Wednesday, February 19, 2020

DEADLY PRANKS: LELUCON-LELUCON YANG BERAKIBAT MALAPETAKA


Kesel nggak sih liat model-model prank zaman sekarang, ampe ada yang bikin abang gojek nangis? Nggak manusiawi menurut gue karena zaman dulu, prank, apalagi yang ditayangkan di televisi, nggak akan sekejam ini. Gue masih ingat banget ada acara humor dari Kanada tentang prank beginian, tapi tiap prank-nya justru lucu dan menghibur, bahkan bikin orang yang di-prank itu ketawa-ketawa.

Nah, tiga kasus di bawah ini nggak akan semenghibur itu, justru membawa suasana kelam. Pasalnya, prank-prank di bawah ini berujung maut dan sebenarnya, kematian di tiap kasus bisa dihindari seandainya prank itu tidak dilakukan! Kita memang nggak bisa menduga outcome yang akan kita terima dengan prank yang kita lakukan. Mungkin orang lain menanggapinya dengan canda, atau mungkin tidak.

Kasus-kasus apakah yang akan gue bahas? Ini dia!


1. KASUS JACINTHA SALDANHA, SANG KORBAN 'ROYAL PRANK”


Pada 2 Desember 2012, rakyat Inggris dikejutkan dengan kabar bahagia dari Kate Middleton, istri dari Pangeran William tengah mengandung dan kini tengah dirawat di Rumah Sakit King Edward VII. Kabar ini tentu menarik minat banyak orang, hingga ke Australia. Dua orang DJ (penyiar) sebuah radio di Australia, Mel Greig dan Mike Christian kemudian mendapat inspirasi untuk melancarkan lelucon. Pada 4 Desember 2012, pukul 5.30 pagi, di tengah acara Hot30 Countdown yang mereka bawakan, mereka berdua berniat menelepon rumah sakit dimana Kate dirawat dan berpura-pura menjadi raja dan ratu Inggris.

Mel, penyiar wanita kala itu, berpura-pura menjadi ratu Inggris dan dengan aksen yang dibuat-buat menanyakan kabar mengenai kesehatan menantunya. Telepon kala itu diangkat oleh Jacintha, seorang perawat keturunan India yang bekerja di rumah sakit itu. Celakanya, Jacintha mengira telepon itu benar-benar dari keluarga Inggris dan membeberkan informasi medis rahasia mengenai kondisi Kate dan bayi yang dikandungnya kala itu, setelah ditanya oleh kedua penyiar itu.

Dua DJ itu terkikik geli karena tak menyangka betapa mudahnya sang suster itu tertipu dan menganggapnya hanya sekedar bahan lucu-lucuan saja untuk menghibur para pendengarnya. Namun lelucon konyol itu berubah menjadi mimpi buruk ketika 7 Desember 2012, hanya selang beberapa hari, sang suster yang menjadi korban prank itu ditemukan bunuh diri.

Yap, kisah tragis yang menimpa Jacintha, sang suster asal India itu membuat semua orang terkejut. Bagaimana sebuah lelucon bisa mendorong seseorang untuk mengakhiri hidupnya sendiri?

Bagi dua DJ tersebut, lelucon itu mungkin merupakan candaan ringan, namun tidak bagi Jacintha. Coba bayangkan jika kalian menjadi dirinya, seorang keturunan Asia yang terpaksa bekerja di luar negeri untuk mencari nafkah, satu kesalahan saja bisa membuatnya dideportasi. Apalagi dengan identitasnya sebagai wanita dari ras lain, tentu mau tak mau ia kerap mendapatkan diskriminasi. Sehingga menurut teori gue, ia pastilah mendapat posisi sebagai suster di rumah sakit bergengsi itu dengan susah payah.

Belum lagi ia pasti amat ketakutan karena berurusan dengan Royal Family, bahkan tanpa sengaja membeberkan kondisi kesehatan anggota kerajaan yang seharusnya ia tutup rapat-rapat. Tak pelak, apa yang dilakukannya saat itu tentu membuatnya mendapat sanksi, atau paling tidak omelan dari atasannya di rumah sakit. Ia bahkan bisa saja kehilangan pekerjaannya. Jika itu belum cukup, ia menjadi bahan tertawaan jutaan pendengar radio tersebut.

