Pertama-tama gue berterima kasih pada salah satu
pembaca setia gue yakni Diga RW yang sudah merekomendasikan kasus ini. Tanpa
bantuan lu mungkin gue nggak akan tahu tentang kasus ini. Kasus pembunuhan terjadi
di Macau pada tahun 1985 dan sempat menghebohkan publik karena kesadisannya. Pembunuhan
ini sering disebut sebagai “Eight Immortals Murder” sesuai dengan nama restoran
dimana pembunuhan ini terjadi. Dalam kasus ini seorang pria menghabisi pemilik
restoran dan keluarganya karena berhutan. Peristiwa ini juga disebut sebagai “Pork
Bun Murders atau “Pembunuhan Bakpao Babi”. Kenapa disebut seperti itu, well ….
Restoran ini sebelumnya menjual bakpao daging,
namun setelah kematian sang pemilik restoran dan keluarganya ini terungkap,
beredarlah gosip dan urban legend yang mengatakan bahwa sang pembunuh
menggunakan daging para korbannya yang telah dimutilasi sebagai isian daging
bakpao dan menjualnya.
Benarkah rumor tersebut? Bagaimana kasus pembunuhan ini bisa terungkap? Mari kita bahas bersama-sama dalam Dark Case kali ini.
Kota Macau hingga kini memang menjadi pusat perjudian di Asia |
Restoran “Eight Immortals” adalah sebuah restoran makanan Chinese yang berada di Pulau Macau yang kala itu masih menjadi koloni Portugis dan belum kembali ke pangkuan Tiongkok. Restoran tersebut dimiliki dan dioperasikan oleh seorang pria bernama Zheng Lin yang dulunya adalah pedagang kaki lima. Sejak tahun 1960-an, dibantu oleh keluarganya, iapun mengelola bisnis tersebut dengan cukup sukses. Namun sayang, Zheng dan istrinya dikenal sebagai penjudi berat. Hal ini cukup dimaklumi, sebab Macau kala itu menjadi pusatnya perjudian di Asia dan dijejali oleh kasino-kasino. Nantinya, kebiasaan judi ini akan berakibat fatal bagi keluarganya.
Kita beralih ke tokoh lain bernama Huang Zhiheng
yang lahir di daratan Tiongkok sebelum akhirnya berimigrasi ke Hong Kong pada
tahun 1970-an. Pada tahun 1973 ia terlibat dalam sebuah kasus kriminal. Kala
itu ada seorang pria yang berhutang padanya. Pria tersebut kala itu terus
mengelak dan menolak membayar hutang tersebut, hingga Huang akhirnya gelap mata
dan membunuh pria tersebut. Akibatnya Ia pun kabur dari Hong Kong dan kembali
ke daratan China, tepatnya di kota Guangzhou untuk bersembunyi. Di sana ia kemudian menikah dengan seorang
gadis yang merupakan putri dari pemilik rumah yang ditinggalinya. Namun mengingat
sosok Huang yang mirip preman, kedua
orang tua sang gadis tak merestui pernikahan tersebu. Tapi Huang kemudian melarikan
gadis itu dan kabur ke Macau.
Ketika tiba di Macau, Huang kemudian membakar
jarinya sendiri untuk menghilangkan sidik jarinya supaya ia tidak dikaitkan
dengan pembunuhan yang ia lakukan di Hongkong. Di Macau bukannya kapok dan
membangun sebuah kehidupan yang damai, ia malah kembali berjudi. Dari hobi
berjudi inilah ia kemudian bertemu dengan Zheng dan istrinya.
Suatu malam pada tahun 1984 menjadi titik balik
di antara keduanya. Pada malam itu Huang dan Zheng berjudi dengan taruhan yang
sangat besar melawan satu dengan yang lain. Huang akhirnya memenangkan sekitar 180.000
pataca (mata uang digunakan kala itu) atau senilai hampir 300 juta rupiah dari Zheng
dan istrinya. Tentu saja Zheng tak mampu membayarnya hutang sebanyak itu, maka
mereka kemudian sepakat bahwa nantinya akan memberikan restorannya kepada Huang
apabila hutang tersebut tidak dibayar dalam jangka waktu setahun. Huang pun
setuju.
