Byford Dolphin adalah rig pengeboran minyak yang dioperasikan oleh perusahaan Dolphin Drilling dan beroperasi di Laut Utara, yakni laut dingin di sebelah utara Eropa berdekatan dengan Norwegia. Kilang minyak ini menjadi terkenal ketika terjadi sebuah kecelakaan yang maut pada tahun 1993 yang menewaskan 6 orang. Peristiwa tersebut melibatkan sebuah tangki dekompresi yang biasanya harus dilewati oleh para penyelam supaya tubuh mereka dapat menyesuaikan diri dengan tekanan yang berada di dasar laut. Hal sebaliknya juga harus mereka lakukan ketika mereka hendak naik untuk menyesuaikan kembali dengan tekanan di permukaan laut, yakni 1 atmosfer.
Namun sebuah insiden kala itu terjadi dimana sebuah kecelakaan menyebabkan kematian keenam penyelam dengan cara yang sangat mengerikan dan juga gory. Pasalnya tubuh mereka meledak bak film-film akibat perubahan tekanan yang begitu drastis. Seperti apakah kecelakaan yang terjadi di Byford Dolphin ini? Simak pembahasannya di Dark Case kali ini.
Byford Dolphin memang bak dirundung kutukan
mematikan. Pasalnya tak hanya satu, namun tiga peristiwa mengenaskan pernah
terjadi di kilang pengeboran minyak ini. Byford Dolphin sendiri memiliki
panjang 108 m, lebar 67 m, dan ketinggian 36 m. Alat pengebor minyak ini mampu
menggali hingga 6.100 m dan mampu beroperasi di dalam kedalaman laut hingga 460
meter. Alat yang menjadi bukti kecanggihan teknologi engineering manusia ini
memiliki sistem keamanan yang sangat ketat dan harus sesuai dengan hukum yang
berlaku di Norwegi
Berat dari dek alat tersebut sekitar 3 ton dan
dioperasikan oleh beberapa orang, dimana karena kelalaian ataupun kerusakan
mekanisme sendiri, beberapa tragedi kemudian mengemuka. Tragedi pertama terjadi
pada 1 Maret 1976 di mana terjadi kecelakaan yang menyebabkan 6 orang tewas.
Namun kecelakaan yang paling terkenal terjadi pada tanggal 5 November 1983.
Kala itu empat penyelam tengah bekerja di ladang
minyak Frigg di teritori Laut Utara milik dari Norwegia. Empat penyelam itu tengah
mengalami dekompresi menggunakan alat yang disebut “diving bell”. Diving bell
adalah alat menyerupai lonceng yang biasa digunakan oleh para penyelam untuk
masuk ke kedalaman laut. Kita tahu bahwa semakin kita masuk ke dalam laut, maka
tekanan akan semakin tinggi karena banyaknya volume air yang menekan. Berbeda
dengan kondisi di atas permukaan laut yang hanya memiliki udara, maka
tekanannya tergolong rendah yakni 1 atmosfer (atm).
Tekanan di kedalaman laut bisa naik hingga 9 dan
10 atm dimana jelas manusia takkan mampu bertahan hidup di tekanan setinggi
itu. Oleh karena itu, mereka harus menyesuaikan diri dengan menggunakan alat
yang dinamakan tangki dekompresi yang akan menyesuaikan tekanan udara. Cara
kerja alat ini sangat sederhana, yakni secara perlahan-lahan alat tersebut akan
menaikkan (atau menurunkan) tekanan udara di dalam ruangan tersebut, dengan
catatan bahwa ruangan tersebut haruslah terkunci rapat tanpa satupun celah .
Apabila tekanan dinaikkan dengan perlahan-lahan, maka tubuh manusia akan dapat
menyesuaikan diri. Sebaliknya, apabila tekanan berubah secara drastis atau
tiba-tiba, maka bukan mustahil tubuh manusia akan langsung meledak.
Dan inilah yang terjadi pada saat tersebut kecelakaan naas tersebut.
Kala itu ada 4 orang penyelam yang berada di dua
ruangan dekompresi (diving chamber), masing-masing ditempati oleh 2 penyelam. Keempat
pria tersebut adalah Edwin Coward (35 tahun) dan Roy P. Lucas (38 tahun),
keduanya dari Inggris, serta BjΓΈrn Bergersen (29 tahun) dan Truls Hellevik (34)
yang sama-sama dari Norwegia. Untuk mengoperasikan alat tersebut dari luar, mereka
dibantu 2 orang asisten bernama William Crammond and Martin Saunders yang
mengoperasikan alat tersebut dari luar.
