Bloody underwear is back!!! Lanjutan postingan sebelumnya nih guys, yakni review film-film horor yang pernah gue liat. Disimak yaaa sapa tau bisa jadi referensi
PYRAMID – NOT BAD
“Enough” might be the word to describe this movie. Film “Pyramid” ini unik sebab memasukkan unsur arkeologis ke dalam genre horor. Imagine Indiana Jones meets Blair Witch Project. Jalan ceritanya cukup sederhana, tentang sekelompok peneliti yang masuk ke dalam sebuah piramida dan terjebak di dalamnya. Segera mereka menyadari bahwa mereka tengah diburu oleh sosok mengerikan.
Film ini punya kelemahan dan kelebihan. Jujur gue suka banget ama genre film seperti, apalagi konsep found-footage yang semakin menambah nilai jual film ini. Beda ama film lain yang pure found footage alias semua adegannya diambil oleh kamera yang shaky. Film ini dengan pas menggabungkan adegan kamera amatiran dengan teknik sinematrografi yang konvensional.
Soal akting, gue juga suka banget ama karakter kameramennya yang diperankan oleh bukan hanya aktor, namun komedian Inggris (aksennya juga keren). Adegan-adegan seramnya juga cukup telak mengagetkan penontonnya (adegan favorit gue pas si polisi Mesir-nya ditarik ke terowongan di dinding).
Nah sekarang bahas kekurangannya. Walaupun diawali dengan cukup baik, namun mungkin pemirsa bakal kecewa dengan endingnya. Bagian penjelasan tentang siapa yang sebenarnya mengejar para tokoh-tokohnya gue rasa nggak masuk akal, eventhough for a horror movie. Gue pikir mumi tapi ternyata .... (ah, liat sendiri filmnya entar dikira spoiler lagi). Tapi yah, nggak begitu banyak sih yang bisa diharapkan dari film B-rated semacam ini. Namun overall, film ini cukup memuaskan buat gue dan gue kasih nilai 3,5.
SHOCK LABYRINTH – TRULY DISSAPOINTING
Takashi Shimizu dikenal sebagai salah satu sutradara film horor paling berpengaruh di Asia. Jika menyebut beberapa film besutannya semacam “The Ring”, “The Grudge”, dan “Dark Water”, maka kalian mau tak mau pasti setuju ama kualitas penyutradaraannya. Karena itu, pas gue denger dia membikin film lagi dengan judul “Shock Labyrinth”, tanpa pikir panjang gue langsung mengincarnya.
“Shock Labyrinth” berkisah tentang lima sahabat yang berpetualang ke dalam labirin rahasia di sebuah rumah hantu. Namun peristiwa itu berujung bencana setelah salah satu anggota mereka, seorang gadis cilik, menghilang setelah berusaha mengambil bonekanya yang tertinggal. Bertahun-tahun kemudian, keempat sahabat yang tersisa tersebut kemudian kembali mengadakan reuni dan secara mengejutkan menemukan kembali teman mereka yang menghilang itu dalam keadaan amnesia. Apakah yang sebenarnya terjadi? Dapatkah mereka menguak rahasia yang tersimpan dalam labirin itu?
Walaupun premisnya cukup menarik, namun eksekusinya mengecewakan dimana-mana. Gue bertahan menonton film ini karena berharap ada kejutan yang menanti di bagian endingnya, namun plot twist itu tak kunjung datang. Memang ada sih revelasi-revelasi di sana sini, namun semuanya tak cukup “worth it”. Semuanya cukup membuat kita berpikir, “Oh, ok.” tanpa membuat kita terkejut.
