Wednesday, December 4, 2024

INDONESIAN COLD CASE (3): KASUS AKSEYNA; MISTERI YANG TAK KUNJUNG SIRNA

Hello guys! Ini adalah sekelumit artikel tentang sejarah Indonesia yang gue tulis di Karyakarsa. Jika kalian ingin membaca lebih banyak artikel seperti ini, ikuti saja link di bawah ini ya (atau masuk saja ke halaman utamanya lalu pilih “Karya”, lalu geser ke kanan dan pilih “Misteri Nusantara”.

https://karyakarsa.com/dave.cahyo/posts?tag=Misteri%20Nusantara

Sebagai tambahan, ini adalah bagian dari trilogi INDONESIAN COLD CASE atau kasus-kasus tak terpecahkan di Indonesia yang gue muat Agustus 2023 lalu. Jika kalian ingin membaca kasus lainnya, silakan saja langganan Karyakarsa gue (paket manapun) dan search judul trilogi di atas. Kasus ini juga gue bagi menjadi dua bagian, untuk membaca lanjutannya, silakan gabung di Karyakarsa gue, ok? :D

Salah satu kasus cold case “terbaru” adalah kasus tak terpecahkan dari kematian Akseyna Ahad Dori, seorang mahasiswa Universitas Indonesia yang ditemukan tenggelam di Danau UI pada 2015 silam. Kasus ini hingga kini belum meneui titik terang, bahkan berujung pada teori konspirasi ketika kematian lain terjadi. Seperti apakah kasus yang pernah mengguncang Indonesia ini dan akankah suatu saat misteri ini akan terjawab?

Pada Kamis tanggal 26 Maret 2015 pukul sembilan pagi, seorang mahasiswa UI bernama Roni menemukan kejutan mengerikan di Danau Kenanga yang terletak di wilayah kompleks kampus. Di sana,   sesosok jenazah tanpa identitas mengambang di danau tersebut. Yang lebih mencolok lagi, jenazah juga menyandang sebuah tas ransel di punggungnya.

Mayat misterius itu tentu saja dilaporkan ke kepolisian, namun merekapun kesulitan untuk menyibak misteri di balik identitas jenazah itu. Melalui proses otopsi di RS Polri Kramat Jati, ditemukan fakta bahwa jenazah tersebut sudah berusia selama dua hari, dilihat dari pembusukan yang menghasilkan gas di tubuh mayat tersebut yang kemudian membuatnya mengapung.

Tim forensik juga menemukan penyebab kematiannya. Di dalam paru-parunya ditemukan air dan pasir, pertanda pasti bahwa sang korban meninggal karena tenggelam. Namun anehnya, di dalam ranselnya terdapat lima buah batu paving block dengan berat total mencapai 14 kilogram. Logika polisi kala itu menyiratkan bahwa tak hanya korban meninggal karena tenggelam, namun ia “sengaja” melakukannya. Dengan kata lain, ia diduga bunuh diri.

Namun pertanyaan terakhir masih menggelitik nalar mereka. Siapa mayat pemuda ini sebenarnya?

Sementara di tempat lain, pertanyaan ini akan terjawab di tangan dua orang: seorang pemuda yang mencari temannya dan seorang ayah yang mencari anaknya.

Di tempat lain, seorang ayah amat merindukan anaknya setelah empat hari tak mendengar sedikitpun kabar darinya. Ia pun berinisiatif untuk datang ke kampusnya di Universitas Indonesia untuk menyelidiki dimana keberadaannya.  Anaknya adalah seorang pemuda bermasa depan gemilang bernama lengkap Akseyna Ahad Dori, yang biasa dipanggil dengan nama akrab “Ace”. Ia lahir di Yogyakarta pada 2 Juni 1996. Tak heran memang bagaimana Ace bisa masuk ke sebuah kampus yang amat bergengsi seperti UI. Semenjak kecil, Ace memang dikenal berprestasi dan menjuarai berbagai lomba Olimpiade biologi nasional. Tak heran, selulus SMA, Ace memutuskan masuk ke jurusan Biologi Fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan).

