Apa kabar readers? Kali ini gue akan memposting pengalaman gue di museum Basuki Abdullah, Jakarta. Museum Basuki Abdullah? Emang ada? Gue nggak heran jika nggak banyak yang mengetahui keberadaan museum ini karena letaknya memang terpencil. Letaknya di Jalan Keuangan Raya no. 19 Cilandak Barat, nggak begitu jauh sih dari RS Fatmawati. Museum ini menyimpan lukisan karya maestro lukis indonesia, Basuki Abdullah. Gue juga tahu museum ini gara2 dulu kost gue deket sini. Lucunya, selama kost di Cilandak gue nggak pernah sempat berkunjung ke museum ini, padahal jaraknya hanya beberapa langkah. Tapi setelah gue pindah kost lumayan jauh (ke Kebayoran Baru) baru gue ada kepengenan maen ke sini. Hahaha nggak dari dulu2 ya? Berikut ini cerita yang gue dapat waktu berkunjung ke sini.
Museum Basuki Abdullah, seperti museum2 pada umumnya, buka setiap hari kecuali pas hari Senin. Museum ini bisa dibilang selalu sepi. Paling banter pengunjung museum ini adalah anak2 sekolah yang lagi study tour di sini. Jadi jangan kaget kalo pas berkunjung di sini dan kalian satu2nya pengunjung di museum ini. Tapi enaknya, kita bisa dapet tur privat dan guide di sini juga dengan senang hati menjelaskan sejarah museum ini.
Basuki Abdullah adalah seniman kelahiran 27 Januari 1915. Beliau lahir di Solo (kampung halaman gue) dan adalah cucu pahlawan nasional Dr. Wahidin Sudirohusodo. Gue kaget begitu tahu bahwa beliau ternyata penganut Katolik, nggak menduga apalagi karena nama “Abdullah” di belakangnya. Nggak heran beliau menjadi pelukis papan atas dunia, sebab beliau menamatkan pendidikan seninya di Den Haag, Belanda. Buat yang belum tahu, Basuki Abdullah adalah pelukis beraliran naturalisme. Sebagai salah satu pelukis pada masa “Mooi Indie” atau “Hindia Indah” beliau sering dikritik “tidak nasionalis” sebab lukisan2nya dianggap hanya menggambarkan keindahan alam Indonesia saja. Padahal realitanya saat itu rakyat Indonesia tengah menderita di tangan para penjajah. Namun tetap saja, Basuki Abdullah adalah pelukis ternama yang mengangkat nama bangsa. Beliau memiliki prestasi hebat dimana pada 1948, beliau berhasil mengalahkan 87 pelukis ternama Eropa dalam sayembara melukis Ratu Yuliana pada hari penobatannya.
Nah udah cukup cerita tentang sejarah Basuki Abdullah. Sekarang gue akan membahas museumnya. Ini bagian luar museum ini. Dari luar emang keliahatan seperti rumah biasa. Sebab sebelum dijadikan museum, tempat ini merupakan rumah pribadi Basuki Abdullah. Tahun 1993 pelukis terkenal ini meninggal dan mewariskan rumahnya ini pada negara untuk dijadikan museum. Satu2nya yang membedakan museum ini dengan rumah di sekitarnya adalah patung sang maestro yang dibangun di depannya.
Tiket masuknya sangat murah, hanya 2 ribu rupiah saja. Di sana jangan segan untuk meminta sang penjaga museum untuk menjelaskan sejarah museum ini. Beberapa bagian museum ini masih dipertahankan seperti kondisi saat tempat ini masih menjadi tempat tinggal Basuki Abdullah. Ini adalah bagian ruang tamu yang masih lengkap dengan sofa2nya.
Ini adalah lukisan panorama berjudul “Sungai Tak Pernah Kembali”. Sang guide menjelaskan ada makna filosofis di balik lukisan ini. Sayang pas gue tanya, sang guide nggak tahu dimana lukisan ini dibuat. Padahal pemandangannya breathtaking lho. Omong2 soal pemandangan breathtaking, gue juga sempat melihat pemandangan menakjubkan waktu bus yang gue tumpangin mudik ke Solo lewat di KM97 di tol Cipuarang. Duh, tambah kepengen maen ke Bandung hiks.
