Halo
guys! Tahun 2020 ini bisa dibilang jadi bencana bagi dunia perfilman
Hollywood (dan juga bencana bagi pecinta film seperti gue). Soalnya
seperti kalian tahu, segala yang ada di planet ini terpaksa
di-“delay” gara-gara pandemi Coronavirus. Selama beberapa bulan
terakhir ini, bioskop ditutup dan akibatnya banyak film yang jadwal
penayangannya terpaksa diundur. Belum lagi film-film yang lagi
syuting ataupun sudah masuk editing harus terhenti prosesnya karena
para emeran dan krunya mesti dikarantina.
Akibatnya
bisa ditebak, mungkin 2020 ini nggak akan menelurkan film-film horor
dahsyat seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun untungnya gue masih
[bisa] mendapat banyak hiburan karena gue suka sekali mencari
film-film horor “hidden gem” alias berkualitas baik tapi jarang
diketahui, termasuk buatan tahun-tahun terdahulu yang mungkin
terlewat dari radar film horor kalian. Nah, karena itu gue akan
mereview 10 film horor “hidden gem” yang layak kalian saksikan
sebagai pelipur lara selama masa pandemi ini.
So
here we go.
1.
SEA FEVER (2019)
Film
horor Irlandia selama beberapa tahun ini mengalami peningkatan
kualitas yang cukup signifikan (salah satu contohnya adalah “The
Hallow”, salah satu film horor favorit gue). Judul lain yang bisa
gue rekomendasikan adalah “Sea Fever” dan seperti judulnya,
temanya tak jauh-jauh dari pandemi yang kita alami sekarang ini.
“Sea
Fever” menceritakan seorang mahasiswi pendiam (bahkan agak
anti-sosial menurut gue) yang ditugaskan kampusnya untuk melakukan
penelitian bersama para kru sebuah kapal nelayan. Namun tak disangka,
salah satu kru tersebut terinfeksi penyakit mematikan dari dasar laut
yang kemudian menulari para penumpang kapal lainnya. Film ini menarik
karena tak hanya bersinggungan dengan bencana yang kita alami ini,
namun beberapa efek gore-nya juga cukup terasa.
Film
ini juga menyinggung isu-isu sosial (apalagi karena settingnya di
Eropa) yakni masalah imigran Timur Tengah. Film ini dari segi cerita
cukup gripping, begitu pula endingnya menurut gue cukup menyentuh dan
memuaskan. Sayang, kalo gue harus menilik kelemahannya, tentu pada
desain makhluk yang menjadi sosok antagonis film ini yang menurut gue
amat tidak menyeramkan. Bukannya serem seperti monster (gue sih
sebenarnya lebih menginginkan monster Lovecraftian atau paling nggak
mirip-mirip ama desainnya Guilermo del Toro), desain makhluknya malah
... uhm, cantik dan nggak mengancam? Pokoknya liat sendiri deh supaya
kalian bisa menilainya.
Gue
kasi skor 3,5 CD berdarah untuk film ini.
2.
UNDERWATER (2020)
Kristen
Stewart dan Robert Pattinson memang selamanya lebih dikenal sebagai
Bella dan Edward di “Twilight”, namun akhir-akhir ini mereka juga
mulai melebarkan sayap mereka dengan merambah akting di film horor.
Jika Robert Pattinson tercatat membintangi “The Lighthouse”, maka
Kristen Stewart-pun menelurkan film horornya sendiri, yakni
“Underwater”.
Sesuai
judulnya, “Underwater” menceritakan kru pengeboran dasar laut
yang harus berusaha menyelamatkan diri setelah gempa dahsyat melanda
fasilitas mereka. Namun tak hanya harus bertahan dari habitat bawah
laut yang tak bersahabat (eg: mereka nggak bisa bernapas dan harus
memakai baju selam khusus), mereka juga harus menghadapi monster yang
menakutkan.
