Monday, July 29, 2019

KASUS MONALISA PEREZ DAN PEDRO RUIZ: YOUTUBERS GONE WRONG


Salam psikopat!

Kali ini gue akan membahas peristiwa kelam yang menimpa para youtubers. Well, mendengar nama “youtubers” pasti akan muncul kesan tentang anak-anak muda pembuat konten yang kreatif dan juga tajir, semisal Kimi Hime yang viral banget berkat kemampuannya bermain game yang mumpuni dan mengundang decak kagum (ehm). Kali ini gue akan mencoba membahas sisi gelap YouTube, yakni kadang demi mengatasnamakan kepopuleran, mereka tak segan (dan tanpa berpikir) mencoba melakukan aksi-aksi berbahaya yang mereka harapkan viral. Namun, justru yang viral adalah nasib sial mereka sendiri. Salah satu kasus yang ingin gue angkat adalah tentang seorang youtubers bernama Pedro Ruiz yang menemui ajal di tangan kekasihnya sendiri.

Pembaca, inilah bedah kasus kali ini.

Monalisa Perez dan Pedro Ruiz adalah sepasang youtubers asal Amrik yang kebelet viral. Mereka adalah sepasang kekasih muda, Monalisa baru berumur 19 tahun dan Pedro 22 tahun. Namun Monalisa tengah mengandung anak kedua mereka. Monalisa telah memiliki channel youtube bernama "La Monalisa" yang berisi vlog tentang kehidupannya sebagai seorang ibu. Namun Pedro berambisi memiliki akun youtube-nya sendiri yang berisi aksi-aksi "gila" dan berbahaya yang ia harap menjadi viral. Maka ia pun melakukan “shooting” video pertamanya, literally.


Pedro benar-benar akan menggunakan senjata api untuk menembak dirinya sendiri dalam video yang ia harapkan viral itu. Idenya terdengar bodoh, tapi ia sama sekali nggak main-main. Bahkan dalam videonya, ia menggunakan sebuah pistol "Desert Eagle" yang bukan sebuah pistol biasa. Senjata ini memiliki ukuran peluru yang jauh lebih besar ketimbang pistol pada umumnya. Ia membandingkan panjang peluru Desert Eagle tersebut sama dengan diameter sebuah jam G-Shock. Ia bahkan menggambarkan senjata tersebut bukan sebagai pistol melainkan "meriam".

Ide cemerlangnya untuk membuat video pertamanya meraup jutaan viewers adalah dengan meletakkan sebuah buku di depan dadanya, sementara pacarnya, Monalisa, menembaknya dengan pistol tersebut. Ia berpikir bahwa buku tebal itu dapat menghentikan terjangan peluru tersebut. Yup, nothing could go wrong, right?


Seperti bisa kita tebak, ketika aksi itu dilakukan, semua perhitungan itu salah. Peluru itu langsung menembus buku itu, menembak jantungnya, dan iapun tewas seketika.

Monalisa segera menelepon 911, namun segalanya sudah terlambat. Nyawa Pedro tentu tak bisa lagi diselamatkan setelah peluru itu menerjang dadanya. Nyamannya bagi polisi dan pihak pengadilan, semua kejadian itu terekam dalam kamera. Monalisa dihukum 180 hari penjara atas tuduhan "second degree manslaughter". Videonya sendiri banyak beredar di youtube, salah satunya adalah video berdurasi 9 menit yang hanya berisi pengantar dari dua pasangan tersebut sebelum kejadian penembakan berlangsung. Tentu saja, sesuai kebijakan youtube, video lengkap berisi adegan penembakan itu dilarang beredar, jadi kalian hanya bisa melihat potongannya saja alias momen-momen sebelum tragedi penembakan itu terjadi.


Tapi dari sekelumit video itu, gue sudah bisa menyimpulkan apa yang terjadi. Mereka berdua adalah anak muda yang kebelet tenar. Pedro sendiri terlihat tak terlalu cerdas, terbata-bata dan harus mengulangi perkataannya hingga tiga kali (atau mungkin karena grogi, beberapa bahkan mengatakan opini yang lebih kejam dengan menyatakan bahwa Pedro sedang “mabok” saat mencanangkan video ini). Dan yang membuat para penonton yakin bahwa ia sama sekali tak bisa berpikir adalah kenyataan bahwa ia tak mencoba dulu apakah pistol itu benar-benar bisa menembus buku tersebut atau tidak. Tapi walaupun tanpa mencoba, akal sehat manusiapun pasti mengerti bahwa mustahil buku setebal apapun bisa menghentikan laju peluru. Logikanya, jika buku bisa sekuat itu, kenapa tentara nggak memakai kamus saja sebagai perisai saat pergi berperang?

Dari komen-komen yang ada, tak ada satupun netizen yang bersimpati terhadap kematiannya (tentu saja, tipikal netizen masa kini). Gue sendiri ingin bersimpati paling nggak terhadap Monalisa. Tak terbayang penyesalan yang ia rasakan setelah menembak ayah dari dua anaknya sendiri. Namun ketika melihat kehidupan Monalisa kini, gue juga merasa sulit untuk bersimpati kepadanya. Why, you ask? Well, gue akan menjelaskannya.


Gue tahu kita harus bisa move on dari mantan kita, namun gue cukup kaget melihat channel YouTube La Monalisa ternyata masih ada, bahkan memiliki 41 ribu subscriber. Pengadilan memang melarangnya meraup keuntungan apapun dari video “youtube challenge gone wrong” itu, termasuk dari buku atau cerita apapun yang ditulisnya atas pengalaman itu. Namun itu tak membuat Monalisa ragu memanfaatkan ketenarannya. Vlognya masih berjalan dan yang lebih penting lagi, ia kini sudah memiliki pacar baru, hanya berselang beberapa bulan setelah kematian kekasihnya sendiri di tangannya.

Jika ada satu hal yang bisa kita petik dari kejadian ini, yakni buku hanya memiliki satu fungsi: untuk dibaca! Dan itulah yang seharusnya lebih sering dilakukan generasi muda saat ini.

4 comments:

  1. Kaya pernah baca. Apa di blog ini juga ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berarti pernah baca OA MBP di Line hehehe soalnya pernah dimuat di sana. Sayang udah ga aktif lagi :(

      Delete
    2. Sama rasanya aku baca di sini, tp mungkin sekilas aja jd kurang menelisik

      Delete
  2. Tunggu. Bukannya si Monalisa dihukum penjara 180 hari alias sekitar 6 bulan? Dan dia udah punya pacar baru beberapa bulan setelah Pedro mati, berarti keluar penjara langsung nggebet cowok baru dong?
    Pantes susah mo simpati ama dia -_-

    ReplyDelete