Mendengar kata Harmoni, mungkin kalian akan teringat dengan halte busway-nya (which is truly representation of hell on earth!). Namun jauh sebelum itu, Harmoni menyimpan sejarah yang sangat panjang. Wilayah ini dulunya adalah pusat perniagaan sekaligus pemukiman orang Prancis. Namun sayang, sejarah yang sangat berharga itu ternyata sengaja dilunturkan oleh bangsa kita sendiri. Sebab banyak bangunan bersejarah di sini telah dirubuhkan dan kita hanya bisa melihat sisa2nya saja.
Konon, di Harmoni orang2 Belanda atau Prancis bisa membeli kue, sepatu, tas, dan baju2 terbaru yang mengikuti mode terbaru dari Prancis. Maka dari itulah, di sini diletakkan patung Hermes yang merupakan dewa perdagangan jembatan Harmoni pada 1905. Namun kini yang terlihat di sana hanyalah replikanya saja. Patung yang asli kini diamankan di Museum Sejarah Jakarta di Kota Tua.
Pada masa kolonial, terdapat bangunan Harmonie Societiet yang dibangun pada 1810 sangat terkenal kala itu sebagai gedung tempat berkumpul para aristrokat Belanda. Namun kini bangunan itu lenyap tak berbekas setelah dirubuhkan untuk lapangan parkir Sekretariat Negara.
Letak Harmoni ini sangatlah strategis, sebab berdekatan dengan lapangan Gambir (sekarang Monas) yang dulu memiliki sebutan yang romantis, yakni Champs de Mars dan hotel des Indes yang menjadi tempat ditandatanganinya perjanjian Roem Royen. Sayang hotel yang dulu kemewahannya disejajarkan oleh Hotel Raffles di Singapura ini juga lenyap tak berbekas beserta sejarahnya.
Bila kita berjalan lurus ke arah timur (sekitar 2 halte busway lagi, di halte Juanda), kita akan bertemu dengan kawasan Masjid Istiqlal (dulu Taman Wilhemina) dan Gereja Katedral. Tak jauh, terdapat Kantor Pos, Gedung Kesenian Jakarta, dan Pasar Baru. Nah, kita juga akan menemui bagian Istana Negara (berdekatan dengan gedung Sekretariat Negara) yang sangat vintage dengan gaya Romawinya yang kental. Aku sih sudah biasa lihat gedung ini dalam perjalanan ke katedral tiap Minggu pagi dengan busway. Namun begitu melihat dengan mata kepalaku langsung saat berjalan di depannya, aku langsung terperangah. Dari depan bangunan ini amat megah dan indah, apalagi dengan patung Hercules dan pagar berbalut warna emas di depannya.
Yang unik lagi, di kanan kiri gerbang terdapat dua niche (relung) dimana ada penjaga militer yang berjaga di sini (mirip penjaga Istana Inggris). Namun saat aku datang, hanya ada satu penjaga di sana. Gara2 penjaga yang bertampang sangar itu, akupun mengurungkan niatku memfoto bangunan itu (takut sih). Padahal bangunannya keren sekali, ini sekilas bangunannya (tak se-impresif jika dilihat dari bagian tepat depannya) dari balik pagar.
Jika kita menyeberang, tepat di depannya kita akan menemukan sekolah Santa Maria yang bangunannya masih awet bergaya Belanda.
Ada juga gedung tua ini yang bagian depannya sudah dimodernisasi (dan merusak keindahannya), namun bagian sampingnya masih menyisakan arsitektur aslinya. Aku sih menduga dulu ini kafe atau restoran, soalnya ketika lewat di depannya, berasa seperti aku melewati kafe2 pinggir jalan yang ada di Belanda atau Prancis sana.
Salah satu bangunan tua yang tampak menonjol di Harmoni adalah gedung bank BTN yang bergaya art-deco ini.
Sayang pas aku hendak memfotonya lebih dekat, aku ditegur oleh satpamnya. Katanya kudu minta izin terlebih dahulu. Wah, memang aku dengar kalau kita dilarang memfoto bangunan2 pemerintah (takut kalau kita teroris atau perampok mungkin yang sedang meneliti rancangan bangunan tersebut). Untung saja aku tidak jadi memfoto Istana Negara tadi, bisa panjang urusannya nanti hehehe.
Tak jauh dari gedung ini sebenarnya terdapat satu lagi gedung tua yang masih terjaga keasliannya, yaitu gedung yang sekilas sih aku pikir sebuah bank, namun ternyata adalah kantor Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Gedung ini terdapat tepat di depan jembatan penyeberangan.
Nah, itulah sekilas yang bisa kuceritakan tentang kawasan Harmoni di Jakarta. Sayang beberapa bangunan bersejarah di Harmoni kini telah hilang. Namun tetap ada sejarah yang masih bisa kita pelajari di Harmoni ini. Dan sudah tugas kita sebagai generasi muda untuk menjaga sejarah yang masih tersisa tersebut.
No comments:
Post a Comment