Kembali ke 10 misteri terbesar di
Biologi (nggak bosen kan belajar Biologi bentar?). Di episode
sebelumnya kita sudah membahas konsep LUCA hingga Adam dan Eva
menurut konsep Biologi, sampai alien pun nyasar di pembahasan kita.
Nah, apalagi yang akan kita bahas? Well, it will getting more and
more controversial!
7. APAKAH BINATANG BISA MEMPREDIKSI
GEMPA?
Video di bawah ini, yang diambil
menjelang gempa di Jepang, mengungkit pertanyaan lama, apakah benar
hewan memiliki insting untuk meramalkan terjadinya gempa?
Semenjak tahun 373 SM, sejarawan Yunani
kuno telah lama mencurigai bahwa hewan bisa memprediksi gempa bumi.
Kala itu, para penduduk melaporkan bahwa hewan-hewan liar seperti
tikus, ular, hingga tupai beramai-ramai meninggalkan kota Helice,
tepat beberapa hari sebelum kota tersebut diguncang gempa. Masyarakat
Jepang kuno juga mempercayai bahwa ketika akan terjadi gempa, maka
ikan lele akan panik tak karuan. Hal ini makin dibuktikan pada tahun
1855 dan 1923 di Edo (sekarang Tokyo) dimana sebelum gempa, ikan-ikan
lele terlihat berperilaku aneh dengan berenang ke permukaan kolam dan
sungai.
Pada tahun 1975, pemerintah Tiongkok
mengevakuasi kota Haicheng karena menyaksikan ular-ular (yang kala
itu berhibernasi di tengah musim dingin di dalam tanah)
berbondong-bondong keluar dari tempat persembunyiannya untuk kabur.
Tak lama, wilayah tersebut diguncang gempa dengan magnitudo 7,3 Skala
Ritcher. Setahun kemudian, pada 1976 gempa lain mengguncang kota
Tangshan dan menewaskan nyaris 700 ribu orang. Pada saat itu
sebenarnya sudah ada laporan aktivitas binatang yang aneh, namun
sayangnya karena situasi politik yang memanas kala itu, peringatan
itu diabaikan. Pada 2008, sebuah gempa lain di Mianyang juga
diprediksi berkat migrasi kodok secara besar-besaran sebelum bencana
itu terjadi.
Apa benar bahwa kochenk ini tak hanya ucul namun juga bisa memprediksi bencana? |
Tak hanya itu. Peristiwa sama tercatat
di Washington, Amerika Serikat pada 2011 dimana hewan-hewan di kebun
binatang dilaporkan resah dan panik, terutama primata yang tiba-tiba
memanjat pohon pada detik-detik sebelum gempa mengguncang dan lemur
yang terus berteriak-teriak. Sebelumnya, pada tahun 1989, seorang
ahli geologi bernama Jim Berkland berhasil memprediksi gempa di
California setelah ia memperhatikan berita di koran bahwa banyak
pemilik hewan peliharaan melaporkan kucing dan anjingnya banyak yang
hilang, mungkin karena kabur untuk menghindari bencana tersebut.
Namun bukti yang menggunung itu masih
saja belum membuat ilmuwan benar-benar percaya bahwa binatang bisa
memprediksi gempa. Alasannya, mekanismenya hingga kini belum
diketahui. Tak seperti gunung berapi yang mengeluarkan tanda sebelum
meletus (semisal naiknya suhu tanah ataupun terdengarnya suara
raungan yang keras), gempa bumi sama sekali tak mengeluarkan pertanda
karena berlangsung sangat instan. Dan tak hanya itu, para ilmuwan
juga takut mengeluarkan “false alarm” jika hanya menggantungkan
observasinya pada perilaku hewan. Pasalnya, hewan bisa panik karena
banyak hal, semisal melihat predator, sakit, stress, takut, dan
sebagainya.
