Bayangkan main di tempat bermain seperti ini tapi juga menjadi pembunuh! |
Sebuah list di Wikipedia menarik perhatian gue, pasalnya list tersebut memuat para pembunuh sesuai urutan umurnya, dimana yang termuda sudah mulai membunuh sejak usia 3 tahun. Ya ampun kita pas usia 3 tahun baru belajar apa ya? Berjalan, menggambar, menulis, ngomong papa mama? Memang, menilik list ini membuat hati kita merasa miris, pasalnya dalam umur segitu mudanya bukannya dilimpahi kasih sayang orang tuanya namun malah bertindak kriminal. Bersyukurlah kita yang beruntung berada di didikan keluarga yang baik, walaupun mesti tak sempurna.
Nah seperti apakah kasus para pembunuh belia ini? Kita simak saja listnya.
KASUS PERTAMA:
KEMATIAN SILJE REDERGÅRD, DIMANA BALITAPUN BISA JADI PSIKOPAT
Kematian seorang gadis berusia 5 tahun bernama Silje
Marie Redergård di Norwegia menggemparkan warga negara tersebut. Pasalnya pembunuhnya
adalah dua bocah yang masih berusia 5 dan 6 tahun, sebaya dengan sang korban.
Silje sendiri ditemukan tak bernyawa di sebuah desa dekat bernama Rosten di
dekat kota Trondheim pada 15 Oktober 1994. Tak hanya memukuli gadis tersebut,
kedua bocah itu juga melemparinya dengan batu, menendangnya, bahkan
menelanjangi lalu meninggalkan ia dalam kondisi telanjang untuk mati di tengah
salju. Padahal kita tahu bahwa iklim Norwegia sangatlah dingin sehingga gadis
tersebut kemudian mati karena hipotermia.
Hukum Norwegia sendiri sangatlah lunak kepada
para kriminal, apalagi bila masih belia. Kedua bocah lucknut tersebut kemudian
menjalani evaluasi psikologi karena pemerintah Norwegia melarang anak-anak di
bawah umur untuk diberi hukuman. Nama kedua bocah tersebut tak pernah dirilis
kepada publik untuk melindungi privasi mereka.
Anehnya, tindak kekerasan kedua bocah tersebut
justru disalahkan kepada tayangan televisi. Contohnya segera setelah kematian tersebut,
televisi Norwegia melarang penayangan film “Mighty Morphin Power Rangers” dan “Teenage
Mutant Ninja Turtles” karena dianggap mengajarkan kekerasan kepada anak-anak.
Sumber: Wikipedia
KASUS KEDUA:
PENEMBAKAN KAYLA ROLLAND, GARA-GARA ASMARA KANAK-KANAK
Bayangkan anak sekecil ini tewas ditembak teman sekelasnya sendiri anak kelas 1 SD *tepok jidat* |
Kayla Rolland adalah seorang gadis berusia 6
tahun yang tinggal di negara bagian Michigan, Amerika Serikat. Ia ditembak mati
pada 29 Februari 2000 dan yang mengejutkan, pelakunya tak lain adalah teman sekelasnya
yang berusia 6 tahun. Bahkan penembakan tersebut terjadi di sekolah mereka,
Buell Elementary School yang merupakan sebuah Sekolah Dasar. Bayangkan sebuah
kasus pembunuhan di sebuah SD di mana pelakunya adalah siswa dari sekolah
tersebut!
Tragedi tersebut tentulah sangat tragis namun pertanyaannya: bagaimanakah bocah berusia 6 tahun bisa mendapatkan sebuah senjata api? Ternyata didikan di rumah bocah tersebut jugalah sangat memprihatinkan, pasalnya sang bocah tinggal di rumah pamannya yang juga adalah seorang pengedar obat bius. Dimana tak hanya tersimpan banyak narkoba, namun di rumah itu juga banyak tergeletak senjata api. Tak hanya itu, ayah kandung sang anak sendiri telah berada di penjara karena melakukan aksi pencurian hingga perdagangan narkoba.
