Episode sebelumnya gue membahas tentang kasus
pembunuhan di sebuah restoran di Macau yang menjadi urban legend karena diduga
menjual daging manusia sebagai isian bakpao. Nah salah satu kasus lain yang
juga sangat mengerikan hingga sempat hanya dianggap sebagai sebuah urban legend
belaka adalah kasus yang melibatkan Peter Scully. Alkisah di deep web beredar
sebuah video mengerikan tentang seorang gadis bernama Daisy yang disiksa secara
seksual, bahkan dibunuh.
Video berjudul “Daisy Destruction” tersebut
awalnya hanya dianggap sebuah urban legend belaka, pasalnya sukar dinalar bahwa
seseorang bisa berbuat sejahat dan kejam itu kepada sebuah seorang bocah cilik,
bahkan aksinya direkam di depan kamera. Namun kenyataannya, kasus tersebut
ternyata benar-benar ada, walaupun memang agak berbeda dengan apa yang diduga
oleh publik.
Kasus tersebut menjerat seorang pria bule bernama
Peter Scully yang tertangkap di Filipina. Pria ini merupakan pedofil kelas
kakap yang tak hanya memperkosa gadis gadis cilik, namun juga menyiksa mereka demi
kepuasan para pelanggannya.
Siapakah sosok pedofil paling kejam di dunia ini? Seperti apakah kasusnya? Kita simak saja pembahasannya dalam Dark Case kali ini.
Peter Scully adalah seorang pria Australia yang
lahir pada tahun 1963. Kini ia lebih dikenal kiprahnya sebagai pendopil kelas
kakap yang beraksi di Filipina setelah ia kabur ke negara tersebut akibat
tindak pidana yang ia lakukan di negara asalnya. Peter awalnya tinggal di
Melbourne bersama istri dan kedua anaknya. Akan tetapi pada 2011, ia dipidana
akibat tindak penipuan yang merugikan investornya sebanyak hampir 3 juta dolar Australia
(setara 33 miliar rupiah). Sebelum meninggalkan Australia, ia sempat memiliki
kerja sampingan mengoperasikan sebuah layanan pelacuran secara ilegal dengan memperdagangkan gadis-gadis Filipina
yang menjadi imigran di sana. Memang di balik topeng seorang ayah beranak dua yang
senantiasa dipasangnya di depan publik, sesungguhnya ia adalah pria mesum yang
teramat kejam.
Peter kemudian melancarkan kembali aksinya di Pulau
Mindanao, Filipina. Di sana ia kemudian membangun sebuah ring perdagangan anak internasional
yang teramat kejam dan sering menawarkan layanan streaming dimana ia
memvideokan anak-anak tengah dilecehkan secara seksual dan juga disiksa melalui
deep web. Video-video tersebut juga ia tawarkan pada pelanggannya secara
pay-per-view. Istilah “pay-per-view” (yang kini juga makin marak di OnlyFans,
tapi bukan karena gue langganan yeeee) adalah sebutan bagi video-video yang
hanya bisa kita tonton sekali saja ketika kita sudah membayar sejumlah uang.
Setelah itu apabila kita ingin menontonnya, lagi maka kita harus membayarkan
sejumlah uang kembali.
Sangat mudah baginya untuk mendapatkan korban,
pasalnya di Filipina terdapat banyak keluarga miskin yang juga memiliki
pendidikan rendah. Ia seringkali menipu gadis-gadis muda supaya bekerja untuknya
demi mendapatkan uang. Namun nyatanya mereka justru menjadi korban pelecehan
seksual. Peter memiliki dua orang kekasih lokal yang juga adalah pekerja seks
komersial yang bernama Carme Ann Alvarez dan Liezyl Margallo, serta seorang
gadis lain bernama Maria Dorothea Chi. Ketiga gadis ini menjadi komplotan Peter
untuk merekrut anggota-anggota mudanya.