Yang paling mengejutkan, terkuak fakta lain bahwa Jacintha sendiri bukanlah pribadi dengan kondisi mental yang stabil. Di masa lalunya, ia pernah dua kali mencoba bunuh diri karena depresi berat yang merundungnya.

Alasan yang bertubi-tubi itu akhirnya membuatnya gelap mata dan mengambil jalan pintas dengan mengambil nyawanya sendiri. Kasus bunuh diri itu membuat shock para staf radio tersebut, tak terkecuali Mel dan Mike, dua penyiar yang mengerjai Jacintha kala itu. Mereka berdua meminta maaf dalam video penuh pinta dan tangis. Radio tersebut juga memberi bantuan berupa donasi senilai puluhan ribu euro kepada keluarga yang ditinggalkan.

Permintaan maaf kedua DJ yang prank-nya meminta tumbal nyawa korban

Tak bisa disangkal, kesalahan sepenuhnya terletak di tangan kedua DJ tersebut. Mengapa? Karena dalam sebuah acara prank sekalipun, semestinya pelaku prank tersebut pada akhirnya harus memberitahu korbannya bahwa yang ia alami adalah lelucon semata. Pernahkah kalian menyaksikan acara prank, dimana korbannya sudah marah-marah, tapi akhirnya setelah diberi tahu bahwa itu hanya prank, dia malah ikutan ketawa? Nah, ini tak terjadi pada Jacintha. Dan yang lebih parah, pihak radio menayangkan acara prank itu tanpa persetujuan dan sepengetahuan korbannya sama sekali. Ini jelas adalah “big no no” serta melanggar etika dan sopan santun dalam penyiaran.

Gara-gara prank berujung bencana itu, karir keduanya pun bisa dibilang kandas. Mel, sang DJ wanita kehilangan pekerjaaannya dan mengaku mengalami cyberbullying, bahkan ancaman pembunuhan. Mike masih melanjutkan karirnya sebagai DJ, namun terus-menerus dibayangi kontroversi serta masa lalunya yang kelam. Hal ini mungkin bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk selalu memperlakukan orang dengan baik, karena kita tidak pernah tahu apa yang ia tengah alami.

SUMBER ARTIKEL: Wikipedia


2. KASUS “DING DONG DITCH”, TANTANGAN BERUJUNG MAUT


Jika di kasus di atas, korban prank mengalami nasib naas, maka pada kasus ini justru sebaliknya. Tragedi justru menimpa para pelaku prank ini.

Suatu malam, enam orang remaja melakukan prank yang mereka anggap tidak berbahaya. Namun siapa sangka, ulah iseng mereka justru berbuntut petaka. Bahkan 3 di antaranya menemui nasib naas meregang nyawa di tangah seorang pembunuh. Apa yang salah malam itu?

“Ding Dong Ditch” adalah prank yang sudah dikenal sejak lama (bahkan mungkin kalian pernah memainkannya pas masih kecil dulu). Caranya cukup simpel, kalian tinggal menekan bel tetangga kalian kemudian kabur atau bersembunyi secepat mungkin sebelum pintu rumah dibuka. Akan tetapi, tantangan itu kembali terkenal di kalangan millenials setelah viral di berbagai platform media sosial seperti Tik Tok dan Youtube.

Namun naas, prank sederhana itu kemudian berubah menjadi pembunuhan.

Enam orang remaja California kala itu tengah menginap di rumah salah satu teman mereka. Ketika malam mulai merayap makin larut, mereka mulai bosan, hingga salah satu di antara mereka memutuskan bermain “dare”. Salah satu tantangan malam itu adalah melakukan “ding dong ditch”. Untuk membuatnya lebih seru, mereka memutuskan untuk melakukannya di rumah orang asing yang sama sekali tak mereka kenal, alih-alih kepada tetangga mereka.

Jadilah, mereka berenam berkendara dengan mobil Toyota Prius milik salah satu anak itu. Kemudian, mereka memilih sebuah rumah secara random di tengah malam. Salah satu dari merekapun turun lalu menekan bel, kemudian berlari kembali ke dalam mobil secepat mungkin, mungkin sambil tertawa geli.

Namun apa yang terjadi selanjutnya sama sekali tak pernah mereka sangka sebelumnya.

Pemilik rumah yang mereka prank kala itu bernama Anurag Chandra, seorang pria keturunan India berumur 42 tahun.  Entah apa yang merasukinya kala itu, Anurag sama sekali tidak terima dengan perbuatan mereka. Ia segera masuk ke dalam mobilnya dan mengejar mobil Toyota yang ditumpangi bocah-bocah itu.