Desain
monsternya menurut gue amat Lovecraftian banget dan kreatif. Dari
segi ceritanya, karakterisasi para tokohnya juga cukup membuat kita
sebagai penonton cukup peduli pada mereka dan juga merasa sedih saat
mereka menemui ajal mereka satu demi satu (ups, spoiler). Walaupun
jalan cerita dan temanya cukup generik dan klise serta nggak
menawarkan hal yang baru, namun tetap saja gue merasa amat terhibur
dengan film. Bahkan, film ini menurut gue under-appreciated banget
dan kualitasnya jauh melebihi ekspetasi gue.
Gue
kasi film ini 4 CD berdarah.
3.
THE WRETCHED (2019)
Gue
sempat merasa ragu mau memasukkan film ini ke list ini apa nggak
(karena gue berencana masukin film-film yang bener-bener
berkualitas), namun yah ... gue pikir kalian mungkin akan menyukai
film ini, so why not? Film ini menceritakan seorang remaja bermasalah
yang curiga bahwa sesosok monster mengerikan tengah mengintai rumah
tetangganya dan menculik anak-anak. Agak bergenre komedi, ada
beberapa hal yang nggak gue sukai dari film ini, walaupun dari
berbagai aspek film ini cukup menghibur.
Pertama
adalah jalan cerita yang menurut gue terlalu mirip ama “Fright
Night” dan “Disturbia”. FYI kedua film itu memiliki plot yang
sama, yakni seorang remaja yang curiga bahwa tetangganya memiliki
niat jahat (di “Fright Night” tetangganya adalah vampir,
sedangkan di “Disturbia” pembunuh berantai). Namun karena reputasi
remaja itu sebagai anak nakal, tak ada yang mempercayai
peringatannya. Menurut gue nggak kreatif sih jika trope itu lagi-lagi
ditarik untuk film ini, terlalu predictable jalan ceritanya.
Kekurangan
kedua adalah mendekati klimaks, film ini berusaha melemparkan plot
twist yang menurut gue selain nggak efektif, malah terasa janggal.
Alasannya karena foreshadowing yang kurang kuat sehingga pas adegan
reveal-nya, gue malah merasa twist-nya terlalu dibuat-buat. Tak hanya
itu, jika twist ini dihilangkan dari jalan cerita, hasilnya juga
menurut gue nggak begitu berpengaruh banyak buat film ini.
Namun
tetap saja, ada kelebihan yang bisa dibanggakan di film ini. Desain
monsternya menurut gue cukup menakutkan dan adegan tiap kali ia
muncul selalu saja seru dan bikin merinding. But other than that,
menurut gue skor 3 CD bedarah cukup untuk film ini.
4.
THE LODGE (2019)
Lagi-lagi
film Irlandia yang berkualitas. Jika tadi kita membahas “Sea
Fever”, maka film “The Lodge” ini spesial tak hanya karena
jalan ceritanya yang mencekam, namun juga pemainnya yang cukup
dikenal, yakni pemeran Bill cilik di film “It”. Film ini memiliki
salah satu opening scene paling kuat dan dahsyat dari deretan film
horor yang pernah gue lihat seumur-umur. Banyak orang bilang bahwa
menit-menitpertama sebuah film amatlah penting (terutama di zaman
streaming ala Netflix ini) karena menentukan apakah para penonton
akan bertahan menyaksikannya apa tidak. And oh boy (bukan roti itu
ya), film ini sama sekali nggak menyia-nyiakan adegan openingnya sama
sekali!
Film
ini berkisah tentang dua anak yang amat membenci ibu tiri mereka. Dan
sialnya, mereka berdua terpaksa tinggal bersama ibu tiri mereka itu
bertiga di sebuah pondok terpencil selama musim dingin. Dan tak hanya
itu, mereka juga harus menghadapi misteri menakutkan yang mengancam
mereka di sepanjang keterisolasian itu. Apakah hantu? Monster?
Psikopat? Nah, kalian simpulkan saja sendiri setelah menyaksikan film
ini.