*believe me, this movie isn’t that scary*
Plot twist yang disajikan di akhir pun sangat klise dan sangat tidak memuaskan. Bahkan semenjak awal gue udah merasa bosen setengah mati, tapi keinginan untuk menyetop film ini terus gue tahan karena nama besar sang sutradara. Namun hal itu sepertinya tak cukup membantu. Hampir tak ada adegan seram (bahkan secara psikologis) di film ini. Ada sih adegan yang sedikit eerie pas di klimaksnya, namun porsinya jelas tak cukup. Bahkan film ini terasa menyia-nyiakan bakat Yuya Yagasi, aktor muda pemerannya yang pernah meraih piala Cannes karena kepiawaian aktingnya.
Overall, film ini amat mengecewakan, apalagi untuk sutradara sekelas Shimizu sehingga gue hanya memberikan nilai 1,5 CD berdarah.
NB: dari film ini gue belajar bahwa setan versi CGI sama sekali nggak serem, justru ngerusak kualitas horornya.
GOODNIGHT MOMMY – ARTSY AND BLOODY
Film horor yang akan gue review ini berasal dari negara Eropa yang mungkin tak terpikirkan oleh kalian, yakni Austria. Haaaah Austria? Iyap, gue juga agak meragukannya awalnya. Tapi karena keliatannya eksotik (gue kepengen banget liat film-film horor dari berbagai negara), akhirnya gue nonton juga.
Cerita film ini cukup sederhana, pemerannya aja cuman tiga orang, yakni ibu dan kedua anaknya kembarnya. Kedua anak tersebut terkejut ketika ibunya pulang dari kota. Sang ibu menjalani operasi plastik yang menyebabkan wajahnya diperban. Anak kembarnya merasa curiga bahwa yang pulang bukanlah ibu mereka yang sebenarnya dan mulai menyelidikinya.
Film ini sebenarnya mengandalkan plot twist yang dibeberkan di endingnya. Namun sayang sekali, plot twist tersebut sudah bisa gue kuak sejak film setengah berjalan. Kejutan di sini justru terletak pada perubahan alur ceritanya. Dari awal kita merasa bahwa sang ibu misterius inilah yang menjadi “sumber ketakutan” di film ini, namun nyatanya di belakang-belakangnya ... Ah, pokoknya liat aja deh sendiri.
Sebagai kelebihan film ini, gue bisa menyebut akting si dua bersaudara (walau masih cilik banget) ini cukup mumpuni. Apalagi mukanya imut-imut, duh jadi baper kan pengen segera berkeluarga dan punya anak hehehe. Konsep filmnya juga cukup unik, sinematografinya juga amat indah, begitu pula editingnya. Ada banyak adegan yang gue rasa nggak ada hubungannya ama jalan cerita, namun tetap indah secara visual.
Namun dari film beradegan indah (apalagi ada suasana pedesaan alami Eropa di sini yang kontras dengan rumah minimalis sang keluarga), film ini dengan cepat bergerak ke situasi horor yang mengerikan dan berdarah-darah. Gue nggak sebut gore namun ada adegan yang bikin gue cringe
Kalo kekurangannya, gue bisa sebut dari plot twist-nya yang udah ketebak sejak jauh. Tapi overall, film ini lumayan lah buat menilik seperti apa sih film horor Eropa berkualitas itu. Ganti suasana lah, masa saben hari liatnya horor Asia ama Hollywood mulu haha. Gue kasih 4 CD berdarah buat film ini.
THE PIPER: CREEPY, SAD, AND CRAZY
Balik lagi ke favorit gue, yakni horor Korea. Kali ini gue memilih film “The Piper” karena setttingnya di Korea kuno (nggak kuno-kuno amat sih, tepatnya post-war WW II). Dari judulnya, keliatan kalo film ini mengadaptasi dongeng “Pied Piper Hamelin” tentang peniup seruling yang mengusir tikus dari sebuah desa, tentu saja adaptasi lebih “dark” dong. Emang sih kayaknya ada trend ya buat mengadaptasi cerita dongeng menjadi lebih kelam. Sebut saja “Tales of Two Sisters” (konon diambil dari cerita rakyat Korea), Cinderella, hingga Hansel and Gretel.