Kecelakaan terjadi ketika kedua chamber itu
meledak dan mengalami dekompresi yang cepat dari tekanan 9 atmosfer menjadi 1
atmosfer. Kecelakaan itu membuat keempat penyelam di dalam diving chamber
tewas, William yang berada di luar terpental hingga terbunuh, sementara Martin
terluka parah. Apa yang terjadi sebenarnya pada saat itu?
Seperti inilah gambar dari alat yang mereka
gunakan. Ada tiga ruangan dekompresi yang terhubung dengan diving bell oleh
pintu yang harus ditutup pada saat digunakan. Ada dua orang di tiap chamber,
yakni Edwin dan Roy di ruang pertama dan Bergensen serta Hellevik di ruangan
kedua. Ruangan ketiga kala itu tidak dipergunakan. Ketiga ruang dekompresi itu yang dioperasikan dari luar oleh William dan
juga Martin sebagai asisten. Mereka berdua juga sama-sama penyelam
berpengalaman sehingga tahu apa yang harus mereka lakukan.
Kala itu tekanan dalam ruang dekompresi adalah 9
atmosfer yang harus diturunkan perlahan-lahan menjadi 1 atm. Untuk menurunkan
tekanan tersebut, maka klem antara diving bell dengan ruang dekompresi haruslah
dibuka. Namun sebelum hal itu dilakukan, pintu antara ruang dekompresi dengan
diving bell haruslah ditutup rapat tanpa celah sedikipun.
Rutinitas kala itu berbuntut bencana kala entah
atas alasan apa, William tiba-tiba membuka klem antara diving bell dan ruang
dekompresi sebelum penyelam keempat yakni Hellevik, mampu menutup pintu yang
berada di dalam ruang dekompresi. Hal ini berujung pada ledakan pada ruang
dekompresi yang belum disegel. Udara dari dalam ruang dekompresi tiba-tiba tersedot
keluar dan melontarkan pintu diving bell, dan langsung menghujam kedua asisten
yang mengoperasikannya dari luar. Hal ini menyebabkan tubuh keduanya terlempar
dan dampaknya langsung membunuh William.
Sementara akibat perubahan tekanan yang drastis
di dalam ruang dekompresi, maka keempat penyelam tewas secara seketika.
Kematian merekapun sangatlah mengerikan. Para tim penyelamat menemukan tubuh keempatnya
dalam kondisi hancur. Pada pembuluh darah arteri dan vena mereka ditemukan zat
kekuningan yang ternyata adalah lemak. Hal ini disebabkan karena perubahan tekanan
yang tinggi akan langsung mendenaturasi darah menjadi semacam senyawa
lipoprotein yang mengandung lemak yang tak dapat larut. Lemak yang tiba-tiba
muncul akibat dekompresi ini akan menyumbat pembuluh darah sehingga akhirnya
meledak.
Tak hanya itu. Akibat dekompresi tersebut, darah
mereka yang tiba-tiba mendidih sangat panas sehingga langsung menghentikan
sirkulasi.
Di antara keempatnya, nasib paling naas diterima
oleh penyelam keempat yaitu Hellevik yang berada paling dekat dengan pintu kala
itu. Tubuhnya langsung tercerai-berai, namun bukan hanya akibat dekompresi
saja. Diving bell dan ruang dekompresi dibatasi oleh pintu berbentuk bulat.
Kala itu pintu belumlah tertutup secara sempurna dan meninggalkan bentuk bulan
sabit yang hanya selebar 60 centimeter. Nah, udara di dalam ruang dekomptesi
tersebut tersedot keluar sehingga tubuh dari Hellevik pun langsung dipaksa untuk
masuk melewati celah yang hanya beberapa cm lebarnya itu. Akibatnya isi
perutnya pun langsung terburai keluar, keluar diikuti tubuhnya yang langsung
patah dan tersedot keluar.
Bayangkan tubuh kalian dipaksa keluar alias tersedot oleh celah berukuran seperti ini |
Saking kuatnya tekanan tersebut, hanya bagian
tulang belakang dan trakea (tulang leher) dari pria tersebut yang masih berada
di dalam ruangan, sementara bagian tubuhnya lainnya dipaksa keluar oleh tekanan
yang sangat besar melalui lubang sempit itu. Ledakan tersebut melontarkan
bagian-bagian tubuh yang tidak tercerai-berai itu sepanjang 10 meter di luar
chamber itu. Kejadian tersebut perlu diingat berlangsung dengan sangat cepat
sehingga bisa dipastikan keempatnya tidaklah merasakan apapun, walaupun
mengalami kematian yang begitu menggenaskan.