Keenam anak di dalam mobil itu mulai ketakutan. Pria itu mengejar mereka hanya untuk satu tujuan.
Membunuh mereka.

Serta-merta, begitu ia berhasil mengejar mobil itu, Anurag menabrakkan mobilnya ke arah mereka hingga mobil anak-anak itu keluar dari jalur dan menabrak sebuah pohon. Akibat dari tabrakan tersebut, tiga penumpang yang masih berumur 16 tahun, yakni Daniel Hawkins, Jacob Ivascu dan Drake Ruiz tewas seketika. Sang pengendara mobil, Sergio Campusano dan dua orang temannya yang lain (yang tidak disebutkan namanya untuk melindungi identitas mereka karena masih dibawah umur) menderita luka-luka, namun selamat.

Tak ada di antara yang menyangka perbuatan sepele mereka malam itu berujung pada kematian tragis. Naasnya lagi, alasan mereka berkumpul saat itu adalah untuk merayakan ulang tahun Jacob, salah satu anak yang tewas pada malam itu.

Kita tidak tahu apa yang merasuki benak Anurag kala itu. Mungkin ia tengah marah pada seseorang atau memiliki beban mental yang hebat, sehingga iapun melampiaskannya pada anak-anak tersebut. Yang jelas, hal ini selayaknya menjadi pembelajaran bagi kita untuk lebih berhati-hati untuk tidak menyinggung orang asing yang tidak kenal, karena kita tidak tahu siapa dia dan apa yang bisa ia perbuat.

SUMBER ARTIKEL: Youtube


3. KASUS INTERSTATE 75, KEISENGAN BRUTAL YANG TAK TERMAAFKAN


Kasus ini menurut gue adalah yang terparah di list ini. Dua kasus di atas memang berbuntut malapetaka tragis, akan tetapi kisah ini berbeda. Dua kisah di atas masihlah diawali dengan kenaifan, dimana mereka tak menduga keisengan mereka berujung pada melayangnya nyawa seseorang. Akan tetapi di kisah ini, jelas sekali bahwa prank itu memang dimaksudkan, atau paling tidak dilandasi ketidakpedulian, bahwa prank ini akan melukai seseorang.

Kenneth White, seorang ayah muda berusia 32 tahun, sedang dalam perjalanan pulang pada 18 Oktober 2017. Ia tak sabar lagi ingin bertemu dengan anak istrinya setelah seharian bekerja keras membanting tulang demi keluarganya itu. Namun naas, ketika mobilnya melewati sebuah jembatan di Interstate 75, sebuah jalan raya yang sudah rutin ia lalui, sebuah  batu seberat hampir 3 kilogram jatuh menimpa mobilnya, memecahkan kaca jendelanya, menghantam kepalanya ...

Dan membunuhnya seketika.

Apa yang terjadi malam itu? Penyelidikan polisi ternyata berujung pada fakta yang mengejutkan, sekaligus memuakkan. Malam itu, lima orang remaja mengumpulkan batu-batu dalam berbagai ukuran (bahkan ada yang seberat 9 kilogram), menaruhnya di belakang mobil pikap mereka, lalu membawanya ke atas sebuah jembatan di Interstate 75 dengan satu tujuan.

Untuk melemparkan batu-batu ke arah mobil yang melintas di bawahnya.

Mereka kala itu mengaku tengah melakukan permainan yang mereka sebut dengan “overpassing” dimana ketika sebuah batu berhasil mengenai mobil sasarannya, sang pelempar akan berseru, “Dinger!” dan menang.

WTF? Challenge macam apa itu???

Kelima tersangka yang masih remaja hanya mampu terdiam ketika mereka dirantai dan maju di depan pengadilan

Umur anak-anak yang melakukan permainan itu, yang berkisar antara 14-16 tahun, awalnya mungkin membuat kita bersimpati. Toh, itu hanya keisengan anak-anak kan? Namun tidak, berbagai bukti menunjukkan bahwa anak-anak itu, walaupun memiliki usia teramat belia, ternyata sama sekali tak memiliki hati.