“The Piper” menceritakan tentang perjalanan seorang pria yang ingin membawa anaknya berobat ke Seoul. Di tengah jalan ia singgah di sebuah desa dan untuk membalaskan kebaikan kepala desa dan penduduk lainnya, ia bersedia untuk mengusir tikus-tikus yang menganggu kehidupan warga desa. Namun tanpa ia sadari tikus-tikus itu bukanlah tikus biasa dan para warga desa sebenarnya menyembunyikan sebuah rahasia yang mengerikan.
Jalan cerita film ini sadis sekaligus tragis, soalnya ketika si peniup seruling berhasil mengusir tikus-tikus itu, para warga desa justru mengabaikan janjinya dan memperlakukannya dengan buruk (gue bener-bener nggak tega liat adegan ini). Seperti di versi asli dongengnya, sang peniup seruling membalas dendam. Karena itu gue lebih mengkategorikan film ini bergenre “revenge flick” ketimbang horor.
Film ini cukup menarik bagi gue, terutama sineasnya jelas berhasil menggambarkan kekelaman desa dimana film ini bersetting. Dari jalan ceritanya kita bisa belajar, bahwa bukan kutukan atau tikus-tikus liar yang harus kita takuti, namun sifat-sifat manusia justru jauh lebih mengerikan. Dan endingnya ...
Alhasil, gue kasih nilai 4,5 CD berdarah buat film ini. Satu-satunya hal yang membuat film ini tidak meraih nilai sempurna karena menurut gue adegan balas dendamnya kurang gory!
UNFRIENDED: DAMN CREATIVE
Lagi-lagi film lama gue ulas. Kalian mungkin udah pernah liat film ini. Tapi buat yang belom, gue sarankan nonton deh. It’s a creative and decent movie, though I won’t call it scary. Keunikan film ini tentulah gaya sinematografinya. Mungkin gue bisa masukkan film ini ke genre “found footage” ya, soalnya mengandalkan kamera webcam. Film ini bersetting di sebuah grup chat di skype antara kelima membernya, dimana satu demi satu tewas karena dosa mereka di masa lalu.
Film ini berawal dari video bunuh diri seorang gadis yang kemudian berlanjut ke live chat skype yang terjalin antara empat orang sahabat. Namun ketika satu akun misterius bergabung dengan mereka, mimpi buruk pun dimulai. Premis film ini cukup unik, sebab digambarkan bahkan dunia internet pun rentan terhadap teror supranatural. Jalan cerita juga tak hanya mengalir melalui percakapan skype saja, namun ditunjukkan lewat chat via facebook, video youtube, instant message, bahkan meme sekalipun dimanfaatkan.
Jika film bergenre “found footage” biasanya kurang di bidang musical score (ya dilogika aja, dikejar hantu sambil nyalain kamera aja sebenarnya udah aneh, apalagi pake nyalain musik). Namun film ini dengan jeniusnya memasukkan playlist winamp ke dalam cerita dan memasukkan lagu-lagu yang pas (dan indah) dalam adegannya.
Mungkin itulah kelebihan film ini, selain kreativitas para sineasnya yang membuat film ini terasa “fresh”, belum lagi akting para pemerannya yang cukup meyakinkan. Gue kasih nilai sempurna deh buat film ini alias 5 CD berdarah hahaha.
Ekspresi readers: “Ih obral CD berdarah ...”
BONUS:
FILES OF YOUNG KINDAICHI NEO
Yeeeeeey jarang-jarang kan gue bahas serial di sini. Nah gue seneng banget pas tau kalo Kindaichi sekarang ada live actionnya. Gue kan penggemar Kindaichi sejak dulu. Pokoknya Conan lewaaaaat. Tapi sayang, baru dua episode yang gue nikmatin. Tapi gue rasa cukup buat ngasi reviewnya ke kalian *sambil hunting episode-episode lainnya*
Kayaknya kalo kita ngebahas Kindaichi, mau nggak mau kita pasti ngebandingin ama Detective Conan. Apalagi versi live actionnya, hmmmm pertama liat cast-cast-nya Detective Conan diperanin aktor beneran, gue hampir stroke. Ya ampun ... yang maen culun-culun semua. Yang jadi Shinichi ama Conan nggak pantes banget.