Pihak penyelidik berkesimpulan bahwa tragedi
menggelarkan ini disebabkan oleh human error. Diperkirakan terjadi sebuah
kesalahpahaman antara kedua asisten tersebut dengan penyelam yang berada di
dalam. Mungkin saja sang asisten yang mengoperasikan dari luar mengira penyelam
di dalam ruang dekompresi telah menutup pintu dan langsung membuka klem.
Apabila memang terjadi miskomunikasi, hal ini bisa
dimaklumi sebab kala itu mereka hanya berkomunikasi melalui megaphone yang
menempel di dinding. Walaupun suaranya cukup keras, namun perlu kita ingat bahwa
kejadian tersebut terjadi di tengah lautan di mana bunyi gelombang laut pasti
sangatlah menderu kencang sehingga mempengaruhi komunikasi tersebut. Tak hanya
itu, para anggota tim itu bekerja kala itu sudah bekerja selama 16 jam tanpa
henti, sehingga bisa dipastikan mereka lelah sehingga memicu adanya
kesalahpahaman di antara mereka.
Namun kita juga patut menyalahkan sistem
engineering yang kurang sempurna dari Byford Dolphin sendiri. Pasalnya alat
tersebut beroperasi sejak tahun 1975 dan sudah cukup tua ketika peristiwa naas
itu berlangsung. Kilang-kilang minyak yang lebih anyar dan modern biasanya dilengkapi
dengan sistem keamanan yang bisa mencegah perubahan tekanan secara tiba-tiba. Tentu
saja Byford Dolphin yang berusia tua tidak dilengkapi oleh sistem keamanan
seperti ini.
Ketika ditelisik lebih dalam, muncullah teori
konspirasi yang lain. Pasalnya walaupun sistem keamanan tersebut sebenarnya
diharuskan oleh hukum Norwegia, akan tetapi Byford Dolphin mendapatkan
dispensasi khusus oleh lembaga perminyakan Norwegia. Entah apa sebabnya, namun
dispensasi tersebut berujung pada kematian 5 orang dan satu orang tersisa
terluka parah.
Parahnya peristiwa itu bukan menjadi tragedi terakhir di kilang minyak terkutuk itu. Pada 17 April 2002, kematian lain mengemuka ketika seorang pekerja berusia 44 tahun tewas karena kecelakaan yang menyebabkan kepalanya terbentur dan ia pun kehilangan nyawanya. Insiden ini menyebabkan Byford Dolphin kehilangan kontrak dengan perusahaan yang sebelumnya mempekerjakan mereka karena khawatir akan keselamatan kerja di atas kilang pengeboran minyak tersebut.
Tentu saja hal itu bisa diamini mengingat
kematian demi kematian beruntun yang senantiasa terjadi di atas kilang minyak
tersebut. Mungkin semua tragedi itu memang bukan karena kutukan misterius
berbau supranatural, melainkan karena kecerobohan dan ketamakan manusia yang menyebabkan
hilangnya nyawa para pekerja yang tak berdosa tersebut. Syukurlah, menyebabkan tragedi
demi tragedi tersebut merusak nama baik perusahaan yang mengoperasikan Byford
Dolphin dan menyebabkan mereka merugi hingga jutaan dolar, sebuah karma yang
menurut gue pantas untuk mereka terima.
SUMBER: WIKIPEDIA
Gak kebayang tubuh meledak π±π±π±π±π±π±π±
ReplyDeleteAuto mual ngebayangin tubuh Hellevik yang kesedot keluar. Mana lubangnya kecil banget. Memang ya, kerja di tempat kayak gitu resikonya bukan maen...
ReplyDeleteAgak bingung bayanginnya, min soalnya gambar ilustrasi cuma sedikit
ReplyDeletebuset, lu mau gambar aslinya ?
DeleteJadi bubur
ReplyDeletejika dibandingkan dengan mereka, rasanya ga akan pernah iri dengan penghasilan mereka yang besar karena sebanding dengan resikonya, lah kalo dengan anggota dewan, kemenkeu, BI, badan Pancasila enggak banget.
ReplyDelete