Yup,
lagi-lagi tema film ini beresonansi kuat dengan masa karantina yang
kita alami ini. Bayangkan aja lu terjebak bersama orang yang paling
lu benci di dunia di sebuah rumah tua angker. Apakah yang akan
terjadi? Film ini jelas adalah film slow burning yang creepy dan
tidak mengandalkan jumpscare murahan. Suasana atmosferik dengan musim
dingin yang kelam serta kondisi rumah tua yang sudah sedari awal
mencekam sepertinya sudah cukup menimbulkan kesan horor, tanpa perlu
menghadirkan penampakan yang mengejutkan. Dan endingnya ... wow,
jelas ending film ini adalah salah satu ending paling creepy dari
semua film horor yang pernah gue saksikan (agak-agak ngingetin gue
ama Blair Witch Project sih). Definitely worth to watch!
Skornya?
Gue berani kasih film ini 4,5 CD berdarah.
5.
Z (2019)
“Z”
konon adalah salah satu film horor rilisan 2020 terbaik dan gue-pun
sempat tergoda dengan premis itu. Namun sayang, ternyata itu cuman
janji manis semata, walaupun memang ada benarnya sih, di antara
keterbatasan rilis film di 2020, bahkan film “pas-pasan” seperti
bisa juga dianggap unggul jika dibandingkan film-film horor besutan
2020 yang lain.
“Z”
menceritakan tentang sebuah keluarga yang menghadapi misteri
menakutkan ketika anak mereka mulai memiliki teman khayalan yang
keberadaannya mulai meresahkan kedua orang tuanya. Apakah teman
khayalannya itu benar hanya imajinasinya saja, ataukah ada kekuatan
iblis yang merasuki rumah itu?
Salah
satu daya tarik film ini adalah pemainnya, yakni Sean Rogerson yang
gue ingat banget memerankan salah satu film found footage favorit
gue, yakni “Grave Encounters”. Sayang, di sini statusnya sebagai
salah satu “raja horor” seakan-akan disia-siakan begitu saja.
Dari awal hingga sekitar pertengahan film, emang harus gue akui film
ini cukup mencekam dengan adegan-adegan jumpscare yang bikin gue
melompat. Gue bahkan sempat berpendapat bahwa film ini bakalan jadi
“the next Insidious”. Namun sayang, begitu paruh kedua, kualitas
cerita film ini justru drop parah dan nggak lagi menarik seperti
paruh pertama. Kalo saran gue sih, tonton aja sampai adegan rumah
mereka kebakaran, karena cerita selanjutnya menurut gue nggak
penting. Endingnya juga tak kalah mengecawakan.
Gue
kasi film ini skor 2,5 CD berdarah.
6.
GIRL ON THE THIRD FLOOR (2019)
Genre
rumah berhantu emang nggak ada matinya, tapi bagaimana dengan rumah
yang sudah dihantui bahkan sebelum ditempati? Film ini memiliki
premis sederhana, seorang bapak berusaha merenovasi rumah tua yang
baru dibelinya. Namun kejadian demi kejadian aneh yang mengintainya,
termasuk kematian beruntun, membuatnya berpikir bahwa rumah itu
mungkin saja dihantui.
Jujur
saja, dari segi cerita, film ini kurang memuaskan bagi gue. Ada plot
hole di sana sini dan adegan klimaksnya yang seharusnya menegangkan
malah menurut gue menjadi antiklimaks. Namun ada satu hal yang
membuat gue merasa film ini layak gue rekomendasikan kepada kalian:
yakni gore-nya. Yah, walaupun kadarnya sedikit, namun adegan gore di
film ini cukup membuat gue mengernyit.
Gue
kasi film ini skor 3 CD berdarah. Emang ada unsur-unsur yang bagus
dari film ini, namun jika kalian memutuskan menontonnya, kalian juga
harus bisa menerima beberapa kekurangan yang menganga jelas di film
ini.
7.