Nah sekarang Kindaichi malah kebalikannya. Kalo di manganya kan Kindaichi culun banget, eh pas live actionnya kok yang maen malah kecakepan??? Yang jadi Miyuki juga cantik banget.
Gimana sih ini para produser Jepang? Shinichi Kudo yang harusnya ganteng malah jadi culun. Kindaichi yang harusnya culun malah ganteng??? Kok kebolak-balik gini?
Gue bahas dulu lagu openingnya. Gue sih berharap openingnya bakal psycho kek lagu “Confused Memory” yang menghiasi animenya. Gue agak kecewa pas denger lagu “Weekender” yang dibawain boyband Hey! Say! Jump! di openingnya karena nggak cocok ama “kelamnya” cerita Kindaichi (tau kan sosok pembunuh dalam Kindaichi biasanya ngeri dan motifnya pun tragis banget).
Tapi lama-kelamaan gue jadi suka lagu ini, easy listening banget. Sepertinya sejak awal live action Kindaichi ini emang dibikin menjurus ke komedi. Jadi menurut gue sah-sah aja lah. Lagian pemeran utama Kindaichi di sini, yakni Ryosuke Yamada, merupakan personil boyband Hey! Say! Jump! Sekalian promosi lah hahaha.
Dua episode Kindaichi yang gue bahas di sini adalah “Gate of Jail Private School Murders” dan “Scorpion Killer”. “Gate of Jail” menceritakan pembunuhan berantai di sebuah sekolah swasta yang mewajibkan para muridnya mengikuti kamp di sebuah bekas penjara di pedalaman hutan tropis Malaysia, sedangkan “Scorpion Killer” menceritakan pembunuhan berantai yang menimpa klub film dimana Miyuki menjadi pemeran utama filmnya.
Nggak ada kejutan di kedua episode yang gue tonton ini karena gue udah baca hampir semua kasus Kindaichi. Yang jelas manganya jauh lebih serem ketimbang live actionnya. Sinematografinya pun biasa-biasa aja karena emang dimaksudkan buat ditayangin di layar perak, bukan layar lebar. Namun pemeran-pemerannya yang masih remaja mungkin bisa jadi idola buat kalian (gue aja udah ngidolain yang main jadi Miyuki hihihi).
Gue kasih score lumayan deh 3,5 CD berdarah buat dua episode serial Kindaichi ini. Gue berharap bisa nonton episode-episode berikutnya:D
Nah, itulah guys 10 film horor yang gue bahas kali ini. Tambah bonus lagi, kurang baik apa gue. Kalo ada saran film horor keren (tapi yang antimainstream dan belom banyak orang tau yaaaa) silakan aja comment. Ditunggu
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletejangan spoiler -_-
DeleteBang Dave, kalo nonton film horor gitu di dvd atau di file digital ? Terkesan dengan film2 yang direview bang Dave, tapi bingung nyarinya dimana ? Bisa kasih rujukan bang ? Thanks bang Dave
ReplyDeletehalo dany. sebagian besar pilemnya gue liat online. gue nggak punya situs langganan sih, gue cuman berbekal googling judulnya aja trus klik link yg kira2 pilemnya bisa diputer. cuman gue akui sebagian besar film di atas subtitlenya masih dalam bhs inggris jd mgkn yah agak krg ramah bt penonton dr indonesia
DeleteTapi di google buanyak banget iklannya dan sering gagal nonton karena salah klik ;( dan ujung2 nya ga ada subtitle nya ;o
Delete