Peter melancarkan aksinya dengan menjanjikan makanan dan juga rumah bagi gadis-gadis muda yang umumnya adalah anak-anak ini. Namun nyatanya, begitu tiba di sana, Peter dan kekasih-kekasihnya kemudian mencekoki gadis-gadis itu dengan alkohol dan memaksa mereka melakukan perbuatan seksual nan bejat, di mana Peter kemudian berperan sebagai sutradara yang merekam adegan-adegan nista tersebut.
Apabila gadis-gadis itu berusaha melarikan diri,
Peter kemudian menggali sebuah kuburan, dimana kemudian ia mengancam bahwa ia
akan mengubur mereka disana. Salah satu kekasihnya kemudian menjadi menyesal
ketika ia menemukan dua gadis yang ia rekrut tengah merangkak di lantai dengan
mengenakan ikat leher untuk anjing. Gadis yang masih memiliki hati nurani itu
kemudian melarikan kedua korban tersebut.
Cuplikan video Daisy Destruction |
Namun gadis-gadis lainnya tidak seberuntung
mereka. Peter kalau itu mengoperasikan sebuah website pornografi untuk
anak-anak di deep web bernama “No Limits Fun” dimana salah satu video yang
paling kontroversial yang dihasilkannya adalah sebuah video berjudul “Daisy
Destruction” yang ia jual kepada para langganannya dengan harga hingga 10.000
dolar atau 143 juta rupiah. Video yang dibuat pada 2012 itu sangatlah ekstrim hingga
kala itu hanya dianggap sebagai sebuah urban legend belaka, sebab sukar diterima
nalar bahwa ada yang bisa berbuat sesadis itu.
Konon, video itu menampilkan pemerkosaan dan
juga penyiksaan yang dialami oleh 3 anak berusia belia dan di bawah umur.
Perbuatan bejat tak berperikemanusiaan itu dilakukan oleh Peter dan juga
kekasih-kekasih Filipinanya. Tiga bocah tak berdosa yang menjadi korbannya
tersebut adalah Lisa berusia 12 tahun, Cindy 11 tahun, dan Daisy berusia 18
bulan. Yap, usianya masih dalam belasan bulan atau kurang lebih sekitar 2
setengah tahun, namun sudah menjadi korban kebrutalan Peter.
Dalam video itu juga tampak salah satu kekasih
Peter itu Liezyl Margallo yang masih berusia 19 tahun menyiksa Daisy dengan
cara tak terperikan, yakni menggantungnya terbalik kemudian melakukan hal-hal
yang nggak bisa gue jelaskan di sini (takutnya kalian trauma) kepada alat kelamin
milik balita tersebut. Yang mengejutkan, Liezyl sendiri sudah diperdagangkan
dan dipaksa masuk ke dalam dunia prostitusi pada usia yang masih sangat belia sehingga
mungkin kesadisannya itu merupakan bentuk aksi balas dendamnya karena perlakuan
yang diterimanya ketika ia masih kecil.
Video tersebut begitu menggemparkan hingga
mereka yang masih memiliki hati nurani tak sanggup untuk berdiam diri. Bahkan
pemerintah Belanda nun jauh di nun jauh disana (walaupun kejahatan tersebut
tidak terjadi di wilayah negara mereka) membentuk sebuah tim untuk menginvestigasi
kebenaran video tersebut. Mereka kemudian berhasil mengetahui lokasi penyebaran
video tersebut berasal dari Filipina. Perburuan oleh pihak polisi internasionalpun
dimulai untuk mengusut pelakunya. Keberadaan Peter dan kroni-kroninya akhirnya bisa
dilacak ke kota Malaybalay di Filipina dan iapun ditangkap pada 20 Februari
2015.
Negara-negara dunia ketiga seperti Filipina, bahkan juga Indonesia, memang menjadi sasaran kalangan pedofil internasional |
Ketika kejahatannya terungkap, banyak pihak
menduga, mengingat perlakuan sadis yang diterimanya, bahwa Daisy takkan selamat
dari kekejaman tersebut dan akhirnya meninggal ketika video tersebut direkam.