Namun baru dua tahun berselang masuk di kampus itu, misteri pun menggentayangi, memupuskan impiannya untuk melanjutkan pendidikan tingginya.

Di waktu yang sama, namun di lokasi yang berbeda, seorang pemuda Jibril mendatangi Wisma Widya, tempat kos Akseyna, untuk mencari sahabatnya itu. Namun begitu kamar kosnya yang terkunci dibuka, tak ada siapapun di sana dan yang lebih anehnya lagi, kamarnya dalam kondisi berantakan. Ketika merapikannya, Jibril menemukan sebuah surat misterius. Secarik kertas itu bertuliskan pesan dalam bahasa Inggris berbunyi:

"Will not return for eternity, please don't search for existence, my apologies for everything".


Setelah mendatangi kantor polisi dan tak mendapat kejelasan, ayah Akseyna kemudian mendatangi kampus dimana anaknya kuliah. Tanpa sengaja, di sana rupanya sudah mahasiswa teman-teman Akseyna yang memberikan surat “mencurigakan” yang ditemukan oleh Jibril di kamar kosan Akseyna setelah ia menghilang.

Barulah, surat itu menjawab misteri siapa identitas jenazah misterius yang ditemukan di danau tersebut.  Mayat tersebut kemudian diidentifikasi sebagai Akseyna Ahad Dori. Walaupun sudah dalam kondisi yang hampir tak bisa dikenali lagi, namun ayah mana yang akan melupakan anaknya?

Sayang, sudah empat hari lebih berlalu setelah kematiannya sehingga tak banyak barang bukti yang tersisa. Apapun sisa jejak yang mampu mengungkapkan misteri di balik kematian Ace, sudah jelas tak bermakna lagi, sebab sudah terlalu banyak orang (termasuk teman-teman Ace sendiri) yang masuk ke kamar kosnya, bahkan membereskan barang-barangnya.

Pada tanggal 31 Maret 2015, jenazah Akseyna akhirnya dibawa pulang kembali ke Yogyakarta dan dimakamkan di sana.

Dengan “bantuan” surat misterius yang dipercaya sebagai surat wasiat yang ditulis oleh Akseyna tersebut, tentu mudah untuk mengambil kesimpulan bahwa ia tewas karena bunuh diri, atas kemauannya sendiri. Namun tentu jika misteri kematian Ace bisa dipecahkan semudah itu, gue nggak akan memasukkan ke dalam deretan “cold case” Indonesia kali ini. Lalu misteri apakah yang masih menggentayanginya?

Pertama, sangat diragukan jika Ace benar-benar mengakhiri hidupnya sendiri. Memang, korban seolah memiliki motif “sempurna” mengapa ia nekad melakukannya. Akseyna rupanya sempat mengikuti Olimpiade yang diselenggarakan oleh Pertamina, namun kalah. Hal tersebut dicurigai membuatnya depresi berat hingga nilai IPK-nya menurun. Menurut “logika” lagi, lima buah paving block sengaja ia masukkan ke dalam ranselnya sebagai pemberat agar tubuhnya bisa tenggelam. Namun, masuk akalkah logika ini?

Pertama, danau Kenanga adalah danau buatan untuk rekreasi di wilayah kampus UI. Bisa ditebak, ukurannya pun dangkal. Lagipula, masuk akalkah ia memutuskan berjalan dengan bobot 15 kg di punggungnya sebelum bunuh diri? Kedua, polisi menyimpulkan bahwa paving block di dalam ransel milik Akseyna berasal dari masjid Universitas Indonesia. Jarak dari masjid Universitas Indonesia ke Danau Kenanga adalah sekitar dua kilometer. Lalu apa? Ia menempuh jarak sejauh itu dengan berjalan kaki sambil membawa paving block seberat seperempat berat tubuhnya ke sana?