THE CRAZIES (2010)
Premis
“The Crazies” cukup simpel. Bayangkan sebuah wabah zombie, tapi
zombienya masih bisa berpikir dan pinter, waduh bahaya banget dong?
Film ini menceritakan sebuah kota kecil yang tercemar bahan kimia
berbahaya yang membuat siapapun yang terkena akan menggila menjadi
zombie yang haus darah, namun masih bisa mempertahankan
kecerdasannya. Mampukah ada yang selamat dari terjangan epidemi
kegilaan tersebut?
“The
Crazies” menawarkan konsep yang cukup menarik (dan cukup sadis sih
menurut gue). Jika melarikan diri dari zombie aja sudah sulit,
bayangkan jika harus berhadapan dengan “crazies” ini. Tak heran,
ada banyak adegan menegangkan (favorit gue terutama di kamar otopsi
dan bengkel pas klimaksnya) dimana para tokohnya harus
kucing-kucingan menghadapi aksi brutal para crazies ini.
Film
ini pasti memuaskan para penggemar horor dan gue kasih skor 4 CD
berdarah.
8.
DARK SKIES (2013)
Film
horor bertema supranatural, rumah berhantu, ataupun psikopat sudah
biasa. Tapi bagaimana dengan film horor bertema alien? Tema seperti
ini memang jarang diangkat, soalnya mungkin lebih cocok masuk ke
genre sci-fi. Salah satu film horor bertema alien yang bisa gue ingat
antara lain “Encounter of The Fourth Kind” (filmnya Mila Jovovich
tuh), “The Sign”, ama salah satu cerita dalam anthology “V/H/S
2”. Makanya gue cukup kaget ketika pertama kali membaca sinopsis
“Dark Skies” ini.
Film
ini menceritakan sebuah keluarga sub-urban Amerika biasa dengan
sepasang ayah dan ibu serta kedua anak mereka. Namun kedamaian hidup
mereka berubah bencana ketika hal-hal aneh mulai terjadi di rumah
mereka dan membawa mereka ke satu kesimpulan yang cukup meresahkan,
yakni rumah mereka disusupi oleh alien yang hendak bermaksud jahat
pada mereka.
Walaupun
bertema alien, namun film ini jauh dari unsur sci-fi, bahkan lebih
kentara horornya (terasa seperti genre rumah berhantu malah),
agak-agak ngingetin gue ama “Paranormal Activity” juga. Sebuah
perubahan genre yang fresh sih menurut gue. Ada beberapa jumpscare di
sana sini yang membuat gue menjerit karena kaget dan plot twist yang
ditawarkan juga cukup memuaskan. Alhasil, gue memberikan skor yang
lumayan tinggi, yakni 4 CD berdarah untuk film ini.
9.
COUNTDOWN (2019)
Awalnya
gue sempat ragu mau nonton film ini atau tidak. Alasannya karena
skornya di Rotten Tomatoes cuma 26%. Namun gue pikir nggak ada
salahnya, soalnya filmnya udah tersedia dengan gratis di laptop.
Begitu gue menyaksikannya, gue justru tercengang. Film ini jauh
melebihi ekspetasi gue, bahkan sama sekali nggak layak dihakimi
dengan skor serendah. Itu!
“Countdown”
menceritakan sebuah aplikasi yang bisa meramalkan kapan kita akan
mati. Celakanya, ketika aplikasi penghitung mundur itu menunjukkan
bahwa kita akan mati dalam hitungan hari atau bahkan jam, apa yang
akan kita lakukan? Premisnya emang cukup menarik, bahkan menurut gue
mirip “The Ring” meets “Final Destination”.
Jarang
bagi sebuah film untuk menampilkan adegan-adegan memukau pada
awal-awal film. Biasanya sih awal-awal baru dipakai untuk pengenalan
karakter dan keseruan baru dimulai at least 30 menit pertama. Tapi
film ini jelas beda, di menit-menit pertama saja adegan-adegan
kematian seru tak malu-malu langsung ditampilkan. Bahkan menurut gue,
banyak film-film horor yang klimaksnya saja nggak mampu menyamai
keseruan di 30 menit pertama film ini. Dari awal, film ini
benar-benar wow!