Namun benarkah insting dan indra hewan
yang kuat bisa memprediksi adanya bencana? Penelitian lebih lanjut
mengenai topik tersebut mungkin bisa menyelamatkan banyak nyawa.
8. MENGAPA KITA BERMIMPI?
Kalo mimpinya kek begini sih nggak, terima kasih! |
Lho, gimana mimpi bisa menjadi misteri
terbesar dalam Biologi? Well, karena kita sampai sekarang tak tahu
bagaimana dan mengapa kita bisa bermimpi. Para ilmuwan sudah
mengetahui bahwa mimpi umumnya terjadi pada tahap REM saat kita
tidur. Tahap REM (Rapid Eye Movement) seperti namanya ditandai dengan
aktivitas bola mata yang bergerak-gerak dengan cepat, walaupun mata
kita tengah terpejam. Dalam tahap REM ini kita berada dalam kondisi
“deep sleep” atau tidur dalam tingkatan paling nyenyak.
Terbangun tiba-tiba dalam kondisi REM
ini dapat menyebabkan apa yang kita sebut dengan “sleep paralysis”
atau “tindihan”. Otak kita bangun, namun tubuh kita belum,
menyebabkan seluruh tubuh kita tak mampu digerakkan. Belum lagi kita
sebenarnya masih dalam tahap “mimpi” sehingga bisa saja kita
melihat halusinasi, seperti merasakan kehadiran orang lain di kamar
kita. Tak hanya itu, karena pada tahap REM tubuh kita benar-benar
beristirahat dan napaspun menjadi pelan, begitu kita terbangun
mendadak, pernapasan kita belum kembali ke ritmenya semula sehingga
kita merasa sesak napas hingga mengira ada yang tengah menekan dada
kita.
Sayangnya, walaupun fenomena “mistis”
seperti tindihan bisa dijelaskan oleh sains, kita sendiri belum tahu
apa fungsi “mimpi” itu. Hewan-hewan lain, semisal kucing, juga
bisa bermimpi. Tapi kenapa? Tak heran, karena kemisteriusannya, orang
zaman dulu menganggap mimpi adalah “pertanda” dari alam gaib.
Banyak pula faktor-faktor misteri dari sebuah mimpi, semisal beberapa
orang melaporkan bahwa dalam mimpi, mereka mengalami “dilatasi
waktu”, artinya mereka menghabiskan waktu yang lebih lama di dalam
mimpi ketimbang lama tidur mereka yang sesungguhnya. Tak hanya itu,
proses dimana seseorang mengaku tubuhnya seperti terlepas dari
raganya dan berjalan-jalan pada saat ia tidur (proyeksi astral) juga
masih bisa dijelaskan oleh sains. Ada sebuah video tentang seorang
dokter yang ternyata bisa membuktikan bahwa pasiennya (ketika berada
dalam operasi dan dibius) memiliki pengalaman lepas dari tubuh,
bahkan bisa mengatakan detail-detail ruang operasi yang ia lihat
selama dirinya menyaksikan para dokter mengoperasi tubuhnya.
Apakah semua itu bersifat paranormal
ataukah ada penjelasan logisnya?
SUMBER: WIKIPEDIA
9. BAGAIMANA ASAL-USUL HOMOSEXUAL?
Bulan Juni (katanya) diperingati
sebagai Pride Month atau bulan yang khusus didedikasikan bagi kaum
LGBT. Maka dari itu gue juga tertarik mencari tahu, apa sih penyebab
homoseksualitas atau ketertarikan sesama jenis itu? Bisakah
dijelaskan menggunakan Biologi?
Kaum agamis biasanya beranggapan bahwa
homoseksualitas itu adalah pilihan. Namun hal ini disangkal, baik
oleh psikolog maupun ahli biologi. Mereka percaya orientasi seks
tersebut dibentuk karena interaksi rumit antara “nature” (tubuh)
dan “nurture” (lingkungan) yang terjadi pada seseorang.
