karena menganggapku
hantu yang bangkit dari kubur ...”
“Seharusnya
saya tahu sejak awal, hanya awak ... hanya awak yang cocok dengan
profil pembunuh itu ... Perilaku kriminal awak sejak SMA ... awak
memang tak pernah berubah! Semua itu memang sudah mengalir dalam
darah awak, Upin!”
“Namun
paling tidak aku tidak munafik sepertimu! Kau selalu menjadi anak
baik-baik, itulah topeng yang kau kenakan sejak dulu, Upin!” balas
Ipin, “Padahal aku tahu di baliknya, kau menyimpan kebencian ...
iri hati! Aktingmu selama ini membuatku muak!”
“Apa awak
tak tahu?” air mata mulai mengalir kembali di pipi Upin, “Opah
dan Kak Ros menyayangi awak lebih daripada segalanya. Bahkan mungkin
itulah alasan Kak Ros bunuh diri, untuk menutupi kejahatan awak!”
“Tidak!
Aku membenci mereka! Aku membenci mereka karena merahasiakan semua
ini dariku!” teriak Ipin menggila, “Apa kau tak sakit hati, Upin!
Semua rahasia yang mereka sembunyikan dari kita selama ini ...”
“Semua
itu demi kebaikan kita!”
“Papa?”
Tiba-tiba
Udin muncul dari balik pintu sembari menggosok-gosok matanya.
Perhatian semua orang-pun terpecah.
“Udin!”
buru-buru Susanti menyambarnya dan memeluknya.
“Sebaiknya
awak segera bawa dia pergi dari sini, Santi!” ucap Upin sembari
menarik pistol yang selama ini ia sembunyikan.
“A ...
apa yang akan kau lakukan?” jerit Susanti.
“CEPAT
BAWA DIA PERGI!”
Susanti
segera menggendong Udin keluar dari rumah. Tertinggallah Upin dan
Ipin.
“Apa yang
kau lakukan sekarang, Upin?” Ipin tersenyum, sama sekali tak gentar
melihat pistol yang dipegang Upin saat ini.
“Sesuatu
yang seharusnya saya lakukan sejak dulu, Ipin!”
Ia mulai
mengokang senjatanya.
Dan
menembakkannya.
TO BE
CONTINUED
Plot twist : ternyata upin menembak dirinya sendiri ( bundir)
ReplyDeleteYaah, walaupun gw gamau berakhir kaya gitu
kebayang kalo twist nya gitu,, trus ipin ikutan juga 😅
DeleteTrus Susanti yang udah cinta mati membunuh Udin dan ikutan bundir :V Trus fans-fans Susanti juga bundir pas tahu idola mereka mati :V Trus semuanya mati :V
DeletePlis ipin ipin harus berhenti -_-
ReplyDeleteMenurut ku ayah Upin dan Ipin adalah Saleh. Alasan Saleh meninggalkan Ros karena Saleh gay :V
ReplyDeletePlisss bikin endingnya yang plot twist bangett 😁😁😁 gw udah ngikutin nihh dan dah kagum bgt ma ceritanya
ReplyDelete