*Teman2 seperjalanku kali ini dengan pose mereka masing2, dari kanan ke kiri: pose sok cuek, pose camera face, pose emang cuek*
Di postinganku terdahulu aku pernah bercerita pengalamanku di gereja Santa Katarina di TMII. Nah semenjak pengalaman pertamaku mengunjungi Taman Mini itu, akupun mengajak teman2 baikku sekantor maen ke sana. Itung2 perpisahan juga soalnya salah satu temanku mau resign dari kantor kami. Akhirnya kami berempat (which is really a blend, 1 Jawa, 2 Batak, 1 Sunda serta 2 Katolik, 1 Protestan, dan 1 Muslim) mengunjungi Taman Mini sebagai memori terakhir sebelum takdir membawa kami terserak menelusuri jalan nasib yang berbeda2 *cailah bahasanya*
Kami berempat ditugaskan di kantor yang berbeda. Aku ama temanku yang mau perpisahan di Jakarta sementara dua temenku yang lain ditugaskan di Tangerang. Nah, dua temanku dari Tangerang sengaja menginap di Jakarta semalam sebelum berangkat. Malam itu aku yang berperan sebagai koordinator acara jalan2 itu bilang ama temanku yang mau resign.
“Bro, besok kita bangun jam 6 ya. Jangan kesiangan! Kita berangkatnya pagi2 biar nggak panas dan buswaynya nggak penuh.”
Kata temanku, “Oke...oke...”
Paginya, emang bener temenku itu subuh2 udah bangun dan mandi. Parahnya, aku dan dua temanku yang nyuruh2 bangun pagi malah baru bangun jam 8 hahahaha.
Aku tau pikiran kalian:
*Najong dah punya temen model beginian*
Untunglah bangun kesiangan tak merusak acara jalan2 kami. Kami langsung berangkat ke halte Harmoni untuk kemudian transfer ke busway jurusan PGC. Lalu kami transfer lagi di halte BNN menuju halte Taman Mini Garuda. Di sana kami naik angkot warna merah yang langsung membawa kami ke gerbang TMII. Semula kami hendak turun di gerbang 1, namun ada suami istri (yang kayaknya sering kesini) menyarankan turun di gerbang 3 saja, soalnya jalannya nggak jauh. Kami menuruti sarannya dan emang, kami cuma jalan sebentar, dibandingin gerbang utama yang jauh dan panas pula. Di sana kami berempat sudah punya target berbeda-beda:
Aku: Foto2 buat kenang2an ama dipajang di facebook ama diposting di blog
Dua temenku yang orang Batak: Pokoknya *harus* ke anjungan rumah adat Sumatra Utara!!!
Temenku yang mau pisahan: Ngikut ajah *padahal kami ngerancang acara jalan2 ini buat dia, tapi malahan kami bertiga yang keasikan sendiri hahaha*
Pemandangan pertama yang kami lihat di TMII adalah warung mencurigakan ini. Kami menduga ini adalah satu2nya kedai drive thru yang menawarkan menu soto ayam dan baso. Langsung aku dicekam *hmmmmm moment*
Terus kami melihat juga wahana aneh ini.
Permainan 5 dimensi? Padahal setahuku dalam ilmu fisika dimensi itu cuma ada 3. Jangan lebay deh kakaaaak.
Di dalam TMII kami langsung bingung mau kemana (kecuali 2 temenku yang udah bertekad ke anjungan Sumatra Utara). Aku langsung *glek* ketika tiga temenku itu mengusulkan masuk wahana Rumah Hantu yang sudah ada papan penunjuknya (soalnya paling atut masuk2 begituan hehehe). Tapi begitu ngeliat tempatnya (ada suara kuntilanak cekakakan dari dalam), malah justru aku yang jadi excited dan ketiga temanku itu jadi najis2 gimana gitu.
“Kayaknya rumah hantunya lucu deh, bukan serem.”
Tapi yah tetap karena 1: 3 aku kalah dan kami nggak jadi masuk ke sana. Kami lalu memutuskan untuk mengunjungi museum, namun bingung mau masuk museum mana. Akhirnya ada satu museum yang menarik perhatian. Bukan karena nama, bentuk bangunan, ataupun isi koleksinya yang menarik kami, namun karena adanya tulisan:
Ternyata museum itu Museum Penerangan. Aku pikir isinya pasti *Orde Baru banget* dan penuh propaganda. Tapi ternyata isinya mirip sejarah telekomunikasi dan pertelevisian Indonesia. Ada alat2 komunikasi kuno kayak gramafon, terus alat2 cetak buat press, alat2 siaran televisi, dan yang paling membuatku tertarik: sejarah perfilman Indonesia.
Ada banyak foto2 dari film2 kuno Indonesia yang pastinya bermutu dan berbobot (walaupun masih hitam putih). Aku jadi miris jika membandingkannya dengan film2 Indonesia sekarang yang teknnologinya udah maju tapi isinya kebanyakan tidak bermutu. Kayak film ini, judulnya “Alang Alang” dan katanya adalah Tarzan asli Indonesia.
Lalu ini penyiar TVRI tempo doeloe yang bernama Nyonya Salamun. Buset deh cantik banget.