Namun setelah beberapa kali mengunjungi keluarga
Zheng untuk mengingatkan mereka, keluarga tersebut tak kunjung membayar. Bahkan
seolah tak kapok, mereka terus berjudi dengan Huang hingga kehilangan lebih
banyak uang. Totalnya mereka kini berhutang sekitar 600.000 pataka atau lebih
dari 950 juta rupiah.
Huang sang pelaku |
Kekesalan Huang memuncak pada 4 Agustus 1985.
Kala itu kesembilan anggota keluarga Zheng masih sibuk untuk menutup restoran
tersebut setelah seharian berdagang. Huang yang sedang marah memasuki restoran
tersebut dan memaksa mereka untuk membayar uang sebanyak 30.000 pataca, sedikit
dari uang yang ia hutangkan pada mereka. Huang makin murka ketika Zheng menolak
untuk membayar uang tersebut serta menolak memberikan restoran tersebut sesuai
dengan janjinya.
Akibatnya amarah Huang menjadi tak terkontrol
hingga ia menghancurkan sebuah botol bir dan menggunakan pecahan botol tersebut
sebagai senjata untuk menyandera salah satu anak dari Zheng. Ia kemudian
memaksa mereka untuk saling mengikat anggota keluarga mereka yang lain. Awalnya
Huang hanya ingin memaksa mereka untuk membayar hutang tersebut, akan tetapi
salah satu anggota keluarga tersebut berhasil membebaskan diri dan mencoba
kabur, bahkan berteriak. Huang yang panik kemudian menusuknya dengan senjata
tersebut hingga ia pun tewas. Mengetahui tak ada jalan lain untuk menutup mulut
anggota keluarga Zheng yang lain, iapun menghabisi seluruhnya, sebanyak 8 orang
lainnya, baik dengan cara mencekik maupun dengan menusuk mereka dengan pecahan botol.
Setelah puas membunuh 9 orang tersebut (termasuk
anak-anak), ia kemudian keluar untuk memanggil adik perempuan Zheng yang kala
itu tengah berada di luar. Kemudian iapun membunuhnya di restoran tersebut setelah
ia menyaksikan mayat keluarganya. Untuk menghilangkan jejak, Huang memutilasi
semua tubuh tersebut dan membungkus mereka di dalam sebuah plastik sampah
hitam. Semua proses itu memakan waktu sekitar 8 jam. Kemudian ia membuang mayat
mereka ke lautan ke tempat pembuangan sampah. Ia kemudian merampok sisa uang
keluarga Zheng.
Paginya, seorang sopir truk yang biasanya
mengantarkan bahan makanan ke restoran keluarga Zheng tiba dan menemukan bahwa restoran
tersebut telah dikunci dengan tulisan bahwa tempat makan tersebut tutup selama
tiga hari. Ia kemudian mengunjungi rumah keluarga Zheng di mana Huang kemudian
membukakan pintu dan mengatakan bahwa keluarga Zheng telah pergi berlibur ke
daratan Tiongkok.
Para korban |
Pada 8 Agustus 1985, seorang penyelam menemukan potongan-potongan tubuh manusia di pantai Macau. Awalnya polisi mengira bahwa potongan-potongan tersebut tubuh tersebut adalah imigran ilegal dari daratan Tiongkok yang kapalnya tenggelam dan tubuh mereka kemudian dicabik-cabik dan dimangsa oleh hiu. Namun hasil otopsi mereka menemukan potongan mayat-mayat tersebut terlalu halus, sehingga disimpulkan mereka dipotong dengan menggunakan pisau.
Polisi segera mengadakan penyelidikan, terlebih
lagi ketika lebih banyak tubuh manusia terdampar di pantai Macau. Akan tetapi polisi
tak menemukan petunjuk apapun tentang identitas mayat-mayat tersebut (terutama
karena mereka sudah tak bisa dikenali) sehingga penyelidikan pun menjadi
mandeg. Baru ketika anggota keluarga Zheng yang tinggal di daratan Tiongkok
melaporkan bahwa keluarga tersebut menghilang, polisi pun kemudian
menghubungkan kasus menghilangnya keluarga tersebut dengan potongan tubuh yang
mereka temukan.