Namun,
ada satu hal lagi yang harus kalian ketahui, yakni film ini bergenre
campuran horor dan komedi. Ada beberapa tokoh yang emang dijadikan
“running gag” atau “comic relief” di film ini (sementara
tokoh utamanya tetap serius) dan ini mungkin bisa menjadi masalah
bagi beberapa tipe penonton. Gue sih termasuk tipe pecinta horor yang
nggak begitu suka sama genre horor komedi (kecuali kalo emang film
itu dimaksudkan sebagai parodi horor, semisal “Scary Movie” atau
“Dude Bro Party Masscare III”). Menurut gue kalo mau horor ya
harus serem, kalo mau komedi ya komedi aja.
Bagi
kalian, komedi di sini bisa jadi sedikit masalah karena seperti gue
bilang 30 menit pertama benar-benar pure horor, namun selanjutnya,
film ini berubah arah menjadi komedi yang menurut gue sedikit
mengurangi kadar horornya. Sosok antagonis utamanya juga menurut gue
jadi nggak menyeramkan. Namun yah, komedi di film ini sebenarnya
masih oke lah, masih dalam taraf yang bisa diterima. Jokes-nya juga
nggak cringe-cringe amat dan sebenarnya juga cukup membantu film ini.
Gue
memberikan film ini skor 4 CD berdarah karena menurut gue, film ini
bakalan menghibur kalian. And don't listen to Rotten Tomatoes!
Seadainya aja gue dengerin Rotten Tomatoes, bisa aja gue kehilangan
“hidden gem” ini. Saran gue sih, jadiin situs-situs review film
sebagai patokan sih boleh-boleh aja, namun kalian juga harus ingat
bahwa selera orang beda-beda dan bisa jadi film berskor rendah malah
menghibur kalian dan film berskor tinggi bisa jadi malah bikin kalian
berpikir, “Ish, film apaan sih ini?”. That happens. A lot.
10.
ANTI MATTER (2019)
I
saved the best for last. Bagi kebanyakan film, budget merupakan salah
satu tantangan utama. Jika film itu diproduseri peruahaan film besar
yang ternama sih budget jelas bukan masalah, jutaan dolar siap
digelontorkan. Tapi kalo pembuat film indie tentu saja harus memutar
otak membuat film sekreatif mungkin dengan dana seadanya. Film horor
biasanya tak membutuhkan budget banyak. Lihat saja film “Halloween”,
“Evil Dead”, hingga film-film found footage seperti “Blair
Witch Project” dan “Paranormal Activity”. Namun kalo film
science fiction low budget, wah kedengarannya hampir mustahil ya?
Soalnya kan film sci-fi identik sekali dengan visual effect canggih
yang jelas harganya tidak murah. Namun jika ditilik, ternyata sudah
ada kok beberapa sineas yang berhasil menelurkan film-film sci-fi
berkualitas dengan budget minim, seperti “Primer” dan
“Coherence”. Nah, sepertinya film “Anti Matter” juga harus
ditambahkan di list itu sebagai bukti bahwa keterbatasan dana tak
menghalangi sebuah film untuk menjadi jenius.
Dilihat
dari judulnya, jelas sekali film ini erat kaitannya dengan Fisika.
Film ini menceritakan Ana, seorang mahasiswi asal Amerika yang
mengerjakan project skripsinya di Oxford University, hingga pada
suatu saat dalam eksperimennya, ia berhasil menemukan alat
teleportasi. Namun ketika ia mengambil keputusan untuk mencobakan
mesin itu kepada dirinya sendiri, iapun harus siap menerima
konsekuensi mengerikan yang tak terelakkan.
