Saturday, January 29, 2022

KASUS MISTERI MENGHILANGNYA BRIAN SHAFFER YANG MENGINGKARI NALAR DAN LOGIKA

Brian Shaffer adalah seorang mahasiswa kedokteran di Ohio State University di Amerika. Pada malam hari 31 Maret 2006, Brian pergi berpesta bersama teman-temannya. Namun ia kemudian terpisah dari mereka dan teman-temannyapun mengira dia telah pulang. Akan tetapi, itulah kala terakhir keberadaan Brian tercium. Pemuda itu tak pernah lagi terlihat atau terdengar keberadaannya semenjak itu. 

Namun di sinilah letak keanehannya. Kamera CCTV di pintu masuk bar memperlihatkannya tengah berbicara dengan dua wanita sebelum akhirnya masuk kembali ke bar. Tak ada bukti bahwa dia meninggalkan bar itu.

Hilangnya Brian sangat membingungkan pihak penyelidik karena tidak ada pintu masuk atau keluar lain dari bar tersebut. Dengan kata lain, ia seolah menguar lenyap secara tiba-tiba di dalam gedung tersebut. Ada banyak teori yang berusaha menjelaskan dengan logis apa yang terjadi di balik menghilangnya Brian, satu teori bahkan melibatkan seorang pembunuh berantai misterius. 

Brian Shaffer lahir pada 1979 dan memulai studinya di Fakultas Kedokteran pada tahun 2004. Baru dua tahun berkuliah, ia dirundung duka ketika ibunya meninggal karena kanker darah. Teman-teman Shaffer sendiri mengaku bahwa Brian terlihat amat suliit menerima kematian ibunda yang begitu dicintainya tersebut.

Selama kuliah di sekolah kedokteran, pemuda yang bermasa depan cerah itukisah  terlibat asmara dengan mahasiswi kedokteran lain, bernama Alexis. Bahkan Brian dikatakan berencana melamarnya pada saat liburan musim semi pada April 2006 di Miami. Lokasi tropis seperti Miami amatlah menarik bagi Shaffer sebab dia menyukai gaya hidup santai. Bahkan ia mengatakan kepada teman-temannya apabila ia tak menjadi dokter, ia ingin membuat  sebuah band musik di sana.

Pada tanggal 31 Maret 2006, hanya beberapa hari sebelum liburan musim panasnya, Randy dan ayahnya Randy pergi makan malam. Sang ayah sama sekali tak tahu, itulah kala terakhir ia melihat putranya. 

Pada pukul 9 malam, Brian bertemu dengan seorang temannya di sebuah bar dekat kampus di Columbus. Brian menelepon kekasihnya, Alexis yang kala berada di rumah keluarganya di Toledo. Brian mengingatkannya akan liburan mereka ke Miami yang akan dijadwalkan beberapa hari lagi. Malam itu Brian dan teman-temannya lanjut asyik berpesta.

Namun ketika malam semakin larut, Brian terpisah dari teman-temannya. Ketika bar akan tutup pada jam 2 pagi, mereka berusaha menemukan Brian dan berulang kali memanggilnya. Karena tak kunjung menemukannya, mereka mengira Brian telah kembali ke apartemennya tanpa memberi tahu mereka. Ayahnya kemudian mencoba meneleponnya, tetapi tidak ada menjawab. 

Pada hari Senin pagi, dia ketinggalan penerbangan ke Miami yang telah dia dan kekasihnya jadwalkan jauh sebelumnya. Tentu saja Brian takkan melewatkan haribesar tersebut begitu saja, terlebih lagi ia hendak melamar kekasihnya di sana. Curiga telah terjadi sesuatu yang tidak beres, teman-teman dan keluarga Brian kemudian melaporkannya hilang ke polisi.