Pendapat awal yang berkembang adalah
homoseksualitas disebabkan oleh gen. Konon, gen Xq28 yang terletak di
kromosom X bertanggung jawab atas orientasi seks sesama jenis
tersebut. Namun hal itu dengan mudah sebenarnya bisa disangkal.
Pasalnya, gen haruslah diturunkan dari generasi ke generasi. Pasangan
homoseksual, baik gay ataupun lesbian, seperti kita tahu, biasanya
tidak menikah (ataupun jika diperbolehkan menikah, pastilah dengan
sesama jenis). Lalu bagaimana gen itu bisa diturunkan kalo mereka tak
bisa punya anak?
Fakta lain yang menyangkal keberadaan
gen penyebab gay adalah pasangan kembar. Ada laporan yang menyebutkan
bahwa pada saudara kembar, salah satunya bisa saja gay, sedangkan
saudaranya normal. Padahal kita tahu bahwa anak kembar memiliki
genetik yang sama persis. Lalu apa penyebabnya?
Coba kita telusuri lagi menggunakan
contoh di atas. Dua anak kembar memiliki fisik sama persis karena gen
mereka juga sama plek. Kita bahkan akan sukar membedakan keduanya.
Namun ada satu ciri yang akan membedakan saudara kembar dengan
kemiripan wajah 100% sekalipun. Jika kalian suka cerita kriminal,
maka kalian pasti akan tahu apa itu.
Yap, sidik jari.
Bagaimana sidik jari bisa berbeda?
Karena sidik jari tidak diturunkan melalui gen, namun disebabkan oleh
peristiwa yang disebut “epigenetik”. Epigenetik adalah cabang
genetika yang meneliti sifat-sifat yang diturunkan tanpa mengubah
kode genetiknya. Simpelnya gini, kita ambil contoh sidik jari.
Bagaimana kita bisa punya sidik jari? Sidik jari tidak terkode dalam
genetik kita, melainkan karena tekanan air ketuban dalam rahim kita
yang menekan jari kita saat bayi. Bayangin aja elu berendem di air
selama sejam, pasti kulit di jari lu keriput? Nah, hampir sama lah
prosesnya dengan janin dalam rahim yang selama 9 bulan “kelelep”
dalam ketuban.
Namun sayang, menjelaskan
homoseksualitas melalui sudut pandang epigenetik nggak akan
sesederhana itu. Homoseksualitas, menurut para ahli Biologi,
disebabkan oleh proses yang disebut “metilasi DNA”.
Metilasi DNA adalah proses biologis
dimana gugus metil ditambahkan pada molekul DNA. Udah pusing? Nah
gampangannya begini. Gen kita terkode dalam DNA. DNA adalah rangkaian
basa nukelotida yang mengatur sifat-sifat lu, mulai dari warna mata,
warna kulit, tinggi badan, IQ (mungkin), apa lu gampang kena diabetes
nggak, dan lain-lain. DNA juga mengatur seksualitas melalui hormon.
Semisal ketika remaja, tubuh lu akan mengeluarkan hormon seks
(testosteron pada cowok dan estrogen pada cewek) yang menyebabkan
pubertas. Itu juga diatur oleh DNA.
Bak memiliki tombol saklar, gen kita juga diatur agar bisa bekerja dengan normal |
Nah, tingkah DNA sendiri juga harus
diatur. DNA bisa diekspresikan ataupun tidak diekspresikan, mirip
dengan tombol lampu on/off. Semisal jika DNA yang mengkodekan hormon
seks tadi diekspresikan sebelum kita remaja, bisa ribet nantinya.
Makanya ketika masih kanak-kanak, DNA tersebut di-off-kan. Barulah
setelah kita menginjak remaja, DNA itu di-on-kan. Bagaimana caranya?
Melalui metilasi DNA tadi.
