Bagaimana
pendapat kalian tentang sains? Sains memang banyak membantu segala
aspek kehidupan kita. Mulai dari obat-obatan di puskesmas hingga
smartphone kesayangan kita, semua tercipta berkat sains. Sedangkan
ada pula ada sisi sains yang nggak mudah diterima oleh masyarakat
kita, sebut saja contohnya Teori Evolusi. Namun sekontroversial
apapun, dalam proses pencarian kebenaran, sains senantiasa
menggunakan “metode ilmiah” yang mampu dipertanggungjawabkan.
Dengan kata lain, semua pendapat dan teori, jika ingin disebut bagian
dari “sains”, haruslah melalui pengujian dan pembuktian terlebih
dahulu.
Nah,
segala sesuatu yang hanya berbau “sains” namun tidak memiliki
pembuktian ilmiah disebut dengan “pseudosains” atau “sains
palsu”.
Lho,
emang bisa sains dipalsukan? Bisa, bahkan kalian mungkin telah lama
mempropagandakan sains palsu ini dalam kehidupan kalian sehari-hari.
Pseudosains bisa berisi pernyataan, kepercayaan, atau praktik yang
diklaim (ingat ya, diklaim) memiliki bukti yang saintifik dan
faktual, namun pada kenyataannya tidak dibarengi dengan metode ilmiah
ataupun penelitian yang lazim, sehingga klaim tersebut seharusnya
diragukan.
Gampang
kok mengenali pseudosains karena ciri-cirinya biasanya jelas, antara
lain :
- Menggunakan klaim yang bombastis dan kontradiktif (berlawanan) dengan kenyataan, contohnya: pil ini bisa mengobati kanker, padahal ampe sekarang obat kanker belum ditemukan.
- Mencoba membuktikan klaim tersebut dengan konfirmasi yang bias, semisal temennya dari temennya temenku pernah gini lho atau didukung oleh dokter ini bla bla bla. Padahal ketika dikonfirmasi, dokter itu sama sekali nggak ada ataupun jika benar-benar ada, nggak merasa mendukung pernyataan tersebut.
- Enggan ketika dievaluasi atau dikritik oleh ahli lain. Pernah liat ada talkshow tentang pengobatan alternatif di TV kemudian ada dokter beneran yang mencoba menyangkal (atau paling nggak menyelidiki) klaim tersebut, terus orangnya marah-marah? Nah ketidakterbukaan itulah salah satu ciri kuat pseudosains, padahal sains yang sesungguhnya selalu siap menerima kritik dan perbaikan.
- Hipotesis tidak disertai dengan pembuktian secara sistematis melalui percobaan/eksperimen yang sesuai metode ilmiah. Semisal buktinya cuma dari kesaksian bapak ini, ibu ini, tapi nggak bisa menunjukkan data yang valid.
- Praktiknya tetap diteruskan walaupun hipotesis tersebut telah lama didiskreditkan oleh para ahli. Nah ini yang paling berbahaya, walaupun para ahli dan dokter lain sudah menolak kebenaran suatu praktik pseudosains, tapi tetap saja pengikutnya nggak mau dengar dan tetap ngeyel karena praktik tersebut sudah telanjur terkenal/ mengakar dalam masyarakat
Mau
tahu apa aja contoh pseudosains di sekitar kita? Let's check 'em out!
1.
ASTRONOMY VS ASTROLOGY
Suka
baca ramalan bintang? Waduh, berarti kalian sudah jadi korban
pseudosains bernama Astrologi. Astrologi merupakan salah satu
pseudosains tertua di dunia yang sudah berusia 4 ribu tahun.
Peradaban-peradaban kuno di dunia, mulai dari Mesir, Yunani, China,
hingga Maya percaya bahwa takdir kita diatur oleh bintang-bintang.
Sehingga, dengan membaca langit (pergerakan langit, posisi bintang,
dan lain-lain), kita akan bisa memprediksi nasib kita.
“Lawan”
modern dari Astrologi adalah Astronomi, yakni ilmu perbintangan yang
benar-benar valid karena menggunakan metode ilmiah dan peralatan
canggih, semisal teleskop hingga satelit. Astronomi juga menggunakan
perhitungan matematis dan rumus-rumus fisika, namun bukan lagi untuk
mengetahui takdir manusia, melainkan untuk mempelajari lebih baik
mengenai semesta yang kita tinggali ini.
2.
