Monday, July 29, 2019

UPIN IPIN: THE DARKEST SECRET - BAB 1


MASA LALU YANG KELAM”



WARNING: Cerbung ini akan memuat konten dewasa

Kereta dari Kuala Lumpur itu bergerak menembus senja yang mulai menggelayut. Serpihan cahaya mulai meremang ditelan pegunungan, tenggelam, sementara pepohonan yang merambatinya hanya meninggalkan jejak siluet yang memudar. Warna lembayung tua mulai larut dan digantikan oleh gelapnya malam yang merangkak naik ke langit.

Sudah lima tahun lebih sejak Upin meninggalkan kampung ini. Seperti apakah tempat ini sekarang? Apakah banyak yang berubah?

Yang jelas, tempat ini takkan sama lagi.

Tidak semenjak ia kehilangan Ipin untuk selamanya.

***

Upin kembali ke baraknya, sementara rekan-rekannya seangkatan masih berlari mengelilingi lapangan seusai apel pagi. Ia dipanggil ke sana karena atasannya memanggilnya.

Apakah Pak Cik memanggil Saya?” tanyanya dengan logat Melayu yang kental. Dalam hati ia merasa cemas. Apa ia membuat kesalahan? Apa ini tentang latihan militer di hutan Borneo beberapa bulan lalu? Apa performanya tak cukup bagus?

Seorang kolonel yang sudah mendampinginya sejak ia pertama masuk menjadi bintara menatapnya dalam-dalam. Ia tahu ada yang tidak beres ketika atasannya itu hanya terdiam.

Upin, kurasa awak harus kembali ke kampung halaman awak.”

Kenapa, Pak Cik? Apa saya berbuat kesalahan?”

Bukan masalah itu,” ia terlihat berat mengucapkannya, “Ini tentang saudara kembar awak.”

Ipin? Ada apa dengannya?”
***

Hujan mulai turun ketika Upin mulai melangkah keluar dari stasiun. Masih jelas terbayang di benaknya saat kolonelnya memberitahukan tentang berita duka itu.

Beliau hanya memperlihatkan sebuah artikel di koran. Tentang sebuah pembunuhan misterius yang terjadi di Kampung Durian Runtuh. Kampung halamannya itu hanyalah sebuah desa biasa yang tak pernah menarik perhatian sebelumnya. Namun, tiba-tiba perhatian seluruh negeri tertuju kepadanya.

Kalian harus mengerti, tak banyak kejadian kriminal yang terjadi di Malaysia. Negeri ini damai, tak banyak kejahatan terjadi di negeri ini, tak seperti negara tetangganya, Indonesia. Maka ketika seorang pemuda ditemukan dengan puluhan luka tusuk dan mayatnya dibiarkan teronggok begitu saja di tepi hutan, kabar itu menjadi berita nasional.

Namun bagi Upin, berita ini lebih menyentaknya ketimbang siapapun.

Sebab korban itu, pemuda yang dibunuh itu, adalah saudara kembarnya.

Ia adalah Ipin.
***

Suara derap langkah kuda yang menarik delman itu menyusup di tengah kegelapan malam. Upin mulai merindukan bau tanah yang menyeruak ketika rintikan hujan menderanya. Bau ini hampir tak pernah diciumnya semenjak ia pindah ke Kuala Lumpur, dimana setiap jengkal tanahnya telah tertutup aspal dan beton. Karena itu, Upin memutuskan untuk menyesapnya dalam-dalam, seakan-akan itu adalah nafas terakhirnya.

Delman itu berhenti di sebuah rumah sederhana. Upin memberikan uang lebih kepada pengendaranya yang sudah tua renta serta menolak kembaliannya. Pemuda itu membiarkan rambut plontosnya terkena air hujan sebelum akhirnya ia berlari menuju pintu depan.

Tok tok tok.” ketuknya. Tak butuh waktu lama untuk pintu kayu itu membuka, didorong dari dalam oleh seorang wanita berumur paruh baya.

Kak Ros?”

Mata wanita itu membelalak. Dibukanya pintu itu lebar-lebar dan segera dipeluknya pemuda di hadapannya.

U ... Upin ...” ia menangis di dalam dekapan pemuda itu.
***

Kak Ros memasakkan nasi opor yang baunya menguar dari dapur hingga ke ruang tamu. Upin duduk di sana, memandangi foto-foto keluarga mereka yang terpajang di dinding. Ia tersenyum melihat foto ketika ia dan Ipin masuk ke TK untuk pertama kali. Lalu foto mereka waktu SD, SMP, dan akhirnya SMA.