DNA berbentuk seperti benang untaian
yang amat panjang. Seberapa panjang? Well, jika kita luruskan
untaiannya (DNA bentuknya double helix btw) maka panjangnya bisa
mencapai 1,8 meter. Buset! Lebih ruwet lagi, untaian DNA sepanjang
itu harus disimpan dalam sel yang ukuran keciiiiiiiiil banget. Lalu
bagaimana cara menyimpannya?
Dilogika aja, jika kalian memiliki
benang yang amat panjang, bagaimana kalian akan menyimpannya?
Digulung kan? Nah, sama dengan DNA ini. Untaian DNA yang panjangnya
hampir 2 meter digulung pada sebuah protein yang bernama histon.
Menggulungnya pun nggak sembarangan. Agar bisa menempel pada histon,
DNA tersebut diikat oleh gugus metil yang gue sebutkan tadi.
Prosesnya disebut metilasi DNA.
Gambaran proses epigenetik yang mempengaruhi fenotip (sifat) dari manusia |
Metilasi ini nggak hanya berfungsi agar
DNA-nya nggak keluyuran kemana-mana kayak benang kusut, namun juga
bisa berfungsi ganda sebagai switch on-off tadi. Bagaimana caranya
(dari tadi gue nanya ini terus yak)? Ketika gugus metil mengikat
sebuah segmen DNA dengan erat, maka gen dalam segmen DNA itu
di-off-kan (anggap aja karena diiket kencang, dia nggak bisa
ngapa-ngapain). Ketika DNA itu terikat dengan longgar, maka itu
artinya gen dalam segmen DNA itu di-on-kan, dengan kata lain bisa
diekspresikan.
Nah, di sinilah kaitannya dengan
homoseksualitas. Ada beberapa gen yang berfungsi untuk mengatur
preferensi seksual. Artinya ketika gen itu diekspresikan, maka yang
terjadi adalah preferensi seks yang normal (disebut “heteroseksual),
artinya cowok ya suka ama cewek, cewek ya suka ama cowok. Namun
ketika gen itu malah terikat dengan erat, maka gen tersebut tidak
bisa diekspresikan. Akibatnya preferensi seksualnya malah berubah.
Apa ada buktinya Bang? Setelah ilmuwan
mengetahui efek epigenetik tersebut, mereka mencoba memprediksinya
dengan meneliti pola metilasi pada DNA. Hasilnya, mereka bisa
memprediksi dengan keakuratan 70% apakah seseorang gay atau tidak.
Penemuan ini mengubah pemahaman tentang
homoseksualitas. Jika homoseksualitas bukanlah pilihan dan tak
dipengaruhi oleh kondisi sosial, tentu saja itu berarti
homoseksualitas adalah sesuatu yang tak bisa dihindari oleh
penderitanya. Sebagai contoh, penyebab gay menurut Teori Epigenetik
ini hampir sama dengan penyebab diabetes dan kanker.
Diabetes semisal, penyebabnya merupakan
genetik. Artinya jika ada kerabat lu yang kena diabetes, berarti
potensi lu kena diabetes juga ada. Namun itu bukan berarti ada gen
diabetes. Semua gen itu baik. Jikapun kita kena penyakit menurun,
biasanya itu karena kerusakan gen ataupun gen tidak berfungsi dengan
baik. Seperti gue katakan tadi, tidak ada gen penyebab diabetes, yang
ada adalah gen pencegah diabetes. Semisal contohnya gen yang mengatur
pengeluaran insulin.
Ketika menilik Teori Epigenetik tadi,
gen yang menghambat diabetes terikat dengan ketat oleh metilasi DNA
sehingga tak bisa dikespresikan. Sehingga akibatnya, ketika kadar
gula tubuh tinggi, insulin tak bisa dikeluarkan. Akibatnya orang
tersebut akan kena diabetes. Mirip halnya dengan kanker. Tak ada gen
penyebab kanker, yang ada adalah gen pencegah kanker. Ketika gen
pencegah kanker tersebut terikat terlalu erat, maka akibatnya gen itu
justru diswitch off ketika dibutuhkan (seperti Avatar). Akibatnya,
ketika negara api menyerang kita makan makanan yang banyak mengandung
bahan karsinogen (penyebab kanker) kitapun akan lebih beresiko
terkena kanker.
