Sunday, April 4, 2021

REVIEW FILM HOROR BULAN APRIL 2021 ALA MENGAKU BACKPACKER!

Hallo guys, ketemu lagi di review film ala Mengaku Backpacker. Harusnya sih review ini gue posting bulan Februari kemarin (judul aslinya aja "Review Film Horror Special Valentine" hehehe) karena pastinya para readers blog gue mengisi hari kasih sayang itu dengan nonton film horor (apa cuman gue yak mentang-mentang gue jomblo). Tapi karena berbagai  alasan dan kesibukan akhirnya gue baru sempet update bulan April ini. But don't worry, gue harap review ini bisa membantu kalian menentukan film-film apa yang hendak kalian tonton. Beberapa bisa kalian nikmati di netflix, namun beberapa harus usaha dikit (alias cari di situs bajakan hehehe). Silakan disimak.

NB: Oya jika kalian langganan Karyakarsa gue, sudah ada 18 film baru lainnya yang gue review di postingan terbaru gue, jadi segera aja langganan yak!

 1. SYNCHRONIC (2019)

Ada tiga hal yang membuat gue tertarik menonton film ini. Pertama film ini direview oleh salah satu channel review film favorit gue di YouTube yakni Sinister Movie Review, kedua skornya di IMDB lumayan bagus, dan ketiganya adalah pemerannya yang pasti sudah tak asing lagi, yakni Anthony Mackie, pemeran Falcon di Avengers Universe. Quick facts, lawan mainnya adalah Jamie Dorman yang pernah bermain di trilogi "Love me like you do ... love lovelove me like you do" jika kalian ngerti maksud gue hehehe.

Film ini menceritakan sepasang paramedis yang menemukan kasus-kasus aneh di penjuru kota yang terjadi setelah para korbannya mengonsumsi sejenis narkotik misterius. Setelah meminumnya, mereka mengalami kejadian-kejadian aneh yang tak bisa dijelaskan akal sehat, bahkan mengalami kematian menggenaskan. Namun ketika salah satu orang terdekat mereka menjadi korban pil itu, maka mau tak mau sang tokoh utama harus melakukan sesuatu untuk menghentikannya.

Film ini unik, sebab diawali dengan adegan-adegan bergenre horor, namun di tengah-tengahnya malah berubah total menjadi sebuah science fiction. Namun tetap saja, kisahnya menarik untuk diikuti. Konsepnya juga menurut gue amat kreatif dan bikin gue teringat ama salah satu film blockbuster yang dirilis akhir-akhir ini (gue nggak akan buka kartu film apa yang dimaksud supaya nggak merusak twist-nya tapi kalian pasti ngerti lah kalo sudah nonton filmnya).

Film yang memiliki konsep unik ini gue kasih skor 4 CD berdarah.



2. WITCHES IN THE WOOD (2019)

Ini adalah salah satu film yang menurut berbagai review katanya jelek, tapi begitu gue tonton ternyata cukup enjoyable dan nggak seburuk yang dikatakan orang. Film ini berkisah tentang sekumpulan anak muda yang mengadakan perjalanan jauh. Namun ketika karena sebuah kesalahan, mereka menjadi terjebak di tengah hutan bersalju tanpa satupun jalan keluar. Yang lebih parah lagi, satu demi satu dari mereka mulai mengalami ajal yang mengerikan di hutan tersebut. Apakah yang menyebabkan kematian mereka, sebuah kutukan ataukah sesuatu yang bisa dijelaskan dengan akal sehat?

Sekilas premisnya sih udah biasa banget ya, mirip-mirip film slasher. Tapi tetep kok film ini menurut gue unik dan adegan kematian para tokohnya juga nggak mengecewakan. Kisah ini sebenarnya terinspirasi oleh “witch hunt” atau perburuan penyihir pada masa kolonialisasi Amerika dulu (zaman wild wild west) dimana wanita diburu dan dituduh sebagai penyihir, lalu dibakar hidup-hidup. Walaupun nantinya terbukti bahwa wanita-wanita itu sebenarnya tak bersalah dan menjadi korban “kepanikan massal”. Nah, ending film ini mengajak kita berpikir, apakah kita di zaman modern ini juga masih terjebak dalam pola berpikir ala “witch hunt” ini ataukah memang penyihir itu sesungguhnya memang benar-benar ada dan meneror para tokoh di film ini?

