Wednesday, February 19, 2020

KASUS ALEXANDER URTULA DAN INYOUNG YOU: CINTA BERUJUNG PETAKA




Pernah terlibat dalam hubungan yang toxic, dimana alih-alih kalian merasa bahagia dengan pasangan kalian, kalian justru merasa lelah dan terus-menerus “makan hati”? Jika ya, maka gue sangat menyarankan pada kalian untuk segera mengakhiri hubungan tersebut. Jika tidak, maka nasib kalian mungkin akan berakhir seperti kasus ini.

Tanggal 20 Mei 2019 seharusnya menjadi salah satu saat paling membahagiakan bagi  Alexander Urtula, seorang pemuda keturunan Filipina yang bermukim di Amerika. Pada hari itu, seharusnya ia menghadiri upacara wisudanya sendiri di Boston College. Namun keluarganya yang menantinya di aula kampus tersebut mulai bertanya-tanya ketika pemuda itu tak kunjung datang.

Hingga siang mulai menjelang dan sebuah kabar yang menyesakkan pun datang.

Alexander tak pernah datang ke acara itu sebab sebelum pagi itu, ia memutuskan bunuh diri dengan melompat dari atas atap sebuah gedung.

Bunuh diri semestinya bukanlah kasus pidana yang berakhir di pengadilan. Toh, seberapa tragisnya kasus kematiannya, tetap saja pemuda itu sendirilah yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Namun kasus ini rupanya tak semudah yang dibayangkan, bahkan berakhir di meja hijau. Bagaimana bisa?

Dear readers, inilah Dark Case kali ini.

Semenjak kematiannya berkumandang, semua pihak yang mengenal pemuda itu tak pelak mulai bertanya-tanya, mengapa ia mengakhiri hidupnya sendiri? Alexander dikenal sebagai pemuda cerdas yang pandai bersosialisasi. Masa depannya pun terjamin cerah karena ia berhasil mendapat gelar sarjana di salah satu universitas  bergengsi. Selain itu, ia juga memiliki tambatan hati yang amat cantik, seorang gadis keturunan Korea bernama Inyoung You. Sekilas dilihat, kehidupannya terasa sempurna.

Alexander dan kekasihnya dalam kemesraan yang berujung musibah

Semakin diselidiki, semakin fakta-fakta kelam mengenai kehidupannya mulai terkuak bak borok yang terus dikorek. Penyelidikan oleh polisi menemukan hasil mengejutkan. Selama kurang lebih 18 bulan berhubungan, ditemukan lebih dari 75 ribu SMS antara Alexander dengan pacar cantik berdarah Koreanya, Inyoung. Namun ternyata tak semuanya adalah pesan bernada mesra seperti yang biasa kita harapkan dari sepasang kekasih. Justru sebagian besar pesan teks tersebut berisi pesan-pesan seperti, “Bunuh diri saja kamu!”, “Mati sana!” , dan “Dunia ini bakal lebih baik kalau kamu nggak ada!”.

Ya, ternyata selama 1,5 tahun berhubungan, kisah cinta mereka bukanlah kisah romantis bak negeri dongeng. Alexander justru kerap kali mendapatkan “penyiksaan” dari kekasihnya. Bukan melalui fisik, melainkan lewat siksaan verbal dan psikologis. Kata-kata menyakitikan sering dilontarkan oleh Inyoung kepada kekasihnya itu, hingga menyebabkan Alexander jatuh ke dalam depresi berat.

Inilah yang kemudian menyebabkan pemuda malang itu memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri.

Yang mengejutkan, kasus seperti ini bukanlah yang pertama terjadi di Amerika. Pada 2004, seorang pemuda bernama Conrad Roy bunuh diri karena “didorong” oleh kekasihnya sendiri, Michelle Carter yang kala itu masih berusia 17 tahun. Lagi-lagu bukan “didorong” dalam arti fisik, melainkan melalui kata-kata yang kembali mengusulkan, bahkan memaksa, kekasihnya itu bunuh diri karena dianggap “tidak berharga”.

Kasus Inyoung You bukanlah yang pertama. Sebelumnya, wanita bernama Michelle ini melakukan hal yang sama kejinya pada kekasihnya sendiri

Kasus ini mengejutkan publik kala itu. Tak hanya karena usia keduanya yang masih teramat muda, namun juga karena ini membuktikan bahwa cyberbullying tak hanya terjadi di internet ataupun di sekolah saja, seperti sudah dibuktikan oleh banyak kasus. Namun cyberbullying juga ternyata bisa terjadi antara dua insan yang teramat dekat, bahkan sepasang kekasih.