Mata Upin terdiam memandang foto senyum terakhir mereka sebelum akhirnya mereka berpisah dan memilih jalan mereka sendiri.

Awak yakin tak mau Kak Ros masakkan ayam goreng?” wanita itu membawakan sepiring nasi dan lauk lalu meletakkannya di atas meja. “Bukankah dulu awak sangat menyukainya?"

Jangan!” jawabnya sembari duduk di atas kursi rotan, “Itu hanya akan mengingatkan saya pada Ipin. Itu adalah makanan favoritnya.”

Upin mendelik sedikit ke arah kakaknya ketika ia menuang kuah opor ke atas nasinya.

Kakak tidak makan?” tanyanya.

Kak Ros menggeleng, “Kakak tak selera makan. Tidak semenjak ...”

Terdengar isakan pelan, namun wanita itu tetap berusaha agar tangisannya tak pecah.

Upin juga merasa tak berselera makan. Ia memandang rumah kontrakan kecil yang kini ditempati Kak Ros semenjak kematian Opah. Rumah panggung luas yang dulu mereka tempati telah lama mereka jual.

Kakak tinggal sendirian di sini?”

Mau bagaimana lagi.” Kak Ros mendesah, “Tak ada yang menemani Kakak. Awak-pun juga ... setelah cutinya selesai, Upin akan kembali ke Kuala Lumpur kan?”

Maafkan Upin.” Upin merasa bersalah. "Saya berjanji awak, eh Kak Ros ..."

Tanpa diduga, Kak Ros justru tertawa.

Awak belum berubah ya, Upin? Kau masih suka mengucap ‘Awak’, sedangkan Ipin ... dia sudah terbiasa mengatakan 'Kamu'. Hanya itu satu-satunya perbedaan kalian yang kentara. Saat kecil kalian mudah dibedakan. Namun setelah dewasa, bahkan aku dan Opah-pun susah membedakan yang mana Upin dan mana Ipin.”

Ya, itu karena Ipin sangat dekat dengan gadis Indonesia itu, Susanti. Apakah dia masih ...”

Jangan ucapkan lagi nama perempuan itu!” wajah kak Ros beringsut kesal. Upin sendiri heran. Betapa mudahnya perasaan wanita berubah hanya dalam waktu sekian detik. Tadi dia sedih, kemudian bernostalgia dengan gembira, dan kini marah.

Maaf Upin tak bisa hadir saat pemakaman Ipin. Butuh waktu bagi Upin untuk melakukan perjalanan dari KL ke sini.”

Tak apa, Upin.” Kak Ros menggeleng, “Justru Kak Ros yang seharusnya minta maaf karena menguburkannya tanpa menunggu awak dahulu. Kakak tahu awak pasti ingin melihat Ipin untuk yang terakhir kalinya. Namun .... Kakak takut itu hanya akan membuat awak sedih.”

Tanpa melihatnya langsung pun, Upin tahu bagaimana keadaan mayat Ipin saat ditemukan. Ia masih ingat fotonya yang terpampang jelas di media massa. Bagaimana tubuhnya teronggok di pinggir ladang, dibuang di sana seakan-akan dia sampah. Luka-luka tusukan yang menganga dan wajah yang tak bernyawa itu ....

Siapa yang melakukannya?” tanya Upin geram. “Apa mereka sudah menemukan pembunuhnya?”

Sayangnya belum.” kembali wajah kak Ros menampakkan raut sedih, “Namun Fizi sedang menyelidiknya. Awak masih ingat padanya kan? Dia menjadi polisi sekarang.”

Kenapa ada yang tega melakukan hal sekeji itu pada Ipin?” Upin mengepalkan tangannya penuh amarah. “Padahal dia ... dia ...”

Sungguh naif jika mengatakan bahwa Ipin tak memiliki musuh.” Kak Ros menatapnya dengan tajam, “Awak sendiri tahu kan, Ipin bukan lagi anak polos seperti waktu kalian kecil dulu. Dia sudah berubah. Awak mengetahuinya lebih dari siapapun di dunia ini.”

Upin berpikir sejenak. Ya, memang benar. Bisa dibilang ada banyak orang yang menginginkan Ipin celaka.