Aku jadi pengen ngerasain kehidupan zaman dulu dimana cewek2nya masih pake kebaya kemana2 (nggak kayak zaman sekarang, pake hot pants). Pasti unik ya. Dan serunya ngeliat foto2 lama ini kayak membuat kita kembali ke masa lalu. Ini beberapa foto pegelaran musik di TVRI (Dashyat tempo doeloe kali ya, sebelum ada *alay invasion*).
Aku lupa judul film ini, tapi katanya sih “The Three Stoges” ala Indonesia gitu, kayak film komedi ala Charlie Chaplin. Hmmm...Indonesia punya juga ya yang kayak gitu.
Ini dari sinetron “Kartini”. Hmmm...jadi pengen liat, sinetronnya model2 Jang Geum gitu kali ya, cuma cewek2nya pake kebaya hehehe.
Ada juga foto2 artis zaman dulu kayak Trio Warkop DKI, Suzanna, dan artis bernama Titien Sumarni yang walaupun namanya agak “tradisional” tapi gaya fotonya bak artis wanita Shanghai gitu (ikonik banget fotonya, sayang nggak sempet kufoto). Selain itu juga foto beberapa pahlawan, seperti Sayuti Melik yang mengetik naskah proklamasi dan Bung Tomo yang beraksi di dalam ruang siaran.
Kami naek ke atas dan melihat beberapa koleksi foto di sana. Ada foto2 para menteri penerangan (sekarang berganti nama menjadi menteri telekomunikasi dan informatika). Still remember him?
Ada lagi yang menarik perhatianku, yaitu foto mantan presiden kita Soeharto (piye kabare bro????) dan keluarganya. Ya ampuuuun, anak2nya Pak Harto masih unyu2 banget, kayak personil boyband gitu hehehe.
Foto ini juga menarik perhatianku, yaitu film “Tiga Dara” yang masih hitam putih dan konon sukses besar. Ada Mieke Wijaya juga lho pas muda, cuma nggak tau yang mana.
Setelah puas menikmati *kegratisan* museum Penerangan, kami lalu berganti ke rumah adat Sumatra Utara *dalam benak dua temanku “Finally!”* Tapi rumah adat Batak ternyata cukup impressive, kaget juga pas ngeliatnya.
Kami lalu beranjak melanjutkan perjalanan dan melihat ironi ini.
Kasihan banget Dinna dan Wishnu, undangan pernikahan kalian ditempel di gerobak sampah kayak gitu. Aku sebagai insan Tuhan hanya bisa mendoakan pernikahan kalian selalu langgeng ....
Ekspresi pembaca: “Nih anak jauh2 ke TMII cuma motret gerobak sampah???”
Kami lalu mampir ke museum transportasi. Gara2nya aku ngeliat ada helikopter ama pesawat terbang di sana. Aslinya ketiga temenku itu agak enggan, namun dengan mata berkaca-kaca aku lalu berkata,
“Ayooolah masuk dong Pak, aku kan seumur-umur belum pernah naek pesawat terbang.”
Ketiga temenku langsung, “WOOOOOT????”
Akhirnya kami berempat masuk (gara2 temen2ku kasian ama aku dan takut kalo aku nangis2 ampe gulung2 di tanah). Akupun memuaskan diri melihat berbagai koleksi di sana, seperti masuk ke dalam badan pesawat (akhirnya masuk pesawat jugaaaaa....oya bayar tiket masuk museum 2000 dan biaya masuk pesawat 3000). Aku melihat palka ini di badan pesawat. Sumpah aku nggak pengen tahu apa yang terjadi jika kita membukanya (lavatory = kamar mandi).
Di sana juga ada koleksi keren lainnya, kayak helikopter SAR ama kereta tua bertuliskan “Merdeka atau Mati”. Bagian dalam gedung museumnya juga lumayan keren. Yang menarik perhatianku adalah armada pertama DAMRI tahun 1945, yakni sebuah ....
*taksi zaman baheula*
Hampir sampai di gerbang keluar, kami melihat spanduk iklan ini ...
Ya ampun, Nicholas Saputra aja buang sampah di tempatnya hehehe. Masa kita kalah?
Setelah capek muter2 nggak jelas di TMII (hampir ketabrak kereta juga, salah sendiri jalan di tengah rel *kirain udah nggak dipake hehehe*), kamipun balik lewat gerbang 3. Pak satpam menyarankan kami menyeberang jalan dan naek angkot merah ke arah Tamini Square. Setibanya di Tamini Square, akhirnya kami menemukan tempat yang familiar buat anak2 muda kayak kami,
MALL!
Yes...langsung deh kami makan2 di KFC dan itulah puncak acara perpisahan kami, bukan di TMII tadi. Tau gini kenapa nggak langsung kesini aja ya dari tadi hehehe.
*Dasar anak2 muda yang nggak bisa menghargai budaya bangsa*
mau ke TMII
ReplyDeletekok ga ke rumah keong?
aish.. dasar hemat banget deh T.T
Asli gw pernah kerja d museum penerangan,waktu itu servis atap ( kuli).n tidur d bedeng d sblah museum n tiap mlm ga bs tidur asli bnyk bngt mahluk gaibnya. Patung" n reflika ambulance yg d dlm museum bunyi.klo ga prcaya coba tanya pa satpam n lo rasain sndiri horornye..
ReplyDeleteitu salah satunya saya loh...
ReplyDelete