Apakah dengan mengetahui bahwa kaum
LGBT nggak bisa mengontrol orientasi seksual mereka akan membuat
kehidupan mereka lebih baik? Hmmm ... bisa iya, bisa tidak. Bangsa
Barat yang lebih mengutamakan sains ketimbang agama tentu saja akan
menoleransi keberadaan kaum LGBT karena memang itu adalah sesuatu
yang tak bisa dikontrol. Marah-marah ke mereka ya percuma, itu takkan
bisa mengubah orientasi seksual mereka. Kalo mau marah-marah ya ama
gugus metil DNA-nya aja.
Ini sedikit banyak ada benarnya juga
sih. Menghina dan mendiskriminasikan kaum LGBT itu sama saja dengan
menghampiri orang yang kena diabetes lalu memaki-maki dia, “Kok lu
bisa kena diabetes sih, dasar goblok!!!” atau ketika lu bertemu
dengan penderita kanker yang sedang duduk di kursi roda tiba-tiba
malah lu jungkalin sambil lu maki-maki, “Makanya jangan kena kanker
dasar bego!!!”.
Namun apa ada sisi negatifnya? Well,
kalo LGBT makin marak katanya kiamat sudah dekat. No comment sih buat
itu. Dan dari sisi non-religiusnya, penemuan di bidang epigenetik ini
justru malah bisa “menghabisi” kaum LGBT. Lho kok bisa?
Penemuan terbaru di bidang sains ini bisa saja membawa dilema baru, seperti relakah orang tua memiliki anak gay? |
Peneliti berpendapat bahwa peristiwa
metilasi DNA yang menyebabkan perubahan orientasi seksual itu terjadi
sejak di dalam kandungan. Entah apa ibu mengeluarkan hormon-hormon
tertentu yang menyebabkan metilasi di DNA janinnya, mekanismenya
belum dipahami sepenuhnya. Namun ada sebuah cerita lama yang beredar
tentang seorang ibu yang pengeeeeeeen banget punya anak perempuan.
Karena zaman itu belum ada teknologi USG, ia nggak bisa memastikan
jenis kelamin anaknya, namun terus berharap dan meyakini anaknya
perempuan. Begitu lahir, anaknya ternyata laki-laki. Namun begitu
tumbuh, ternyata anak laki-lakinya ini menjadi feminim dan
berperilaku seperti perempuan.
Nggak tahu apa ini ada kaitannya apa
nggak, namun ini hanya sekedar cerita bahwa kondisi ibu (mungkin
melalui hormon-hormon yang dikeluarkannya) bisa mempengaruhi kondisi
janinnya. Lalu apa signifikansinya bagi kaum LGBT? Nah, jika benar
proses “terbentuknya” homoseksualitas terjadi di janin dan para
peneliti bisa memprediksinya melalui posisi metilasi dalam DNA-nya,
maka bisa dong dokter menebak apakah bayi yang akan dilahirkan itu
akan menjadi gay atau tidak?
Dan jika kehidupan bayi itu tergantung
pada orang tuanya, apakah orang tuanya boleh memutuskan untuk
mengaborsi bayi mereka apabila ketahuan mengidap homoseksualitas?
SUMBER: WIKIPEDIA, LIVE SCIENCE
10. BISAKAH KITA HIDUP ABADI?
Pertanyaan terakhir dalam Biologi (dan
mungkin yang terpenting), bisakah kita hidup abadi.
Kenapa kita harus mati? Tak hanya
manusia, semua hewan dan tumbuhan pada akhirnya pun akan mati.