Oke, gue tahu film ini nggak memuaskan banyak pihak (termasuk Rotten Tomatoes dan IMDB yang ngasi skor rendah), tapi menurut gue film ini pantas mendapat skor 3,5 CD berdarah

 

3. PAINTBALL MASSACRE (2020)

Oke, dari film yang serius kita beranjak ke komedi horor. Seperti judulnya, para tokoh di film ini terjebak “Paintball Massacre” gone wrong dimana mereka aslinya hanya pengen reunian SMA mereka makin seru dengan ikut “paintball” (main perang-perangan pake tembak-tembakan dengan cat), tapi siapa sangka ada pembunuh berantai sungguhan yang bener-bener memburu mereka dan membunuh mereka satu demi satu.

Seperti gue bilang, film ini bergenre horor komedi yang kadang cringe. Aktingnya cringe, jalan ceritanya cringe, adegannya cringe, dialognya juga cringe (aksen Inggris mereka bikin ngakak) jadi nggak salah kalo penampilan film ini seperti film-film B-movie yang berbudget pas-pasan. Ada sih beberapa adegannya yang emang konyol, tapi jelas, tiap adegannya memang menyiratkan film ini sebenarnya nggak perlu dianggap serius. Akan tetapi inilah anehnya. Gue merasa di balik sesuatu kekonyolan itu, ada sesuatu yang bener-bener berkualitas, tapi disembunyikan dalam bentuk ke-cringe-an itu dan di-masking alias ditopengi dengan sampul B-movie yang sekilas nggak bermutu. 

Sebagai contoh, karakterisasi tiap tokohnya benar-benar dalam. Tiap tokohnya punya problema masing-masing, “dosa masa lalu” mereka masing-masing, dan juga karakter sendiri-sendiri yang sebenarnya menarik untuk diikuti (kalau mereka nggak mati duluan). Pendalaman tokoh antagonisnya juga dalem banget. Masa lalu tokoh antagonisnya sangat miris dan juga (menurut gue) kreatif. Jadi gue agak-agak nggak paham nih, apa film ini sejenis “satire” yang sengaja menyembunyikan film berkualitas di balik sebuah B-movie yang asal-asalan, ataukah film ini sebenarnya ditangani oleh penulis naskah yang mumpuni tapi dia terpaksa ikut project membuat B-movie seperti ini karena nggak ada dana? 

Yang jelas, film ini (seperti gue bilang tadi) jangan terlalu dianggap serius. Mungkin kalian akan melihat beberapa adegan di sini “dih apaan sih, nggak jelas banget!” tapi gue sendiri merasa, penokohan tiap karakternya terlalu dalam untuk ukuran film B-movie semacam ini. 

Gue kasi film ini skor 3,5 CD.


4. FREAKY (2020)

Gue dapat film ini dari rekomendasi temen gue sih yang katanya “Kimi No Nawa” versi horor. Tapi kalo menurut gue sih inilah jatuhnya kalo semisal Disney bikin film horor wkwkwk, soalnya pesan moralnya malah heartwarming. Bagaimana sih ceritanya? Bayangkan kalian bertukar tubuh selama sehari, tapi bukannya sama soulmate kalian, eh malah sama pembunuh berantai. Jadinya adalah kekacauan ketika seorang gadis SMA terjebak di tubuh seorang psikopat dan dikejar-kejar polisi, sementara sang psikopat malah ada di tubuh sang gadis dan membantai teman-temannya di SMA.

Film ini emang genrenya horor komedi. Tapi walaupun komedi, jangan salah, adegan-adegan kematiannya tetap saja gore. Bahkan adegan bunuh-bunuhan di pembukanya cukup memorable bagi gue saking sadisnya wkwkwk. Tapi pesan moralnya tentang pentingnya keluarga dan persahabatan juga cukup mengena sih di film ini. Jadi kalo boleh gue bilang sih, film ini kayak mix-nya “Scream” sama “Coco”-nya Pixar wkwkwk (ga bisa bayangin pasti).

Film ini cukup menghibur sih (apalagi adegan bunuh-bunuhannya) walau gue harap sih kill count-nya lebih banyak biar lebih memuaskan hehehe. Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.