Karena kondisi keluarganya yang kacau balau
tersebut tersebut, sang anak dikenal memiliki membuat banyak masalah di
sekolah. Bahkan hampir setiap hari ia berbuat onar dengan berkata-kata kasar
dan mengacungkan jari tengahnya kepada orang-orang dewasa. Bahkan beberapa
minggu sebelum penembakan itu, ia menusuk seorang gadis dengan sebuah pensil.
Sang bocah laki-laki tersebut juga pernah menyerang sang korban sebelumnya,
setelah gadis itu itu menolak untuk dicium oleh sang bocah di bawah umur
tersebut.
Bueel Elementary School yang sudah dikosongkan. Tak seharusnya kejahatan keji terjadi di tempat seperti ini |
Karena usia muda dari sang bocah, ia tak pernah
dihukum. Sekolah dimana kejahatan tersebut terjadi yaitu khirnya ditutup pada
tahun 2003 karena terjadi penurunan jumlah siswa. Tentu tak ada yang mau
bersekolah di SD yang pernah terjadi pembullyan yang berujung penembakan
semacam itu, apalagi jika nantinya hal tersebut terjadi pada anak-anak mereka.
Bagaimana dengan nasib sang bocah ini? Pada 2020
diketahui bahwa sang bocah yang kini berusia 18 tahun telah mendekam dalam
penjara karena aksi pencurian. Tentu saja buah jatuh tak jauh dari pohonnya, namun
yang miris sang anak sebenarnya bisa saja tumbuh dengan baik apabila ia dibesarkan
di keluarga yang mengayominya dengan kasih sayang.
Namun kasus penembakan di Michigan ini bukanlah
yang terakhir. Pada tahun 1998 di di
sebuah SMP bernama Westside Middle
School di negara bagian Arkansas, dua bocah berusia 11 dan 13 orang melakukan
penembakan massal, membunuh 4 rekan sebayanya dan juga seorang guru dengan
menggunakan senjata api. Mereka juga berhasil melukai 10 lainnya. Kedua bocah beli
tersebut akhirnya dihukum penjara hingga mereka mencapai umur 21 tahun.
Sangat mengerikan ya apabila usia-usia semuda itu
dipenuhi dengan kemarahan, ditambah lagi dengan hukum kepemilikan senjata senjata
api yang sangatlah longgar sehingga mereka
bisa melakukan kejahatan pada usia yang sangat belia. Namun hal ini tak
ditampik juga disebabkan oleh kelalaian dari kaum dewasa sendiri yang tak bisa
menjaga atau mendidik generasi muda mereka dengan baik.
Sumber: Wikipedia
KASUS KETIGA:
CARROLL COLE, SANG PEMBUNUH BERANTAI YANG MEMULAI KIPRAHNYA SEJAK
DINI
Bisakah kalian bayangkan seorang pembunuh
berantai yang beraksi pada usia yang sangat belia? Jawabannya terletak pada
seorang pembunuh berantai bernama Carrol Cole di Amerika yang dieksekusi pada
1985 karena membunuh 16 orang selama tahun 1947 hingga 1980.
Carrol sendiri lahir pada tahun 1938 diana ia dibesarkan oleh seorang
ibu yang sangat abusif. Konon sang Ibu sering mendandani Carrol yang berjenis
kelamin laki-laki dengan gaun perempuan. Bahkan di sekolah ia juga sering
diejek sebagai seorang pria feminim.
Akibat penyiksaan dan pembullyan yang
dialaminya, Carrol akhirnya sempat mendekam di rumah sakit jiwa selama 3 tahun.
Namun siapa sangka, setelah dibebaskan perilakunya justru semakin menjadi-jadi.
Carroll memulai aksi kejinya dengan membunuh perempuan-perempuan yang
ditemuinya mulai dari tahun 1971. Semua wanita yang dibunuhnya dianggapnya
pantas mati karena “mirip” dengan ibunya.