Contohnya, ketika mereka mengetahui bahwa batu yang mereka lemparkan menyebabkan kecelakaan, mereka justru tak terlihat menyesal, namun malah pergi makan-makan ke McDonalds untuk merayakannya. Bukti kedua terlihat dari hasil percakapan mereka di Snapchat. Histori chat mereka jelas membuktikan bahwa mereka tahu bahwa mereka telah membunuh seseorang malam itu, namun salah seorang dari mereka justru menyarankan untuk “pura-pura tidak tahu”, bahkan masih sempat bercanda satu sama lain. Salah satu anak sempat nge-prank dengan mengatakan bahwa ada mobil polisi berhenti di depan rumahnya untuk menakuti teman-temannya yang lain. Dan yang lebih menjijikkan, ini bukan kali pertamanya mereka melakukan hal terkutuk tersebut. Bahkan sebelumnya, mereka pernah melemparkan sebuah sofa!

Menilik umur mereka yang masih sangat muda, hukum biasanya berlaku “empuk” bagi mereka. Paling banter mereka hanya diganjar 2-3 tahun, itupun di penjara khusus anak-anak. Akan tetapi rupanya kasus ini membuat para penegak hukum menjadi geram, sehingga mereka “mengakalinya”. Kasus ini diulur-ulur hingga cukup lama hingga persidangannya memakan waktu 2 tahun! Sebagai perbandingan, kasus Chris Watts hanya memakan waktu 4 bulan sejak penangkapan hingga hakim menjatuhkan hukuman kepadanya.

Ternyata “akal-akalan” ini bertujuan agar ketika persidangan berlangsung lagi, umur anak-anak itu sudah menginjak usia dewasa (18 tahun) sehingga mereka bisa dijatuhi hukuman seberat-beratnya. Tak tanggung-tanggung, hukuman hingga 20 tahun penjara siap menanti mereka jika mereka terbukti melakukan kejahatan keji tersebut! Wow, kena prank balik nih namanya, yekan yekan?

SUMBER ARTIKEL: Wikipedia, Youtube

14 comments:

  1. ini ni yg gw gak suka dengan prank2an.. kadang yg suka prank itu keterlaluan. kl beneran terjadi kan org gak percaya >,< duh berharap anak jaman skrg jgn pd hibi prank lg.. amit2 dah

    ReplyDelete
  2. Suka banget baca artikelmu bang. Biarpun dibuat list tapi tiap pointnya dijelaskan dengan detail dan jelas.
    Tetap semangat bang :)

    ReplyDelete
  3. Udah jarang yang main prank, sekarang jamannya pada tik tok an hahaha. Sedih juga liatnya tapi setidaknya ga bikin masalah untuk orang lain lah

    ReplyDelete
    Replies
    1. baca artikel gue yg soal pedofil ada tuh yg manfaatin tiktok buat mencari mangsa hehehe

      Delete
  4. Kasus Tysen Benz bang, dia diprank sama ceweknya dan temen2nya bahwa si cewek bunuh diri. Tysen kemudian nyusul bundir beneran.

    ReplyDelete
  5. Mungkin di pikiran orang yang bikin prank itu "lucu" apalagi yang sengaja buat bikin konten dan naikkin viewers buat tujuan promosi. Tapi buat korbannya... Semoga orang yang suka bikin prank sadar kalau bercanda jangan kelewatan

    ReplyDelete
  6. Prank itu bisa jadi bahan bercandaan, tapi kalau kelewatan mah lain lagi ceritanya...

    ReplyDelete
  7. Prank yang lucu cuman naked and funny

    ReplyDelete
  8. Suka bgt sama yg terakhir, suka penegak hukumnya maksudnya

    ReplyDelete
  9. Acara prank yg menghibur di Indonesia juga ad dulu,, acara Spontan..

    & sebener ny prank berujung petaka it udah byk bgt sich kasus ny..
    Untuk list yg ke 3 waktu kata ny melempar sofa gw langsung mikir "niat amat" kenapa gak ngelempar diri lu sendiri aj sekalian..

    ReplyDelete
  10. Kebanyakan prank sekarang setingan sih soalnya takut dipidanakan

    ReplyDelete
  11. Hampir tiap hari anak2 tetangga mencet2 bel lalu kabur,dan aku pernah berpikir ingin membunuh mereka

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh bro jangan dong! Kok psikopat banget sih!

      Saran gue sabar aja dan kasi aja paku di dalem belnya jadi pas dipencet ketusuk atau kalo nggak olesin aja sianida tuh belnya biar mereka tau rasa :)

      Delete