CHEMISTRY VS ALCHEMY
“Alchemy”
(atau alkimia) adalah pesudosains berumur ribuan tahun yang bermula
di Eropa purba. Para ahli alkimia percaya bahwa berbagai jenis
batu-batuan hingga bahan-bahan kimia tertentu merupakan perantara
kekuatan magis. Jika kalian percaya bahwa memakai batu-batu giok
tertentu bisa membawa kesehatan ataupun keberuntungan, nah berarti
kalian pengikut Alkimia ini. Hal ini sebenarnya bisa dimengerti
karena mereka belum benar-benar memahami properti dari bahan-bahan
kimia tersebut.
Contohnya
seperti ini nih. Beberapa batu permata seperti opal dan pirus
(turquoise) bisa berubah warna dan ketika itu terjadi, biasanya
diikuti dengan kematian sang pemakainya. Tak heran, batu-batu
tersebut kemudian diasosiasikan memiliki kemampuan mistis. Padahal,
kedua batu tersebut sesungguhnya hanyalah mineral yang bisa
berinteraksi dengan garam yang ada di keringat pemakainya. Ketika
keringat tersebut bersifat asam (biasanya merupakan gejala penyakit),
maka batu-batu itupun akan berubah warna.
Para
ahli Alkimia di masanya juga berusaha menemukan “elixir” yakni
suatu cairan kimia yang apabila diminum akan membuat hidup seseorang
abadi. Kaisar Tiongkok yang membangun Tembok Besar China, Qin Shi
Huang, percaya bahwa elixir yang dimaksud adalah merkuri (air raksa)
yang sifatnya yang eksotis (yakni logam, namun berbentuk cair).
Bukannya hidup abadi, ia malah langsung tewas setelah meminumnya
sebab merkuri merupakan bahan kimia yang amat toksik.
Konsep
Alkimia dalam sejarah kuno resmi berakhir setelah seorang ilmuwan
Muslim pada abad ke-8 bernama Ibnu Hayyan memperkenalkan landasan
ilmu Kimia modern menggunakan prinsip metode ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan, sehingga proses kimia tak lagi dianggap
sebagai fenomena “gaib”.
3.
KEDOKTERAN VS PENGOBATAN ALTERNATIF
Nah,
ini nih yang seringkali masih menjebak masyarakat kita. Keberhasilan
pengobatan alternatif hingga kini masih belum dibuktikan secara
ilmiah, namun di negara kita, teknik semacam ini masih banyak
dipraktekkan. Contoh paling mudah adalah sensasi batu Ponari dimana
walaupun jelas diragukan secara logika, tetap saja ribuan orang
membanjiri rumah Ponari kala itu untuk meminta “keberkahan”
penyembuhan dari batu nan mistis tersebut.
Mungkin
kalian sendiri menertawakan orang-orang yang mempercayai klaim klenik
batu Ponari. Namun jangan salah, bukan berarti kalian dalam kehidupan
sehari-hari nggak menerapkan pseudosains lho. Kalian kerokan aja udah
merupakan bukti bahwa kalian percaya ama pseudosains. Berbagai macam
pengobatan alternatif seperti chiropractic (bahasa kerennya tukang
urut), colon cleansing, akupuntur, naturopathy (menggunakan tanaman
herbal sebagai pengobatan alami), reflexology (pijak refleksi),
menggunakan kalung atau gelang magnet, semuanya belum bisa dibuktikan
keberhasilannya secara ilmiah sehingga bisa dikategorikan sebagai
pseudosains.
Contoh
lain, segala macam pengobatan yang menggunakan kata “detox
(detoksifikasi)” sudah termasuk pseudosains karena ilmu kedokteran
modern nggak mengenal kata itu (proses detoksifikasi sendiri sudah
dilakukan secara otomatis oleh organ-organ tubuh seperti hati dan
ginjal, jadi nggak butuh zat dari luar). Silakan baca artikel menarik dari Health Line dan Harvard mengenai praktek detox ini. Pseudosains di bidang
kesehatan juga mulai merambah ke kosmetik juga lho. Jika ada kosmetik
yang menggunakan konsep “anti-aging” dalam promosinya, klaim
tersebut jelas termasuk pseudosains sebab sains modern kita hingga
kini belum bisa memperlambat penuaan. Bahkan, ilmu yang mempelajari
proses untuk memperlambat penuaan (disebut Biogerontology) merupakan
cabang ilmu yang dianggap tabu dan melanggar bio-etika.