Carrol akhirnya ditangkap pada 1980 di mana ia
mengaku telah membunuh sekitar 14 wanita selama kurun waktu 9 tahun. Namun iapun
menambahkan bahwa karena ia sering melakukan pembunuhan tersebut dalam kondisi
mabuk, ia tak ingat ada berapa jumlah korban yang sesungguhnya. Namun yang
menarik adalah di dalam pengakuannya tersebut, ia juga mengaku bahwa pembunuhan
pertamanya dilakukan pada saat ia masih berusia 8 tahun. Saat itu ia membalas
dendam pada seorang anak yang membullynya dengan menenggelamkan bocah itu ke
dalam sebuah danau. Namun kematian sang anak itu tersebut dianggap sebagai
kecelakaan dan tak ada siapapun seorangpun yang mencurigai Carrol sebagai
pelakunya.
Sumber: Wikipedia
KASUS KEEMPAT:
KEMATIAN SADIS NAN TRAGIS YANG MENIMPA JAMES BULGER
Kasus kematian James Bulger ini sangat
menghebohkan publik ketika terungkap di Inggris pada tahun 1993 karena skala kesadisannya
yang terperikan serta umur para pelakunya yang masih sangat belia. Kala itu
seorang anak bernama James Bulger yang masih berusia 2 tahun diculik dari
sebuah shopping center oleh dua bocah yang masih berusia 10 tahun yakni Robert
Thompson dan Jon Venables. Kedua bocah tersebut memang dikenal sangat
bermasalah, pasalnya mereka sering mencuri bahan-bahan yang remeh temeh seperti
permen dan boneka dari mal tersebut. Namun suatu hari, mereka ingin
meningkatkan level kejahatan mereka dengan menculik seorang anak.
Pada 12 Februari 1993, CCTV dari tempat
perbelanjaan tersebut menangkap babak kedua bocah tersebut tengah
mengamati target mereka. Siang itu sang korban James, tengah berjalan-jalan
bersama ibunya di tempat perbelanjaan New Strand Shopping Centre. Ketika sang
Ibu tengah sibuk berbelanja di sebuah toko daging, James melepaskan tangannya
dari gandengan sang ibu, kemudian bermain di sekitar toko tersebut. Mengira bahwa
anaknya aman di toko perbelanjaan tersebut, maka sang ibu banyak berpikir dan
perhatiannya tersita pada belanjaannya.
Namun siapa sangka kedua bocah tersebut kemudian
mendekati James dan kemudian menuntunnya untuk keluar dari pusat perbelanjaan
tersebut. Aksi mereka tertangkap oleh kamera CCTV pada jam 15.42 sore. Begitu
tiba di tempat sepi, kedua bocah laknat tersebut segera membully dan menyiksa
bocah tersebut. Mereka mendorongnya sampai jatuh dan kepalanya terluka, hingga
James kemudian menangis. Naasnya, ada sekitar 38 orang yang lewat di sekitar
tempat itu dan melihat aksi pembullyan tersebut, namun sama sekali tidak
berusaha untuk menghentikannya. Kebanyakan dari mereka mengira bahwa mereka
hanyalah anak-anak kecil yang bermain seperti biasa. Ada dua orang yang
kemudian menegur Robert dan Jon, namun kedua bocah tersebut mengaku bahwa James
adalah adik mereka, sehingga merekapun mengabaikannya
Karena perbuatan mereka bisa dilihat dengan mudah
oleh orang-orang yang lewat. maka kedua bocah tersebut membawa James ke lokasi
yang lebih sepi, yaitu di sebuah rel kereta api. Di sana mereka kembali
menyiksanya, bahkan kini lebih parah. Mereka menendangnya, menginjaknya, bahkan
merajaminya dengan batu. Penyiksaan itupun semakin berbau seksual ketika mereka
memasukkan baterai ke dalam mulut dan juga anus dari bocah tersebut. Kemudian sebagai
pamungkas, mereka menjatuhkan sebuah batangan besi seberat 10 kg tepat ke
kepala sang bocah tersebut, menyebabkan kepalanya retak dan meninggal seketika.