 

5. THE SHRINE (2010)

Film ini bisa gue bilang adalah sebuah film yang awalnya pas-pasan, tapi begitu sampai ending ternyata cukup memuaskan. Film ini bercerita tentang seorang backpacker yang hilang ketika tengah berwisata di sebuah kota terpencil di Eropa. Seorang wartawati kemudian terdorong untuk menyelidiki kasus menghilangnya sang backpacker ini dengan mengikutinya ke lokasi terakhir dimana ia terlihat. Namun celakanya, di sana ia terlibat dengan sekte kejam yang tak segan-segan membunuh para pendatang demi tujuan mereka.

Awalnya sih jujur, gue dibikin bosen ama film ini. Tekniknya biasa-biasa aja (kek B-movie), adegan-adegannya juga terkesan nggak meyakinkan (dialognya juga ada yang cringe). Tapi hal yang tetap membuat gue menontonnya sampai akhir adalah karena tema film ini adalah Lovecraftian dan karena gue suka banget sama film bertema ini (ditambah lagi film-film sejenis "cosmic horor" itu amat jarang), makanya gue betah-betahin sampai akhir. Tapi ternyata film ini nggak seburuk yang gue duga. Di pertengahan ada adegan yang lumayan gory dan bikin ngilu. Di bagian endingnya juga ada twist yang sama sekali nggak gue tebak dan akhirnya juga cukup memuaskan gue. 

Overall, gue kasi film ini skor lumayan, yakni 3,5 CD berdarah.

 

6. UNHINGED (2020)


Akhir-akhir ini gue melihat trend ya banyak aktor-aktor Hollywood yang punya nama besar akhirnya terjun di perfilman horor. Nggak tahu apakah mereka kekurangan job ataukah pengen nyoba sukses di Netflix dan semacamnya. Salah satunya adalah Russel Crowe yang pernah mendapat Oscar lewat perannya di film Gladiator. Russel Crowe tentu punya kemampuan aktingnya jelas nggak diragukan, karena itu agak aneh sebenarnya buat gue melihatnya bermain di sebuah film horor thriller yang notabene biasanya dilihat sebelah mata (karena budgetnya biasanya kecil), terutama oleh aktor-aktor kenamaan seperti dia.

Tapi gue sama sekali nggak ngeluh sih, sebab pendalaman aktor sekelas Russel Crowe di film horor, apalagi sebagai psikopat, pastilah sangat menjiwai sekali, yekan? Film ini bercerita tentang “road rage” yakni istilah yang biasa digunakan apabila kalian mengalami pertengkaran di jalan (antar pengemudi) biasanya karena masalah kecil (semisal dia menyalip mobil kita atau mengklakson kita terlalu keras). Film ini seakan berpesan bahwa pertikaian seremeh apapun bisa saja merembet menjadi besar dengan konsekuensi tak terelakkan apabila kita bertemu dengan orang yang salah.

Tokoh utama di film ini adalah seorang ibu yang tengah stress karena mendapat berbagai permasalahan hidup. Suatu pagi, ia bertengkar dengan seorang pengemudi lain karena masalah kecil dan menolak meminta maaf. Sialnya, sang pengemudi yang ia ajak bertengkar itu adalah seorang psikopat yang baru saja membunuh orang. Akibatnya, iapun mulai mengincar orang-orang terdekat sang tokoh utama dan membunuh mereka satu demi satu.

Oke, dari deskripsi di atas udah jelas ya pesan moral film ini apaan. Jangan suka menganggu orang asing yang nggak kita kenal, karena kita nggak tahu apa yang udah dia lalui. Selain punya pesan moral oke, ketegangan di film ini (ingat, film ini jatuhnya lebih ke thriller ketimbang horor) amatlah terasa. Bahkan karena ada Russell Crowe di sini, film ini juga lebih dapet feel sebagai film action ketimbang horor sih.

Gue kasi film ini 3,5 CD berdarah yang jelas not bad.

 

7. HUNTER HUNTER (2020)


Film ini menceritakan sepasang suami istri yang membesarkan anak mereka dengan tinggal secara “alami” di hutan. Emang banyak sih orang-orang yang gaya hidupnya pengen banget “back to nature” kayak gini. Emang bagus sih, tapi jangan ekstrim-ekstrim soalnya banyak kemudahan hidup kita ini, termasuk teknologi dan sains sebenarnya memperbaiki kualitas hidup kita, jadi jangan anti-anti banget deh. Nah, ortu di film ini cukup ekstrim karena mereka hidup terisolir di dalam hutan, berburu untuk mencari makan, bahkan anak mereka nggak disekolahin. Namun gaya hidup mereka mendapat gangguan ketika sang ayah menemukan sesuatu yang mengejutkan di dalam hutan, yang akhirnya mengancam hidup keluarganya.