Bahkan termasuk dirinya sendiri.
***

Ipin! Apa yang awak lakukan!” Upin menampar saudara kembarnya itu. Saat itu mereka masih mengenakan seragam SMA.

Upin bergegas dari tempat bekerja sambilan di counter HP ke kantor polisi begitu mendengar bahwa Ipin terlibat tawuran. Ia mulai merasa muak dengan tingkah saudaranya itu. Dari dulu ia memang suka iseng, namun beberapa tahun terakhir kelakukannya mulai melunjak.

Semua ini dimulai ketika mereka duduk di tahun terakhir SMP, dimana Ipin mulai mengenal game online. Karena kecanduan, ia bahkan berani mencuri uang dan perhiasan milik Opah. Ia ingat betapa Kak Ros dan Opah saat itu terlilit banyak hutang karena ulah Ipin. Hingga saat itu mereka berencana untuk menjual harta mereka yang paling berharga: rumah yang sudah diwariskan turun-menurun dalam keluarga mereka.

Upin berusaha semampunya untuk membantu perekonomian keluarga mereka. Namun tak banyak yang bisa Upin lakukan. Kampung tempat mereka tinggal hanyalah sebuah desa kecil yang tak memiliki banyak lapangan pekerjaan.

Hanya Datuk Dalang yang masih berbaik hati untuk menolong mereka. Tapi Upin lama-kelamaan merasa tak enak terus-menerus meminta bantuan pada tetua desa itu.

Hingga puncaknya, Ipin ditangkap polisi karena membacok siswa SMA dari desa sebelah. Upin berhasil meyakinkan polisi untuk tidak menahannya. Pada saat Ipin akhirnya bebas, Upin sudah tak bisa lagi menahan amarahnya.

Apa yang awak lakukan! Opah dan Kak Ros bekerja membanting tulang untuk melunasi seluruh hutangmu dan awak di sini hanya menambah masalah mereka! Apa awak tak malu pada mendiang orang tua kita?!”

Tak usah munafik!” Ipin menampik tangannya dan balas berteriak, “Kau sendiri juga akan meninggalkan mereka kan! Aku tahu rencanamu, seusai lulus SMA kau akan pergi menjadi tentara ke Kuala Lumpur. Kau juga akhirnya akan meninggalkan kami, jadi jangan sok suci!”

Upin tersentak. Ipin pastilah membaca buku diari-nya karena ia belum menceritakannya kepada siapapun.

Upin melihat saudaranya menangis dan berlari menjauhinya.

Ipin! Tunggu!” Upin mengejarnya ke rumah.

Dan ketika mereka sampai, tibalah mereka ke tragedi itu.

Tragedi yang akhirnya memisahkan mereka berdua.

Begitu sampai di depan rumah, mereka tersentak. Tubuh Opah tergeletak di depan tangga rumah panggung mereka.

OPAH! OPAAAAAH!!!”

Upin dan Ipin dengan histeris menghampirinya. Namun terlambat. Nenek mereka tak lagi bernyawa.
Ipin menangis memeluk jenazah neneknya, sementara Upin hanya menatapnya dengan diam.

Opah pastilah terjatuh dari tangga. Walaupun sudah berusia uzur, Upin tahu neneknya takkan seceroboh itu.

Hanya ada satu alasan kenapa Opah bisa terjatuh seperti itu.

Pastilah Opah mendengar berita tentang Ipin kemudian panik. Hanya itu yang bisa menyebabkan Opah tewas seperti ini.

Semenjak itu Upin tak pernah memandang Ipin dengan tatapan yang sama lagi.

Di matanya kini ia bukan lagi saudara kembarnya.

Ia adalah pembunuh neneknya.


TO BE CONTINUED



12 comments:

  1. my childhood ruined in 3... 2... 1...

    ReplyDelete
  2. bukannya fizi itu jadi tukang sampah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwk iya juga ya, padahal ipin juga harusnya akur sama upin terus jadi astronot

      Delete
  3. Apa aku yg ga ngeh ato emg typo 😅 d bagian 5 yg “Maafkan Awak.” Upin merasa bersalah.
    Awak ktanya artinya 'kamu' tapi kok ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. typo hehehe ... makasih dah diingetin ;)

      Delete
  4. gue Yang lahir di Malaysia merasa aneh membaca dialognya ●﹏●'

    Tapi best Bang Ceritanya, meski bahasanya campurannya 95% Indonesia

    ReplyDelete