Berusaha menyembunyikan kematiannya, kedua bocah
tersebut lalu meletakkan mayat James ke tengah rel kereta api agar kematiannya
dianggap sebagai kecelakaan. Akibatnya, sebuah kereta api yang melintas
langsung memotong tubuhnya menjadi dua. Mayat bocah tersebut kemudian ditemukan
oleh anak-anak sekolah yang tengah berangkat ke sekolah dua hari kemudian.
Para pelaku kejahatan yang juga masih teramat belia |
Berkat rekaman CCTV, identitas kedua bocah
tersebut dengan cepat terungkap dan mereka pun ditangkap. Masyarakat Inggrispun
terhenyak marah dan melampiaskan kekesalan mereka kepada orang tua dari kedua
bocah tersebut. Konon kedua orang tua mereka terpaksa kabur dari kediaman mereka
karena orang-orang asing mulai mengancam untuk membunuh mereka dan menyerang
rumah mereka.
Pada November 1993, pengadilan pun dimulai. Yang
menyedihkan, kedua pelakunya itu masih sangatlah kecil dan belia sehingga
ketika mereka harus duduk di di kursi terdakwa yang didesain banyak untuk orang
dewasa, para petugas pengadilan terpaksa meninggikan kursi tersebut agar mereka
bisa terlihat oleh hakim
Usia yang sangat muda bukan halangan bagi kedua
anak tersebut untuk mampu melakukan tindak kriminal yang teramat kejam. Bahkan
seorang psikiater yang menangani kejiwaan mereka menjawab bahwa kedua bocah
tersebut tahu perbedaan antara kebaikan dan kejahatan. Dengan kata lain, ketika
mereka menyiksa sang bocah, mereka tahu benar bahwa perbuatan itu adalah
perbuatan yang keji dan juga jahat
Lagi-lagi televisi dan media dipersalahkan atas
perilaku keji kedua bocah tersebut. Tercatat sebuah tabloid menulis bahwa
perilaku kejam dari kedua anak di bawah umur tersebut disebabkan karena mereka
ingin meniru adegan dari film horor “Child’s Play 3” tentang boneka setan
bernama Chucky. Memang tak bisa dipungkiri, ada kemiripan antara adegan dari
film tersebut dengan aksi pembullyan yang dilakukan oleh kedua anak tersebut.
Kedua anak itu pun ditahan di fasilitas khusus
anak-anak nakal di mana kasus mereka kemudian menjadi perhatian publik, bahkan diperbincangkan
di seluruh Eropa. Pada 2001 setelah hakim menentukan bahwa kedua bocah itu
bukan lagi sebuah ancaman bagi masyarakat, mereka pun dilepaskan. Mereka
kemudian masuk ke dalam program mirip perlindungan saksi, di mana mereka
kemudian diberikan identitas baru untuk memulai kehidupan baru yang lebih
bersih. Hal ini disebabkan karena masyarakat masih sangat marah kepada kedua
bocah tersebut. Ada ketakutan apabila masyarakat kemudian membully bahkan
mengancam untuk melakukan kekerasan kepada kedua bocah tersebut setelah mereka
lepas ke dunia luar. Saat dibebaskan. Baik Robert dan Jon telah berusia 18
tahun.
Bagaimana dengan nasib keluarga korban juga
pelaku? Tercatat bahwa kedua orang tua dari korban akhirnya bercerai setelah
kematian anak mereka pada tahun 1995. Pada 2010, berita mengejutkan muncul
bahwa Jon Venables, salah satu pelaku, kembali dipenjara karena mengedarkan
pornografi anak-anak.
Sumber: Wikipedia
BERSAMBUNG ....
Where malin kundang mom when we need it
ReplyDeleteWatdepak 😂😂😂😂😂😂
DeleteLah endingnya si pelaku muncul lagi diberita, berarti fungsi progam saksi tadi apa cuk?
ReplyDeleteSetau gue kalo dia sex offender identitasnya harus diumumin ke publik supaya ortu bisa waspada, mgkn krn dia melanggar hukum jadinya perlindungannya jadi ga berlaku kali ya
Delete