Namun kenyataan justru sedikit berbeda, walaupun tetaplah targis. Pihak
berwajib berhasil menemukan dua korban dalam video itu, yakni Lisa dan Daisy
ternyata masih hidup, walaupun organ reproduksi Daisy sudah telanjur rusak
parah hingga ia takkan mampu memiliki anak. Tetapi sayangnya, rupanya yang
dibunuh dalam video adalah Cindy. Peter mengaku bahwa ia mencekik gadis malang
itu dengan tali setelah sebelumnya memperkosanya dan juga memaksanya untuk
menggali kuburan sendiri. Menurut pengakuan Peter, hal tersebut ia lakukan
untuk menaikkan rating dari video tersebut agar dapat dijual dengan mahal serta
demi kepuasan para penontonnya juga sama sakitnya dengan dirinya.
Peter ternyata tak bekerja sendiri. Polisi
kemudian berhasil membongkar sindikat kejahatannya. Peter dibantu temannya dari
Australia bernama Matthew Graham yang pada usia muda, yakni 22 tahun, sudah
mengelola sebuah website pornografi bergenre “hurtcore” yang artinya penyiksaan
berbau seksual terhadap anak kecil. Yang lebih menggemparkan, sebanyak 75 anak telah
menjadi korban mereka.
Peter kemudian diadili bersama 4 orang pria
lainnya yang menjadi anggota sindikatnya, yakni seorang pria Jerman bernama Christian
Rouche, dua pria Filipina bernama Alexander Lao dan Althea Chia, serta pria
Brazil bernama Haniel Caetano de Oliveira. Kehebohan kasus ini bahkan membuat
pihak PBB-pun ikut angkat bicara dan menyatakan kegiatan mengerikan itu adalah
yang terkejam yang pernah mereka lihat seumur hidup mereka. Begitu mengerikan kasus
ini hingga pemerintah Filipina kemudian berniat untuk menghidupkan kembali
hukuman mati, walaupun telah dihapuskan di negara tersebut sejak tahun 2006.
Kasus Peter kembali menemui plot twist tak
terduga pada tahun 2015. Saat itu terjadi ketika kebakaran yang melalap habis
semua barang bukti kejahatan Peter, termasuk komputer serta video sitaan
polisi. Banyak yang percaya bahwa kebakaran tersebut bukanlah sebuah
kecelakaan, melainkan disengaja oleh polisi yang telah disuap oleh. Peter dan
kekasih-kekasih wanitanya kemudian diganjar hukuman penjara seumur hidup hidup.
Well, excuse my language but semoga aja sih binatang-binatang jalang ini
membusuk di penjara.
SUMBER: WIKIPEDIA
not gonna lie, gue pusing habis baca ini. asli sakit banget orang-orang yang lebih rendah dari binatang ini.
ReplyDeleteEpstein saja masih kalah daripada orang ini
ReplyDeleteGila... sadis2 amat
ReplyDeleteNeraka jahanam tempatnya org2 yg kyak gini, astagfirullah mual gue bacanya 🤮🤮🤮
ReplyDeleteJahannam is waiting for you, bastards 🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
ReplyDeleteGak kebayang anak 18 bulan digituin. Emang orang tuanya si Daisy kemana? Mereka gak merasa kehilangan ya?
ReplyDeleteSetan aja takut lihat kelakuannya
ReplyDeleteNgeri
ReplyDeleteNgeri
ReplyDeleteKalo iblis liat mungkin bakal ngomong, "wanjir gw aja ga sampe segitunya"
ReplyDeleteAdakah SJW yang akan membela Peter Scully?
ReplyDeleteHeh.
./c_hx
18 bulan, dikira tadi salah baca, ternyata beneran 18 bulan.. gila..
ReplyDelete