Ingat,
gue bukannya mengatakan pengobatan alternatif sama sekali nggak
bermanfaat lho. Tentu saja beberapa dari teknik di atas bisa saja
membawa keuntungan bagi jiwa raga kita. Naturopathy dan detoks
semisal, bisa membawa kita ke gaya hidup yang lebih sehat.
Chiropractic dan refleksologi bisa membuat kita lebih rileks.
Kosmetik anti-aging juga mungkin bisa membuat kulit kita lebih segar.
Namun, menggantungkan hidup kita pada pengobatan alternatif bukanlah
hal yang bijak, sebab seperti pseudosains lainnya, keefektivitasannya
belumlah teruji secara ilmiah.
4.
ARCHEOLOGY VS PSEUDOARCHEOLOGY
Suka
dengan Teori “Ancient Aliens”? Nah, berarti kalian sudah
“teracuni” dengan prinsip Pseudoarkeologi. Orang-orang yang
mengaku sebagai “ahli” Pseudoarkeologi yakin bahwa
bangunan-bangunan yang dihasilkan peradaban kuno, semisal berbagai
piramida Mesir dan Aztec, sesungguhnya dibangun dengan bantuan alien.
Teori “Ancient Aliens” sendiri menyatakan bahwa di masa lalu,
Bumi dikunjungi oleh “astronot” alien dari luar angkasa yang
kemudian mengajarkan teknologi kepada nenek moyang kita. Hal ini
seakan menjelaskan mengapa peradaban kuno yang seharusnya primitif
malah bisa menghasilkan bangunan berskala megah dengan ketelitian
arsitektural rumit yang seharusnya sulit dicapai dengan alat-alat
seadanya pada masa itu.
Namun
seperti pernah gue singgung di salah satu postingan gue yang jaduuuul
banget, keberadaan Pseudoarkeologi ini sesungguhnya didorong oleh
paham rasisme. Mengapa gue mengatakan demikian? Karena teori Ancient
Aliens tak pernah menyinggung bangunan-bangunan megah buatan bangsa
Eropa kuno, semisal Parthenon dan Colosseum, serta kemajuan teknologi
pada masa Yunani dan Romawi kuno terkait dengan keterlibatan alien
dari luar angkasa. Mereka justru menyasar bangunan-bangunan kuno
seperti Baalbek di Lebanon, Macchu Picchu di Peru, hingga Angkor Wat
di Kamboja, yang menurut mereka pasti dibangun dengan teknologi
alien.
Alasannya?
Well, karena mereka menganggap bangsa kulit putih pada dasarnya
memang jenius dan superior sehingga nggak mengherankan jika mereka
bisa membangun bangunan dengan cita rasa arsitektur tinggi yang
melampaui masanya. Namun ketika gantian bangsa Afrika, Asia, dan
penduduk asli Amerika yang membangunnya, mereka langsung menuduh ada
keterlibatan alien. Sebab menurut mereka, nggak mungkin bangsa
“terbelakang” seperti mereka bisa memiliki teknologi yang maju.
5.
PSYCHOLOGY VS PARAPSYCHOLOGY
Pernah
liat adegan di film “Conjuring” dimana Ed dan Lorraine Warren
menggunakan alat-alat elektronik untuk mendeteksi adanya hantu? Salah
satu alat yang mereka bawa adalah pengukur suhu sebab mereka yakin
aktivitas paranormal akan membuat suhu di sekitar menjadi drop. Nah,
klaim-klaim yang menggabungkan dunia gaib dengan hal-hal berbau sains
tersebut termasuk ke dalam Parapsikologi.
Parapsikologi
adalah pseudosains yang mencoba menjelaskan hal-hal berbau
supranatural dengan bahasa ilmiah. Tak hanya tentang hantu saja,
Parapsikologi juga berusaha membuktikan keberadaan ESP, telepati,
precognition (kemampuan meramal), telekinesis, hingga necromancy
(berbicara dengan arwah) sebagai fenomena yang benar-benar nyata dan
bisa dijelaskan secara ilmiah. Tapi tentu saja, teknik penelitian
yang mereka terapkan amatlah diragukan dan tak bernilai saintifik
sama sekali. Semisal, mereka bisa saja menggunakan data berupa
kesaksian dari orang-orang yang mengklaim dirinya diganggu hantu.
Tapi tentu saja, ada banyak faktor eksternal yang berpengaruh seperti
kondisi mental dan psikologis saksi tersebut.