Tentu kita perlu ingat bahwa pada masa tersebut teknologi belumlah semaju sekarang sehingga mereka tidak bisa mencocokkan DNA dari para korban dengan potongan jenazah yang mereka selidiki. Polisi kemudian memutuskan mendatangi restoran keluarga Zheng. Namun begitu mereka tiba, mereka justru mendapati Huang tengah berjualan di sana.
Ternyata Huang, sesuai dengan niat awalnya, telah
merebut tempat tersebut bahkan berdagang di sana seolah-olah restoran itu
adalah miliknya. Polisi tak mampu berkutik sebab Huang memiliki bukti surat dan
dokumen kepemilikan dari restoran tersebut yang diambilnya setelah keluarga itu
meninggal. Namun lama-kelamaan kejahatan Huang mulai terbongkar. Setelah polisi
menggeledah rumah keluarga Huang, mereka menemukan dokumen-dokumen milik Zheng
bahkan kartu identitas salah satu anak Zheng yang mustahil mereka tinggalkan
begitu saja.
Restoran Eight Immortals dimana pembantaian sadis itu terjadi |
Begitu kejahatannya terkuak, Huang berusaha untuk kabur ke daratan Tiongkok namun tertangkap. Pada 2 Oktober 1986, Huang dijatuhi hukuman karena sudah terbukti membunuh keluarga tersebut. Namun akibat fakta dimana restoran tersebut masih dijalankan oleh Huang setelah menghabisi seluruh keluarga pemilik aslinya, maka muncullah urban legend bahwa bakpao babi yang dijual oleh Huang di restoran tersebut mengandung daging dari korban-korban yang disembelih oleh Huang. Walaupun urban legend itu tidaklah benar karena mayat-mayat tersebut ditemukan mengambang di lautan, tapi masih cukup membuat masyarakat, khususnya para pelanggan restoran tersebut menjadi trauma.
Setelah Huang dipenjara, bak sebuah karma iapun menjadi
bulan-bulanan para tahanan yang ada di sana. Ia seringkali diserang dan juga
dipukuli oleh para narapidana sehingga ia sempat berusaha melarikan diri,
walaupun akhirnya gagal. Bahkan ia sampai berusaha bunuh diri hingga 2 kali,
dimana pada usaha keduanya pada 4 Desember 1996, ia berhasil menggores
pergelangan tangannya dengan pisau hingga tewas. Ia juga meninggalkan
meninggalkan surat yang meyakinkan publik bahwa bunuh dirinya ini bukan
disebabkan oleh rasa menyesal, namun penyakit asma kronis yang menderanya dan
membuatnya menderita.
Kisah mengerikan yang terjadi di restoran tersebut
menjadi perhatian publik, bahkan sempat difilmkan beberapa kali. Pada tahun
1993 tragedi tersebut diabadikan menjadi sebuah film berjudul “The Untold
Story”, dimana untuk semakin menambah sensasi, ketika dipasarkan di daratan
Tiongkok judul film tersebut diubah menjadi “The Human Pork Bun”.
SUMBER: WIKIPEDIA
Wah ini ada filmnya bang cuma lupa judulnya. BTW Mantap bang Davee rajin update sekarang hehe
ReplyDeleteWah, terima kasih buat mengabulkan request-ku. XD
ReplyDeleteKisahnya agak kurang ngeri sih menurutku, tapi tetap kerasa creepy. Bayangkan bakso yang dibeli dari tukang bakso di depan rumah ternyata berisi alat penyadap... eh, malah ke bakso intel. Www
Oh ya, apa ada kasus tentang restoran yang ternyata memasukan daging manusia ke dalam masakan mereka? Mungkin kau bisa bahas sewaktu-waktu.
Filmnya Anthony Wong, dulu waktu kelas 1 SD nonton film ini langsung trauma, sampe kabawa mimpi gue yang dikejar-kejar pake golok, trus kepala gue dibacok ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
ReplyDeleteKalau gak salah, si Kento Bento lagi buat video ttg kasus ini
ReplyDeletedi filmnya radak beda dr yg asli sih, lbh sadis dari ini. untuk ukuran film lawas, jujur lbh sadis ketimbang film gore yg selama ini saya tonton
ReplyDelete