Polisi mulai mencari Brian di Ugly Tuna Saloona, bar tempat dia terakhir terlihat. Kebetulan wilayah dekat kampus tersebut memang memiliki tingkat kejahatan yang tinggi, sehingga demi alasan keamanan, pihak bar telah memasang kamera CCTV. Polisi segera meninjau rekaman tersebut yang menunjukkan Brian dan teman-temannya masuk ke pintu bar ketika mereka. Sekitar pukul 1:55 pagi, Brian terlihat di luar bar tengah berbincang-bincang dengan dua orang gadis. Setelah keduanya pergi, Brian terlihat masuk kembali. Kamera tidak pernah merekam kepergiannya setelah itu, bahkan setelah bar itu tutup.

Saat  masuk itulah Brian terakhir kali dia terlihat.

Namun masalahnya, pintu dengan CCTV itu adalah satu-satunya pintu masuk sekaligus pintu keluar dari bar itu. Lalu kemanakah ia lenyap, jika ia memang tak pernah meninggalkan tempat itu. Bahkan ketika polisi memeriksa CCTV di sekujur kota Columbus dimana Brian menghilang, rekaman kamera-kamera di sekitar bar tersebut tak dapat menjelaskan bagaimana Brian bisa meninggalkan bar tanpa terlihat.

Ada satu teori bahwa pelaku di balik lenyapnya Brian ini adalah dirinya sendiri. Ada kemungkinan bahwa Brian bisa saja mengganti pakaiannya di bar lalu mengenakan topi sembari menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya dari kamera CCTV.  Apartemen Brian sendiri terlihat tak tersentuh, membuktikan ia tak pernah kembali. Bahkan mobilnya masih terparkir dengan rapi di luar bar dimana ia menghilang. Kondisi di dalamnya pun masih rapi, ta ada sedikitpun jejak-jejak kejahatan di sana.

Teori polisi bahwa Brian sendiri menjadi dalang dibalik kasus ini sekilas cukup masuk akal. Mengingat ibunya baru saja meninggal, mungkin saja ia masih berduka sehingga memutuskan pergi, mungkin untuk memulai hidup baru. Apalagi ia sempat mengutarakan pada teman-temannya, bahwa apabila ia tak menjadi dokter, ia ingin tinggal di lokasi tropis seperti Miami dan bermain musik.

Teori itu memang terdengar bisa dinalar oleh pihak kepolisian, tapi semua orang yang mengenal Brian secara pribadi langsung menampik teori mentah-mentah. Memang benar Brian amat terpukul atas kematian ibundanya, namun ia masih memiliki seorang ayah dan tak terbayangkan jika Brian tega membuat ayahnya menderita dengan tiba-tiba menghilang seperti itu. Ditambah lagi, ia memiliki seorang kekasih yang amat dicintainya, bahkan akan dinikahinya.

Bagaimana dengan dua wanita yang terlihat berbicara dengan Brian sebelum ia lenyap? Polisi berhasil menemukan mereka, namun ketika diinterogasi, polisi berkesimpulan bahwa mereka sama sekali tak ada hubungannya dengan lenyapnya san calon dokter tersebut.

Alexis, sang (mantan) kekasih Brian seolah tak mampu move on semenjak pria yang dicintainya itu menghilang. Bahkan etiap malam sebelum tidur, Alexis tak pernah lelah untuk berhenti mencoba menelepon Brian, berharap suatu saat pria itu akan menjawabnya. Biasanya semua panggilan itu akan masuk ke voicemail, tapi suatu malam di bulan September, hal yang aneh terjadi.

Telepon tersebut berdering tiga kali, pertanda bahwa telepon tersebut dinyalakan. Ingat, Brian membawa serta telepon genggamnya tersebut saat menghilang dan polisipun tak pernah berhasil menemukannya.

Kesaksian Alexis mengenai hal itu amatlah miris, "Saya terus menelepon untuk mendengarnya karena itu adalah salah satu suara terbaik yang pernah saya dengar, bahkan jika tidak ada yang mengangkatnya". Cingular, penyedia layanan telepon yang digunakan Brian bahwa “ping” dari telepon tersebut terdeteksi di menara seluler di Hilliard, 23 km dari kota Columbus, dimana Brian menghilang. Namun mereka juga tak menampik kemungkinan deringan telepon tersebut adalah “glitch” atau kesalahan dari komputer mereka.