Ternyata
tak hanya Parapsikologi yang menjadi “kembaran jahat” ilmu
Psikologi. Ada berbagai contoh pseudosains yang mengintai ilmu yang
mempelajari kesehatan jiwa ini, antara lain NLP (Neuro-Linguistic
Programme), grafologi (ilmu yang mempelajari tulisan tangan), hingga
teknik hipnotis yang kebablasan, seperti menghipnotis seseorang agar
bisa mengingat kehidupannya yang dulu di reinkarnasi sebelumnya.
6.
ZOOLOGY VS CRYPTOZOOLOGY
Jika
Zoologi merupakan julukan bagi cabang ilmu Biologi yang mempelajari
binatang, maka Cryptozoology merupakan ilmu yang mempelajari
“fantastic beasts and where to find them”. Pseudosains ini
berusaha membuktikan hewan-hewan dalam dongeng, fabel, hingga urban
legend seperti bigfoot, monster Loch Ness, hingga chupacabra, memang
benar-benar ada. Konsep ini gue akui memang menarik, sehingga tak
heran banyak yang menanggapi sains palsu ini dengan serius. Bahkan,
ada beberapa lembaga resmi yang didirikan untuk mewadahi antusiasme
para Cryptozoologist ini, antara lain SCP, eh bukan, “Centre of
Fortean Zoology” di Inggris dan “International Society of
Cryptozoology” di Amerika.
7.
MATHEMATICS VS NUMEROLOGY
Pernah
ngitung-ngitung urutan huruf di nama kalian lalu dijumlah? Jika
pernah, berarti kalian sudah mempraktekkan Numerologi. Numerologi
merupakan salah satu Pseudo-Matematika yang seperti Astrologi,
mengaku bisa menebak kepribadian atau bahkan masa depan seseorang
setelah mengonversi nama atau tanggal lahir orang tersebut ke dalam
angka. Memang, hampir semua praktek “menebak kepribadian” dari
berbagai teknik seperti angka, golongan darah, hingga Kokologi bisa
dikategorikan sebagai pseudosains. Walaupun ada satu sih yang bisa
dianggap valid, yakni Rorschach Test.
8.
QUANTUM MECHANICS VS QUANTUM MYSTICISM
Nah,
pseudosains yang satu ini pernah nih gue singgung di salah satu
artikel gue. Quantum Mysticms berusaha mengeksploitasi sisi metafisik
dari Teori Kuantum dengan cara mengklaim bahwa segala sesuatu yang
berbau “kuantum” bisa kita gunakan untuk meraih kebahagiaan (baik
finansial maupun kesehatan), intelegensi, hingga spiritualitas.
Celakanya, Quantum Mysticism ini sering disalahgunakan penganut New
Age untuk menyebarkan ajaran mereka, bahkan tak jarang untuk meraup
untung secara finansial melalui berbagai buku, seminar, dan training.
9.
ASTROBIOLOGY VS UFOLOGY
Yap,
seperti namanya, Ufologi adalah ilmu yang mempelajari UFO. Tentu saja
karena kurangnya landasan saintifik tentang UFO, para penganut ilmu
tersebut bak pinang dibelah dua dengan para penganut Teori
Konspirasi. Para “ahli” Ufologi dengan bangga mempelajari crop
circle, alien abductions, hingga menyebut Insiden Roswell dan Area 51
sebagai bukti tak terbantahkan tentang kehidupan ekstraterestrial
(ET). Lebih populer ketimbang Cryptozoology, ilmu Ufologi didukung
oleh puluhan organisasi pencari UFO di berbagai belahan dunia, mulai
dari Amerika, Inggris, Rusia, Turki, Swedia, hingga Norwegia, bahkan
mencanangkan 2 Juli sebagai “Hari UFO Sedunia”.
Namun
jangan salah, memang ada lho disiplin ilmu cabang Astronomi yang
mempelajari kemungkinan tentang kehidupan alien di luar sana. Ilmu
tersebut dinamakan “Astrobiology” yang berusaha memprediksi serta
menemukan bukti tentang kehidupan di planet-planet lain, tentu saja
dari sudut pandang ilmiah.
10.
FISIKA VS FLAT-EARTH
Alam semesta menurut Flat-Eearther
Ini
mungkin ya pseudosains yang paling terkenal dan pastinya udah nggak
asing lagi buat kalian. Para pecinta Teori Bumi Datar, sesuai
namanya, masih percaya bahwa Bumi itu bukanlah berbentuk bola,
melainkan seperti piring yang datar. Para aktivis “Bumi Datar”
ini bahkan melakukan berbagai “eksperimen fisika” untuk
membuktikan teori mereka tersebut. Para “flat-earther” (sebutan
mereka) juga berasosiasi dalam komunitas dan menggelar event sendiri,
yakni “Flat Earth International Conference” yang diadakan tiap
tahun dengan slogan mereka “We're Not Crazy!”. Yeah, right!