Uniknya, secara biologis kita masih belum memahami mengapa kita harus
menua dan akhirnya mati. Mungkin DNA kita tak sempurna hingga
lama-kelamaan akhirnya rusak dan tak mampu bekerja lagi, sehingga
lama-kelamaan kondisi tubuh kita akan melemah dan akhirnya wassalam.
Namun anehnya, tak semua makhluk bisa
menua dan mati. Bahkan ada makhluk hidup yang secara teoritis, bisa
hidup abadi. Lho kok bisa? Dan siapakah dia?
Oke, kita bahas dulu tentang manusia.
Apakah ada manusia yang bisa hidup abadi? Well, sebenarnya ada. Tapi
gue nggak bahas ganteng-ganteng vampir lho. Sosok manusia itu bernama
Henrietta Lacks, atau paling tidak, bagian dari dirinya. Jadi
ceritanya begini. Henrietta Lacks adalah wanita kulit hitam yang
menderita kanker dan akhirnya meninggal pada tahun 1951. Setelah
meninggal, para dokter mengambil sel-sel kankernya dan kemudian
mengkulturnya (dengan kata lain, memeliharanya) dan sel-sel kanker
itu hingga kini MASIH HIDUP! Bahkan, sel-sel parasit itu bahkan lebih
berguna lho ketimbang kehidupan elu hehehe. Sel-sel kanker tersebut
(dinamakan He-La, nggak ada hubungannya ama Thor tapi) dimanfaatkan
untuk penemuan vaksin polio. Karena tetap hidup setelah 70 tahun
kematian pemiliknya, bahkan mungkin akan terus hidup asalkan terus
dipelihara, sel-sel kanker ini bisa dianggap bisa hidup selamanya.
Lalu kalo bukan vampir, apa sih makhluk yang gue sebutkan tadi bisa hidup selamanya. Sepanjang sejarah, hewan yang memecahkan rekor memiliki umur terlama adalah sejenis kerang dengan nama species Arctica islandica yang bisa hidup selama 500 tahun. Wow! Tapi jangan keburu berdecak kagum dulu. Ada yang hidupnya lebih lama, bahkan bisa hidup selamanya. Hewan apakah itu?
Hewan tersebut adalah sejenis ubur-ubur
bernama spesies Turritopsis nutricula. Mengapa mereka dikatakan
abadi? Well, pertama-tama gue informasikan dulu, ubur-ubur memiliki
dua tahap dalam kehidupan. Tahap pertama adalah tahap muda, dimana
ubur-ubur akan menempel di dasar lautan dan berbentuk polip. Tahap
kedua adalah tahap dewasa (tahap yang biasa kita lihat di laut)
dimana ia bisa berenang bebas untuk mencari pasangan. Tahap ini
disebut tahap medusa.
Siklus hidup ubur-ubur |
Nah, keistimewaan ubur-ubur ini adalah,
begitu mencapai usia tua (dalam bentuk medusa), ia dapat kembali lagi
ke usia muda (dengan berubah ke tahap polip) lalu mengulangi siklus
hidupnya kembali. Dengan kata lain, jika mau, ubur-ubur ini bisa saja
hidup selamanya.
Namun ini bukan berarti ubur-ubur jenis
ini nggak bisa mati lho. Ubur-ubur ini bukannya terus punya kemampuan
super. Jika saja ia terkena penyakit atau dimangsa makhluk lain, ya
bisa saja dia mati.
Wah kalo kita sudah menemukan makhluk
yang bisa hidup abadi, kenapa nggak diteliti aja ya? Siapa tahu kita
bisa bikin serum “ekstrak keabadian” dari si ubur-ubur tadi
(kayak jelly-nya Mister Krabs di Spongebob) atau gen-nya dipindahkan
ke manusia biar bisa hidup selamanya. Entar kita bisa dong kayak
vampir-vampir ganteng yang ada di TV hehehe.