Walaupun polisi menerima banyak petunjuk, namun tidak ada satupun yang membuahkan terobosan berarti dalam kasus ini. Pada konser grup musik “Pearl Jam” di Cincinnati, penyanyi utamanya yakni Eddie Vedder meluangkan waktu di sela-sela lagu-lagunya untuk meminta bantuan para penggemarnya apabila mereka pernah mendengar keberadaan Brian, mengungat dulu Brian adalah fans berat mereka. 

Randy Shaffer, ayah dari Brian yang baru saja dirundung duka karena kematian istrinya, kini juga harus bersedih atas menghilangnya sang putra. Bahkan saking putus asanya, ia kemudian meminta jasa seorang paranormal yang mengabarkan berita buruk, bahwa tubuh anaknya kini berada di air dekat dermaga. Dia dan Derek, adik Brian, bersama dengan beberapa warga lain yang tertarik dengan kasus menghilangnya Brian, kemudian menghabiskan waktu mereka untuk mencari tubuh Brian di sepanjang sungai yang mengalir melalui kota Columbus

Ramalan ini bisa saja meleset, namun menimbulkan sebuah ketertarikan polisi. Pasalnya, ini membuat polisi mempertimbangkan sebuah teori aneh, yakni bahwa Brian adalah korban seorang pembunuh berantai misterius yang hingga kini berlum terungkap identitasnya.

Pembunuh itu dijuluki sang “Smiley Face”.

Keberadaan “Smiley Face” sendiri cukuplah kontroversial, sebab julukan itu diberikan bagi pelaku pembunuhan-pembunuhan tak terpecahkan dimana sang korban ditemukan di dekat sebuah tanda coret-coretan “smiley face” yang mungkin adalah ciri khas sang pembunuh. Teori keberadaan sang “Smiley Face” ini sempat ditampik para pemerhati kasus investigasi, sebab “smiley face” merupakan simbol yang cukup mudah digambar dan bisa ditemukan di mana saja, entah dicorat-coret di pohon, batu, atau dinding, sehingga bisa saja penemuan mayat di lokasi tersebut hanyalah kebetulan belaka.

Namun apa yang membuat Brian diduga menjadi korban “Smiley Face” juga jika tubuhnya belumlah ditemukan? Pasalnya, semua korban “Smiley Face” (jika pembunuh ini benar-benar ada) memiliki satu ciri khas lain, yakni mereka senantiasa ditemukan tak bernyawa di badan air.

Tapi jika benar Brian adalah korban seorang pembunuh berantai misterius, lagi-lagi tersisa satu pertanyaan. Bagaimana sang pembunuhnya membawa keluar Brian tanpa terlihat CCTV melalui satu-satunya jalan keluar dari bar tersebut?

Plot twist lain kemudian terjadi beberapa tahun kemudian. Pada September 2008, tragedi lain menguar. Kala itu Randy, ayah Brian, tengah membersihkan puing-puing rumahnya di Baltimore yang baru saja dirusak badai. Tiba-tiba saja, hembusan angin kencang meniup sebuah cabang pohon yang kemudian jatuh menimpanya. Randy-pun tewas seketika.

Namun di sinilah keanehan muncul. Setelah berita kematiannya dimuat secara online, sebuah buku belasungkawa-pun diposting dimana setiap orang bebas menuliskan ucapak duka cita mereka pada keluarga Randy. Namun yang aneh, salah satu tanda tangan di dalamnya bertuliskan, "Untuk Ayah, love, Brian (Kepulauan Virgin, AS)". 

Pesan misterius ini seakan mengisyaratkan bahwa Brian benar telah kabur untuk memulai kehidupan baru di tempat lain. Namun setelah diselidiki lebih lanjut, catatan itu ternyata diposting dari sebuah komputer yang bisa diakses oleh umum di sebuah perpustakaan tak jauh dari sana. Polisi menganggap bahwa ini hanyalah prank belaka.