Yang lebih mencurigakan lagi, ditemukan luka-luka memar di tubuh Akseyna yang memang sih, bisa jadi diakibatkan tubuhnya tak sengaja terbentur ketika ia tenggelam. Namun beberapa luka itu tak wajar (terutama di bagian wajah) dan bisa jadi disebabkan oleh pukulan atau hantaman benda tumpul.  Tak hanya itu, bagian belakang sepatu yang dikenakan korban juga rusak, yang bisa jadi pertanda bahwa dia diseret seseorang sebelum meninggal.

Sebagai pamungkas, hal yang amat, amat, amat mencurigakan adalah sepatu yang dikenakannya bukan sepatunya sendiri, karena size-nya berbeda.

Akan lebih masuk akal (bagi pecinta misteri seperti gue) bahwa kematian Akseyna adalah pembunuhan dan sang pelaku, demi menghilangkan jejaknya, menenggelamkan Ace ke dalam danau dengan tas berisi bebatuan sebagai pemberat. Namun skenario inipun amatlah mengerikan, sebab perlu kita ingat ada air dan pasir ditemukan di dalam paru-paru korban dan hal ini takkan terjadi apabila korban tewas sebelum ditenggelamkan. Dengan kata lain, Ace masih hidup ketika sang pelaku memutuskan untuk menenggelamkannya.

Lalu bagaimana dengan surat wasiat yang katanya ditinggalkan oleh Akseyna? Bukankah itu adalah bukti konkret bahwa ia bunuh diri? Perlu kita ingat bahwa surat itu ditulis dalam bahasa Inggris. Walaupun gue yakin Ace amatlah jago berbahasa Inggris, namun hal itu tetaplah aneh jika ia memang meninggalkannya untuk keluarganya. Tulisannya pun amat “cryptic” untuk sebuah surat yang sepatutnya jelas dan mengena apabila memang ditujukan sebagai pesan terakhirnya.

Jika memang benar Ace dibunuh, maka yang lebih mencurigakan adalah, pembunuhan ini (termasuk usaha menyingkirkan jenazah Ace) tak bisa dilakukan oleh satu orang saja. Minimal paling tidak aksi ini membutuhkan dua orang. Kesimpulan ini ditarik mengingat danau di kawasan UI itu cukup ramai dikunjungi mahasiswa yang ingin memancing. Jika memang jenazahnya sengaja dibuang ke sana, paling tidak ada satu orang yang bertugas mengawasi keadaan, sementara yang lain menenggelamkan tubuhnya. Belum lagi untuk mengangkat tubuh Ace yang sudah ditambah dengan bobot dari paving block di tasnya diperlukan lebih dari satu orang. Jadi apakah pembunuhan ini adalah sebuah konspirasi?

Teori yang lebih “edan” menyatakan sang pelaku adalah mahasiswa UI sendiri. Bagaimana bisa? Rupanya sang pelaku diduga telah awam benar dengan lingkungan di Universitas Indonesia, termasuk danau Kenanga. Pelaku tahu benar dimana lokasi danau, waktu paling sempurna agar tak meninggalkan jejak (serta saksi mata), hingga titik-titik sepi yang tidak terekam oleh CCTV.

“Drama” kematian Akseyna menjadi makin rumit ketika beberapa bulan setelah kematiannya, tertanggal 11 Juli 2015, tiba-tiba akun Twitter-nya aktif dan mencuitkan pesan misterius yang juga disikuti dengan kematian seorang wartawati misterius. Apakah yang sesungguhnya terjadi?



BERSAMBUNG

Silakan baca lanjutannya di:

https://karyakarsa.com/dave.cahyo/indonesian-cold-case-3-kasus-akseyna-misteri-yang-tak-kunjung-sirna

No comments:

Post a Comment