Implikasi
dari pseudosains ini cukup berat sebenarnya. Mungkin beberapa
pseudosains di atas bisa buat lucu-lucuan ya, semisal Numerologi atau
Astrologi. Namun ada pula pseudosains yang bisa membahayakan nyawa
kita. Semisal mitos tertentu di bidang medis yang nggak didukung
bukti saintifik, contohnya kepercayaan bahwa vaksin bisa menyebabkan
autisme, sehingga banyak ortu yang enggak memvaksin anaknya. Ini
tentu amat berbahaya sebab bisa membuat anak tersebut rentan terhadap
bibit penyakit, bahkan hingga ia dewasa, Ada juga contoh yang pernah
gue baca tentang seorang anak yang jatuh dan mengalami patah tulang,
Namun bukannya dibawa ke dokter, anak itu malah dibawa ke tukang urut
sehingga kondisinya makin parah.
Maka
dari itu nih, jangan buru-buru percaya dengan deretan pseudosains di
atas. Untuk hiburan atau memperkaya pengetahuan boleh, tapi jangan
sampai fanatik hingga mengabaikan sains yang asli. Dan nggak lupa,
kita juga harus rajin menyaring semua informasi yang kita terima.
Jangan sampai kita malah nyebarin pseudosains yang kita nggak akan
tahu dampaknya pada orang lain. Mungkin mereka akan menganggapnya
hiburan buat ketawa-ketiwi, tapi bisa saja malah dianggap serius.
Intinya, selalu cross check kebenaran semua berita yang kita terima,
OK?
SUMBER: WIKIPEDIA
Hampir tiap hari ngecek blog bang Dave, nungguin bang Dave update lagi, akhirnya update juga di awal bulan Juli 😍😍😍😍
ReplyDeleteBagi yang pengen baca tulisan jadul bangdep tentang ancient alien, ini link-nya
ReplyDeletehttp://mengakubackpacker.blogspot.com/2012/05/mengapa-sebaiknya-kita-nggak-percaya.html?m=1
Salam, Kucing Stalin
Ada 3 orang yg susah diajak bicara di Dunia ini:
ReplyDelete1. Orang Gila
2. Flat Earthers
3. Orang yg ga mau divaksin
4. Pacar yang sedang marah.
DeleteBerarti selama ini transfomer ga pernah datang ke bumi dong
ReplyDeleteKalau yang menentukan sifat berdasarkan golongan darah apa itu
ReplyDeletesdh termasuk pseudoscience?
Bantu jawab, setauku itu masih pseudoscience. Soalnya, darah gaada hubungannya sama kepribadian. Itu cuma ngebedain dari Antigen/Antibodi (lupa yang mana), Rhesus +/-, dsb.
DeleteKenapa ada kesamaan? Ya selain beberapa pihak ngadain semacam survey, sugesti dari dalam diri kita juga ngebantu kalo sifat-sifat itu bener. Coba aja baca dulu sifat goldar yang lain sebelum yang kita punya, pasti "Ah aku juga gini kok..."
Banyak diantara penganut pseudosains dan/atau konspirasi sebenarnya memiliki sebuah ketakutan bahwa mereka sedang "dikontrol" oleh pemerintah atau orang-orang yang benar-benar mempromosikan sains asli. Contohnya antivaxers mereka takut vaksin itu dibuat untuk kepentingan tersembunyi pemerintah dan organisasi rahasia.
ReplyDeleteDi titik ini saya rasa SCP lebih terlihat aktual dan ilmiah dibandingkan mereka, padahal sama-sama fiktif.
Kalung anti corona gadisebut juga min?....h3h3
ReplyDelete-CakNgganteng-
Cintaa banget sama blog elu bang //nanged
ReplyDelete-2ra-
soal pengobatan alternatif jadi ingat dulu ada salah satu user reddit yang cerita ketika temen doi yang kena tumor ama dokter dan disuruh ngelakukan beberapa hal2 untuk meredam tumor tersenut karena masih jinak dia marah2 terus beralih kepengobatan alternative beberapa tahun kemudian dia balik kedokter tersebut sambil nangis minta diobatin pdahal tumornya udha jadi ganas.
ReplyDeleteso yeah sebaik kita perlu hati2 kalo makek yang namnya obat "alternative"