Entah apa yang terjadi dengan Randy Shaffer, namun kasus menghilangnya mengingatkan publik pada kasus lenyapnya Corrie McKeague di Suffolk, Inggris yang ceritanya hampir mirip. Pada 24 September 2016 sebelum ia menghilang, Corrie yang tengah mabuk berat terakhir terlihat di rekaman CCTV memasuki sebuah gang buntu. Namun lagi-lagi, sama seperti kasus Brian Shaffer, ia tak pernah keluar dari gang tersebut dan lenyap bak ditelan bumi.

Tapi berbeda dengan kasus Brian, paling tidak ada teori logis yang bisa menerangkan lenyapnya sang pemuda. Kala itu di dalam gang dimana Corrie menghilang, terdapat sejumlah tempat sampah. Nah, ada kemungkinan Corrie terjatuh ke salah satu bak sampah itu (silakan browsing ya bak sampahnya Inggris ama Amrik, gede-gede loh) dan secara tak sengaja terangkut oleh truk sampah. 

Salah satu buktinya adalah sinyal ponselnya yang terlacak di sepanjang rute antara gang dimana ia menghilang dan sebuah tempat pembuangan sampah. Polisi juga menemukan bahwa truk sampah yang melewati rute tersebut biasanya hanya membawa beban 15 kilogram, namun pada hari kejadian, truk tersebut memiliki bobot yang jauh lebih besar, yakni lebih dari 100 kilogram.

Namun tentu sulit untuk mengklarifikasi keberadaan Corrie. Kemudian ia sudah meninggal terendam dalam sampah, bahkan yang lebih mengerikan lagi, sudah hancur di tempat pembuangan sampah tersebut, hingga amatlah sulit untuk menemukan tubuhnya. Akan tetapi tentu, ada dugaan lain bahwa Corrie sesungguhnya dibunuh. Pasalnya, Corrie berkerja sebagai sniper bagi militer Inggris sehingga ada kemungkinan seseorang yang dendam dengannya menghabisinya di gang itu dan membuat kematiannya seolah-olah kecelakaan.

Apakah itu juga yang terjadi di balik lenyapnya Brian. Entahlah, mungkin hanya ia yang tahu.


ARTIKEL INI DIPERSEMBAHKAN BUAT PARA PENDUKUNG KARYAKARSA SETIA GUE BULANG DESEMBER INI:

Radinda

Ananda Nur Fathur Rohman Prast

Junwesdy Sinaga

DAN TERIMA KASIH SEBESAR-BESARNYA BUAT SEMUA PENDUKUNG KARYAKARSA BULAN JANUARI INI:

Jesica Audrey Tarigan, Latif Hidayah, Riani Azhafa, Louis Adrian, Dyah Ayu Andita Kumala, Lydia Pransiska, Tanti Patria Putri, Rahmayanisma, Agatha Miriam, Nadia Hayyu Furuhita, Sharnila Ilha, Maryati Ningsih, Alief Rahmansyah, Maulii Za, Nang Fahri, Ciepha Ummi, Yoonji Min, Popy Saputri, Keny Leon, Millennio Salsabil, Silmi Nabila, Elliot Beilschmidt, Rivandy, Fitriani, dan Adhitya Sucipto.


3 comments:

  1. Pakai namanya satu aja kali bang..

    Brian ya Brian
    Shaffer ya Shaffer

    Lalu siapa pula itu Randy???????

    ReplyDelete
  2. Jadi ke ingat sebuah acara di RTV judulnya Turn Back Crime. Di awal mulai nya acara selalu dikatakan: Tiada kasus yang sempurna.

    Mungkin pendapat gw, di Indonesia ini kejahatannya terus terbilang level Bocah. Yang dimana pelaku kejahatan mudah skali tertangkap. beda dengan di Eropa.

    ReplyDelete