Seperti gue kiaskan tadi, bunuh diri bukanlah sebuah kasus pidana. Pelakunya tak bisa dijerat hukum, bahkan jika selamatpun, sebab justru selayaknya mereka mendapat bimbingan dan bantuan psikologis. Akan tetapi itu tidak berarti orang-orang yang terlibat dengan kasus bunuh diri bisa lepas oleh jerat hukum. Semisal, orang-orang yang membantu proses bunuh diri itu bisa dipidana dengan tuduhan pembunuhan. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang menyebabkannya?

Akibat kasus ini, pemerintah negara bagian Massachusetts tempat peristiwa naas ini terjadi mendaulatkan hukum terbaru yang menyatakan bahwa jika seseorang mendorong orang lain untuk bunuh diri, ia bisa didakwa dengan hukuman maksimal 5 tahun di penjara. Nasib sama pun menunggu Inyoung (yang mungkin hukumannya akan lebih berat karena ia sempat kabur ke tanah kelahirannya, Korea), dimana tahun 2020 ini dia dijadwalkan untuk diadili di pengadiilan.

Namun apa yang sebenarnya terjadi pada Inyoung You dan Michelle Carter ini? Mengapa mereka bisa sekejam itu, apalagi kepada orang yang seharusnya mereka kasihi dengan segenap hati? Jawabannya mungkin karena otak mereka yang masih sangat muda, sehingga mereka nggak bisa memproses bahwa kata-kata menusuk hati yang mereka ucapkan (dalam dalam hal ini, mereka ketik) bisa mendorong seseorang untuk bunuh diri. Mungkin mereka hanya menumpahkan kekesalan mereka, tanpa sadar bahwa apa yang mereka lontarkan bisa mempengaruhi beban mental seseorang.

Lain kali berhati-hatilah dalam mengirim chat atau pesan singkat. Pikirkan dampak dari tiap helai kata dalam pesanmu!

Yang unik, kata-kata bernada kematian yang dilontarkan kedua kekasih laknat itu diungkapkan hanya melalui SMS atau pesan teks lewat media sosial (kalo di sini mungkin Whatsapp ya, tapi gue denger Whatsapp nggak begitu populer di Amrik sana). Sudah banyak ahli yang mengingatkan, bahwa psikologi di balik pesan tertulis seperti itu sangat berbeda dengan percakapan dengan bertatap muka langsung. Melalui SMS atau pesan instan lainnya, banyak yang tidak terlalu memikirkan dampak pesan tersebut ketika mengirimkannya. Alasannya karena orang yang mereka kirimi pesan tidak berada di depan mereka. Sebaliknya, kita pasti akan berpikir dua kali ketika hendak mengatakan sesuatu yang kasar atau jahat kepada orang lain apabila kita berhadapan langsung dengan mereka, karena kita tahu akan menerima konsekuensi langsung.

Ataukah mungkin ada alasan balik di balik cyberbullying yang berakhir memilukan itu? Bahwa kedua gadis itu sejatinya psikopat tak berperasaan?

Entahlah, yang jelas kasus ini selayaknya membuat kita lebih menjaga baik perkataan maupun tulisan kita, baik itu kita lancarkan kepada orang asing atau mereka yang dekat dengan kita. Kita juga tak boleh menyepelekan masalah mental yang dimiliki seseorang, karena kita tidak tahu apa yang tengah mereka hadapi dalam hidupnya. Di sisi lain, jika kita mengalami masalah mental, seperti depresi, atau bahkan terlintas keinginan bunuh diri, selayaknya kita segera mencari bantuan profesional untuk menghindari terjadinya tragedi lebih jauh.

4 comments:

  1. Kalo diliat dari Drakor dan wrbtoon, kebanyakan orang Korea, (jelas disini bukan semuanya ya) suka bersumpah serapah, sedangkan Urtula mengan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belum selesai ngetik akutu kayul, udah bener aja lu

      Etp intinya bener sih xixi

      Delete
  2. Pelajaran hidup jangan TERLALU mencintai 100% kepada yg kita sayangi karena semua yg di dunia ini hanya TITIPAN, hanya kepada sang pencipta lah kita boleh 100%.

    ReplyDelete