Nggak
bisa gue pungkiri, film ini bukanlah film horor (jadi jangan harapin
ada monster masuk dari gerbang dimensi lain dan sebagainya wkwkwk),
melainkan lebih ke misteri dan sci-fi thriller. Namun jika kalian
sudi mengikuti jalan ceritanya, maka akan ada plot twist membahana
yang siap ditawarkan di klimaksnya. Seperti kata gue tadi, ini adalah
jenis film cerdas, jadi siap-siap aja memutar otak saat menyaksikan
film ini. Jadi, mungkin buat kalian yang sukanya film yang ringan dan
renyah serta nggak suka film-film yang membuat kalian berpikir, film
ini pastilah tidak cocok dengan selera kalian.
Walaupun
film ini berhasil mencapai banyak hal dengan keterbatasan budgetnya,
namun tetap saja di sana sini masih terlihat kelemahan teknis yang
sejujurnya sih sulit dihindari di film-film indie minim budget
seperti ini (sebagai contoh, akting si pemeran cowoknya), jadi kalian
juga harus siap memakluminya. Tapi dari segi ceritanya, wow, gue siap
memberikan skor 4,5 CD berdarah untuk film ini. Yah, walaupun nggak
bisa full 5 CD berdarah sesuai keinginan gue karena ada beberapa
kekurangan yang gue sebutkan tadi.
Nah,
itu dia guys 10 film horor yang gue rekomendasikan ke kalian. Silakan
dipilih mana yang sesuai dengan selera kalian dan ditunggu
feedbacknya juga ya (awas, jangan spoiler!). Selain itu, jika ada
judul film horor “hidden gem” lain yang mau kalian
rekomendasikan, gue tunggu banget di kolom comment!
SUMBER GAMBAR: IMDB
The Crazies (2010) yg gw favorit di list ini.
ReplyDeleteAnti Matter tahun 2016 min bukan 2019.
Sukses selalu.
Boleh request Bang Dave review atau rekomendasi game?
ReplyDeleteBang dave sepertinya tau banget ttg film-film horor, saya dulu pernah nonton di tpi kalo ga salah film tentang seseorang yg kalo ga salah ingat bermusuhan dengan orang gypsi trus orang itu dikutuk menjadi sangat sangat kurus, tapi bukan the machinist. Saya ingin nonton film itu lagi tapi gatau judulnya, barangkali bang dave tau...
ReplyDeleteItu judulnya "thinner" dari dari novelnya stephen king. Emang seru bgt itu
DeleteKayaknya yang bang Dave maksud bukan Suburbia tapi Disturbia, yang main Shia LaBeouf bukan bang?
ReplyDeleteWkwkwk kalian bener. Gw aslinya udah mikir2 gt tapi kok ingatnya disturbia itu filmnya halle berry, eh ternyata itu gothika 😂
DeleteBang sama saya kecil juga pernah nonton serial di TPI judulnya mirror mirror tapi dicari di Google gada
ReplyDeleteIni pake hp ortu jd nama akunnya aneh hehe
Bang Dev, film no.3 itu vibe nya sama dengan "disturbia" gak? bukan suburbia?
ReplyDeleteNgomongin soal film zombie, ada 1 yg menurut gw paling unik yaitu film "cell". Jika zombie pada umumnya disebabkan oleh virus, di film ini malah gara2 hp:v
ReplyDeleteCell bukannya novel stephen king nggak sih? Sudah ada filmnya? Wow ketinggalan bgt gw 😂
DeleteItu mata yg ada di poster film Z perasaan mirip mata ultraman 😂😂
ReplyDeleteBlog ini kan dulu sering review film. Gimana cara nyari review film yg dulu dulu di blog ini? Kenapa ga dibikin hashtag aja biar semua reviw film di sini muncul URL nya satu per satu. Hashtg atau kategori aja bang
ReplyDeleteUdah, nonton yang the lodge itu. Seru. Endingnya memang.... Ah sudahlah, mereka jadi gitu karena ulah mereka sendiri. Haha.
ReplyDelete