Film ini cukup “slow burning” walaupun digarap dengan berkualitas sehingga mungkin nggak akan mengecewakan kalian. Tapi yang jelas, highlight dari film ini adalah endingnya yang unpredictable, memuaskan, dan juga gory (atau pengennya gory, sebab special effectnya kurang meyakinkan, tapi maklum lah soalnya ini film independen dengan budget pas-pasan). So it will satisfy you, walau gue harus mengingatkan, ada adegan ambigu di endingnya yang mungkin membuat kalian sedih atau kecewa.

Overall, gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.

 

8. PAGPAG: NINE LIVES (2013)


Ok guys, mulai dari list ini sampai ke bawah gue akan membicarakan tentang film-film original Netflix. Yang pertama ingin gua bahas adalah film yang berasal dari Filipina ini. Pertama-tama gue bangga akan film ini karena mengangkat Filipina dan Asia Tenggara dalam rupa yang sesungguhnya. Mengapa gue berkata begitu? Karena ada trend di perfilman Indonesia yang menghindari “wajah asli” kita karena dianggap terbelakang, kumuh, dan juga tidak artistik. Sebagai contoh, pernah ada sebuah film Indonesia telah menggunakan setting apartemen dengan interior mirip kamar apartemen yang ada di Amerika (semisal menggunakan lampu duduk). Padahal yang namanya orang Indonesia jarang banget yang tinggal di apartemen, apalagi kaum menengah ke bawah. 

Memang nyatanya masih banyak film Indonesia yang demi nilai artistik mengabaikan wajah asli Indonesia dan alih-alih memperlihatkan setting-setting yang menurut gue “palsu”. Tujuannya mungkin baik sih agar mudah dipahami audiens dari luar Indonesia apabila filmnya go international. Namun pada akhirnya, kesan tradisional Indonesia itu pun hilang. Jangan salah, setting semacam ini masih sering gue lihat di film-film horor top Indonesia seperti “Pengabdi Setan” dan “Sebelum Iblis Menjemput”. Namun film Filipina yang berjudul “Pagpag” ini banyak satu langkah lebih maju karena tak malu-malu menampilkan rumah kumuh di tepi sawah ataupun pasar ala Asia yang ramai dan sempit, yang menurut gue lebih setia menggambarkan kondisi real kita. 

Film ini menceritakan tentang pamali yang ada di Filipina, yaitu kalian dilarang keras untuk langsung pulang ke rumah apabila kalian mengunjungi acara tuguran karena ditakutkan arwah dari orang meninggal yang kalian kunjungi tadi akan mengikuti kalian. Pertama gue bahas dulu kelebihan-kelebihan dari film ini. Yang pertama, seperti tadi gue singgung, film ini tanpa malu-malu menampilkan wajah asli Asia Tenggara yang biasanya suka disensor karena dianggap kurang artistik. Film ini juga memiliki jalan cerita yang cukup “engaging” dan juga adegan-adegan cukup menakutkan terutama jump scarenya yang benar-benar efektif. Salah satu adegan yang paling gue suka adalah salah satu adegan kematian di rumah yang cukup menegangkan, menampilkan dua kematian yang menurut gue cukup seru dan gore. Tapi kelemahannya tentu juga ada, semisal jalan cerita film ini menurut gue masih terasa seperti sinetron. Ini bukan film Filipina pertama yang pernah gue bahas, gue pernah membahas film Filipina lain yang berjudul “U-Turn” dan kelemahannya sama. Ya mungkin lain kali kalinya kualitas naskahnya ditingkatkan kali ya. 

Gue kasih film ini skor 3,5 dari total 5 CD berdarah.