Boro-boro jadi vampir ganteng. Yang ada
kita malah jadi begini nih!
\
SUMBER: WIKIPEDIA
everything has an end, right?
ReplyDeleteSelain ikan lele, orang Jepang juga percaya kalau ikan oar (oarfish) dapat memprediksi gempa bahkan "membaca" keadaan di atmosfer. Tapi ada kaitannya dengan agama sih karena mereka menyebut oarfish dengan julukan "Ryūgū-no-tsukai", artinya "Messenger of the Dragon Palace", dan mereka menyampaikan akan datangnya gempa kepada manusia karena diberitahu oleh dewa naga (yang dianggap sebagai dewa air dan mengguncang bumi lewat kerak samudra) di kediamannya di istana naga bawah laut. Tidak ilmiah sama sekali, tetapi sangat menarik.
ReplyDeleteDan satu lagi, makhluk sudah ditakdirkan untuk mati. Kalaupun diberi umur seribu tahun untuk menyaksikan dunia hancur, pada akhirnya akan tercabut juga keabadianmu. Bukan berarti saya menolak usaha perpanjangan umur manusia sih. Sama saja dengan menolak sains dan ilmu pengetahuan.
Entah hidup abadi ataupun mati, dua-duanya sama-sama mengerikan.
ReplyDeleteGw pribadi masih percaya gay tidak dipengaruhi genetik.
ReplyDeleteSebab, gw pernah saksiin sendiri, gimana seorang tetangga, sebut saja Budi. Menjadi gay karena sakit hati diputusin pacar. Padahal dulu dia, ehem "you know lah" bernafsu sekali dengan betina.
Yg ngomong kan ilmuwan. Mungkin mereka kurang pintar kali, mikroskop nya ga dicuci dulu kali waktu meneliti gen nya. Lebih pintar kesaksian kmu
Deleteitu mah biseksual, beda ama homoseksual, mungkin kasusnya beda wkwkwk
DeleteNGAKAK REPLY NYA
Deletebjr jadi ga bisa tidur
ReplyDeleteManusia abadi? w pernah lihat di Youtube Veritasium yg njelasin masa penuaan pada makhluk hidup. Dan ilmuwan mengetahui bahwa penuaan sendiri karena sel makhluk hidup lupa dgn tugasnya akibat kerusakan DNA (contoh: sel kulit telinga yg tidak tumbuh rambut, tumbuh rambut ketika menua). Dan ilmuwan sudah melakukan percobaan pada DNA yg sudah rabun/buta karena penuaan sehingga mampu melihat kembali. Jadi menurut w, keabadian manusia bisa dicapai kalo mampu merubah DNA pada seluruh tubuh manusia sehingga sel tubuh menjadi sel yg muda kembali
ReplyDeleteWah kalo mkalo memperbaiki dna jadi inget alat canggih yg ada di film elysium
DeleteMenurut w kayaknya kalau manusia hidup abadi malah bakalan jadi bencana buat bumi secara keseluruhan ya, misalnya overpopulation. Kalau ada kelahiran harus ada kematian.
ReplyDeleteKalau salah satunya diberhentiin apalagi kalau manusia muncul terus tapi gak ada yang ilang malah bakalan ngilangin keseimbangan. Ngerusak rantai makanan dll. Karena itu mungkin ilmuwan punya clue buat nyiptain manusia abadi. Tapi mereka gak mau nyebarin informasi ini ke publik. Takutnya ada yang bisa mengetahui caranya dan manusia abadi ada dimana2
Malah mungkin emang udah ada cara untuk regenerasi tanpa batas tapi hanya boleh dilakukan orang2 Vip yang berduit banyak?
Yang gue bingung bang, jika benar tuhan membenci kaum gay, mengapa g spot nya laki laki kok ditaruh sama dia didalam bokong 😔
ReplyDelete