Selain ruang tamu, bagian lain rumah yang masih tetap dipertahankan seperti aslinya adalah kamar tidur. Well, ruangan ini sih biasa2 aja. Namun kita nggak boleh sembarangan masuk ke ruangan ini, sebab di sinilah lokasi dimana sang maestro meninggal. Oya, jangan lupa kalo berkunjung ke sini, minta sang guide menjelaskan perihal kematian Basuki Abdullah. Cukup tragis lho ceritanya.
Di lantai satu rumah ini juga terdapat ruang audio visual tempat biasanya diselenggarakan seminar dan pelatihan melukis di sini. Selain itu ada ruangan untuk menyimpan berbagai peninggalan Basuki Abdullah. Seperti beberapa lukisan ini. Lukisan Mahatma Gandhi ini dibuat pada saat beliau baru berumur 10 tahun lho. Wow!
Ini adalah ruangan dimana Basuki Abdullah menyimpan koleksi wayangnya. Ada juga topeng2 yang dikumpulkan beliau dari Jawa dan Bali.
Koleksi di lantai dua museum ini lebih lengkap. Sayangnya kita nggak boleh sembarangan memfoto lukisan2 di sini. Mungkin takutnya lukisan2 ini bakal dipalsukan dan direproduksi (konon kejadian yang sama terjadi di rumah Bung Hatta). Atau mungkin takutnya ruangan ini justru dijadiin ajang selfie narsis2an anak muda sekarang ya hahaha. Lukisan ini menurutku lukisan paling unik di museum ini. Lukisan yang mengingatkan gue sama fil “Avatar” ini ternyata lukisan 3D. Mata si putri duyung ini bisa mengikuti kemanapun kita pergi. Coba aja buktikan sendiri saat kalian main ke museum ini.
Selain lukisan pemandangan, banyak juga sketsa potret2 para pemimpin negara, seperti mantan presiden kita Soeharto (piye kabare bro?), Ferdinand Marcos, Sultan Hassanal Bolkiah, Raja Norodom Sihanouk, Lee Kwan Yeuw, Raja Bhumibol, hingga Benazir Bhutto. Saran gue saat ke sini, jangan lupa melihat lukisan Dewi Sukarno (salah satu istri Presiden Soekarno yang berasal dari Jepang). Buset, cantik banget men! Salah satu lukisan yang menarik perhatian gue adalah lukisan Pratiwi Sudharmono. Selain cantik, beliau ternyata adalah astronot pertama Indonesia lho.
Sayangnya banyak banget lukisan2 terkenal karya Basuki Abdullah yang justru nggak dipajang di sini. Contohnya lukisan Nyi Roro Kidul yang sangat terkenal karena aura mistiknya itu. Bahkan lukisan2 pahlawan Pangeran Diponegoro dan Kartini yang biasa kita lihat di buku2 sejarah ternyata hasil karya Pak Basuki Abdullah juga lho. Sayang lukisan2 itu cuman dipertunjukkan ke khalayak pas ada pameran aja.
Menurut cerita guide-nya, museum ini masih sering digunakan sebagai lokasi praktek anak2 SMK kepariwisataan di salah satu sekolah di Jakarta. Cuman sayangnya ya itu, museum ini koleksinya tidak lengkap dan lokasinya pun gue rasa agak sempit. Beruntung gue nggak pulang dengan tangan kosong, sebab gue mendapat hadiah dua buku berisi koleksi lengkap lukisan2 Basuki Abdullah, jadi gue mendapat bayangan lukisan2 yang nggak dipamerkan di sini.
Terasa sekali nuansa seni dan edukasi saat berkunjung ke sini, jadi jangan segan berkunjung ke museum ini. Dari sin kita bisa belajar dari sosok historis ini dan bangga bahwa bangsa kita pernah memiliki seorang pelukis kelas dunia.
salam hangat dari kami ijin menyimak gan, dari kami pengrajin jaket kulit
ReplyDeleteitu lokasi persisnya dimana bang? Gua juga ngekos di cilandak barat :v pengen kesana
ReplyDeletejasmine
jalan fatmawati.
Deletedepan pom bensin shell ada gang masuk aja sampai menthok kiri jalan ntar ada patungnyapak Basuki.
Terilihat sepi,
sya juga ngkost di situ setiap hari lewat tapi belom pernah masuk.