Alkisah suatu hari aku dihubungi ama kakak tingkatku yang kebetulan juga kerja di Jakarta, “Vid, mau ikut ke nikahannya Mbak Lia (kakak tingkatku dulu), di TMII.” Kebetulan karena aku juga pas nggak ada acara, akupun menyanggupi. Sekalian bisa jalan2 liat TMII hehehe soalnya selama setengah taon aku di Jakarta aku belum pernah masuk ke sana. Pernikahan temenku itu ternyata dilakukan di Gereja Santa Katarina yang terletak di dalam kompleks TMII.
Inilah sekilas gereja Santa Katarina yang mengambil nama dari Santa Katarina dari Siena, orang suci terkenal dari Italia. Bangunannya sih dari luar kelihatan besar, tapi dari dalam ternyata tak begitu luas, inilah interiornya.
Oya di TMII ini emang sengaja dibangun tempat2 ibadah secara berdampingan. Ada gereja Kristen Protestan, Katolik, di sampingnya pas ada masjid dan wihara. Semula aku pikir bangunan2 ini cuma stage alias panggung yang ditata seperti layaknya rumah2 adat di anjungan provinsi. Kalo masjid sih aku percaya masih bisa dibuat sholat oleh para pengunjung TMII. Namun kalo gereja ama wiharanya?
Ternyata dugaanku meleset. Gereja ini ternyata masih digunakan beribadah, walaupun misanya cuma diadakan sekali pas hari Minggu (kupikir karena jumlah umatnya yang sedikit). Tapi baguslah kalo gereja ini bukan hanya bangunan simbol semata, namun gereja yang “hidup dan bernafas”. Namun bingung juga, ini gereja paroki apa bukan ya? Terus kalo ada kegiatan seperti latihan koor, kegiatan Wanita Katolik, Mudika (Muda-Mudi Katolik), persekutuan doa, katekumen, dan lain-lain...apa gereja ini masih bisa digunakan? Yang lebih bikin penasaran lagi, apa umatnya harus membayar tiket masuk TMII ya?
Hanya itulah sekilas tentang Gereja Santa Katarina di TMII yang bisa kuceritakan. Namun bukan itu saja pengalaman menarikku hari itu. Saat resepsi, ternyata ada upacara adat Batak, termasuk pemberian ulos (soalnya temenku yang nikah itu salah satunya keturunan Batak). Unik juga melihatnya, soalnya ada musik khas Batak dan keluarga mempelai sepertinya larut dalam tarian dan musik tradisional mereka yang unik.
Wah beruntung sekali aku bisa punya pengalaman menikmati upacara adat Batak seperti ini, nggak usah jauh2 ke Sumatra Utara. Menurutku setiap daerah memiliki keistimewaan adatnya sendiri2 yang perlu dihargai. Yap, keanekaragaman inilah yang menjadi modal kekayaan bangsa kita karena negara kita ini dibangun atas dasar perbedaan dan diperlukan sikap saling menghormati dan menghargai terhadap perbedaan2 itu. Another thing that I learn today. Xixixixixi berat banget ya?
NB: Happy wedding to my sis Miss Lia, moga2 langgeng ya ampe jadi kakek nenek hehehe….
No comments:
Post a Comment