 

9. SIGHTLESS (2020)


Film original Netflix lain yang ingin gue bahas kali ini berasal dari Amerika Serikat. Film ini bercerita tentang seorang gadis yang baru saja mengalami kebutaan dan harus beradaptasi dengan kondisinya yang baru itu. Ia pun bertemu dengan seorang pria yang memiliki spesialisasi dalam membantu proses adaptasi bagi orang-orang yang baru mengalami kebutaan. Namun di apartemen yang baru ia mengalami pengalaman yang membuatnya mempertanyakan kewarasannya sendiri. 

Film horor bergenre psychological thriller ini menarik karena tidak terdeteksi oleh radar para penggemar film horor pada umumnya. Film ini sangat tersembunyi dalam library Netflix dan bisa gue bilang merupakan salah satu “hidden gem” di Netflix. Salah satu keunggulan film ini adalah plot twist yang menarik dan tak tertebak yang baru terungkap pada menjelang klimaks film. Tentu saja karena tokoh utamanya buta maka amatlah mudah untuk menarik plot twist ini. Overall gue menyarankan kalian untuk mencari film ini apabila kalian memiliki aplikasi Netflix. Gue beri film ini skor 3,5 CD berdarah.

 

10. THE BINDING (2020)

Awalnya sih gue agak ragu untuk menonton film ini karena dari review-review yang gue baca di internet, film ini memiliki skor yang rendah. Tetapi menurut gue masih sangat bisa dinikmati oleh penikmat horor dan jelas, tak seburuk reviewnya. Film ini berkisah tentang seorang wanita yang membawa serta putrinya untuk berkunjung ke rumah calon suaminya yang baru. Namun siapa sangka ketika ia tiba di rumah calon mertuanya itu, dia malah menemukan pengalaman yang mistis dan misterius yang mulai mengancam putrinya. Apakah benar keluarga dari calon suaminya itu menyimpan sebuah rahasia yang menakutkan?

Film ini adalah film Netflix original dari Italia dan ini adalah kali kedua gue menonton film dari negara tersebut. Sebelumnya, gue pernah menonton “Suspiria”, tapi itupun sudah di produksi sejak tahun 70-an. Film ini jelas berbeda dengan “Suspiria” yang lebih menekankan pada nilai artistik, sedangkan atmosfer film ini lebih kelam dan mengingatkan gue pada “Conjuring”. 

Uniknya, sebelum menonton film ini, gue pernah membaca tentang demografi Italia yang biasanya membagi negara tersebut menjadi dua wilayah yang berbeda, yaitu Italia Utara dan Italia Selatan. Italia utara didiami oleh kaum yang umumnya lebih modern dan juga umumnya perekonomiannya lebih baik. Sedangkan Italia Selatan biasanya adalah biasanya identik dengan wilayah agraria yang kurang maju serta masih memiliki nilai-nilai tradisional dan kepercayaan-kepercayaan mistis yang masih melekat pada masyarakatnya. Jadi bisa dibilang setting di Italia Selatan di film ini sangat cocok dengan unsur supranatural dari film tersebut. 

Gue juga perlu membahas settingnya berupa rumah tua yang sangatlah menakutkan. Bahkan tanpa hantu pun, atmosfer di rumah tua ini sudah terasa horor dan mencekam. Keunggulan utama dari film ini adalah atmosfernya sangat kelam dan menurut gue, ceritanya juga sangat sangatlah tidak mengecewakan. Oleh karena itu, gue memberikan skor 4 CD berdarah untuk film Italia ini.


BONUS: SVAHA THE 6TH FINGER (2019)

Like always, I saved the best for last. Film Korea ini memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangannya jelas adalah durasinya yang 2 jam-an. Gue pribadi sih lebih suka film yang durasinya “pas” yakni 1,5 jam saja lah maksimal. Tapi ternyata 2 jam yang gue lalui di film ini nggak banyak terasa karena alurnya yang menarik. Film ini diawali bergenre detektif, tapi pada akhirnya malah jatuhnya bergenre gaib dan exorcisme semacam “Conjuring”. 

Film ini menceritakan seorang pendeta yang bekerja ganda sebagai seorang detektif untuk menyelidiki sekte-sekte sesat (seperti biasa di film Korea, part ini digarap penuh satire seperti “Parasite”). Namun suatu ketika, ia menemukan sebuah sekte aneh yang dari luar terlihat tak berbahaya, namun menyimpan sebuah rahasia mengerikan yang perlahan-lahan mulai ia ungkap. Bahkan, pada akhirnya rahasia ini akan membawanya pada kejutan-kejutan (like always, film Korea pasti punya plot twist mencengangkan di menjelang klimaks cerita) yang tak kita sangka-sangka.

Film ini juga karena durasinya yang panjang, maka bisa dengan bebas menampilkan 3 plot yang sama sekali berbeda, satu adalah penyelidikan sang pendeta/detektif tadi, satu adalah seorang gadis yang memiliki kembaran yang seolah-olah “kesurupan”, dan ketiga adalah seorang pria yang memiliki misi “suci dari pria yang membesarkannya (seorang pemimpin sekte).

Seperti film Korea berkualitas lain, ada banyak pesan moral yang disisipkan di film ini tanpa menggurui. Pertama adalah fakta dimana semua institusi keagamaan, walaupun banyak menyerukan pesan untuk menyiapkan hidup di surga, namun pada kenyataannya tak bisa lepas dari urusan duniawi semisal mencari dana ataupun mencari relasi dan koneksi untuk mempermudah urusan mereka. Jadi emang agak sureal di sini melihat pemuka-pemuka agama yang biasanya berkotbah tentang hal-hal spiritual, tapi di balik layar ternyata mengurus hal-hal duniawi semacam finansial. Karena emang, kita nggak bisa bohong, bahwa semua agama pada akhirnya membutuhkan duit agar bisa beroperasi dan berjalan.

Pesan moral kedua menyorot tentang kefanatikan beragama yang jelas jadi masalah utama di dunia kita akhir-akhir ini. Banyak di antara penganut agama menjadi “buta” dan mengikuti apapun kata pemimpin mereka, tanpa kompas moral ataupun mempedulikan orang lain, bahkan tak jarang berujung pada kekerasan (yang seperti tadi, menggunakan ajaran agama sebagai alasannya). Tapi pada akhirnya kita harus berpikir, apa benar para pemimpin agama yang menyerukan fanatisme itu benar menjalankan ajaran murni agama tersebut ataukah mereka sengaja “memelintirnya” demi kepentingannya sendiri?

For that reason (great story, great plot twist, and great moral values) I give this movie 4,5 bloody underwear.



 

14 comments:

  1. Paintball massacre kalo ga salah dulu ada juga film dengan premis yg sama dengan judul paintball (rilis awal 2000an kalo ga salah) cuma karena film itu digarap dengan kurang maksimal, terus pengambilan gambar yg amburadul ngejadiin film itu kurang populer, padahal kalo di eksekusi dengan baik, mungkin popularitasnya bakalan nambah

    ReplyDelete
  2. Yash bangdep, kupertimbangkan nonton the bending duyu, cz hunter2 dan freaky udah nonton dun 😂😂😂 jadi Titan skinless si jahat ups si bebek tukang spoiler



    _bebex cuec_

    ReplyDelete
  3. gila ni blogspot masih update , gua terakhir kesini tahun 2015-an

    ReplyDelete
  4. Pkoknya klu bang Dave yg ngerekomendasiin, cuss langsung nonton wkwk

    ReplyDelete
  5. Bg mau nanya nih, lu termasuk org yg selesai nonton film ngasih skor ke IMDB gak? klo iya seberapa penting ngasih skor ke IMDB?
    klo saya penting, kan sayang banget tu bagi yg belum punya akun IMDB gk ada ngasih skor, yg filmnya fun sprti diatas (belum tentu bagus bagi org lain) dpt skor cukup rendah. Atau kupas tuntas bg Dave soal IMDb 😃👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah ga pernah main imdb tapi gue akui skornya lebih bisa dipercaya sih ketimbang rotten tomatoes

      Delete
  6. Hunterxhunter ambigu dibagian si rene nya "diapain" ya? Emang sedih sih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yg jelas sih dibikin metong makannya maknya jadi sadis gitu

      Delete
    2. Hmm it could be more than "killed" isn it? Pelaku merkosa korban2 sebelumnya

      Delete
  7. Mon maap bang Dave, mo nanya. Please cmiiw. Perasaan dari dulu pertama kali baca blog bang Dave jadi silent reader di pertengahan 2012, status bang Dave jomblo. nah sekarang tahun 2021 baca blog bang Dave masih jomblo aja rupanya 🙃

    ReplyDelete
  8. Pernah nonton the shrine Endingnya mencengangkan

    ReplyDelete