Sunday, August 8, 2021

INSIDEN BYFORD DOLPHIN: TRAGEDI GORY DI KEDALAMAN LAUT

Byford Dolphin adalah rig pengeboran minyak yang dioperasikan oleh perusahaan Dolphin Drilling dan beroperasi di Laut Utara, yakni laut dingin di sebelah utara Eropa berdekatan dengan Norwegia. Kilang minyak ini menjadi terkenal ketika terjadi sebuah kecelakaan yang maut pada tahun 1993 yang menewaskan 6 orang. Peristiwa tersebut melibatkan sebuah tangki dekompresi yang biasanya harus dilewati oleh para penyelam supaya tubuh mereka dapat menyesuaikan diri dengan tekanan yang berada di dasar laut. Hal sebaliknya juga harus mereka lakukan ketika mereka hendak naik untuk menyesuaikan kembali dengan tekanan di permukaan laut, yakni 1 atmosfer.

Namun sebuah insiden kala itu terjadi dimana sebuah kecelakaan menyebabkan kematian keenam penyelam dengan cara yang sangat mengerikan dan juga gory. Pasalnya tubuh mereka meledak bak film-film akibat perubahan tekanan yang begitu drastis. Seperti apakah kecelakaan yang terjadi di Byford Dolphin ini? Simak pembahasannya di Dark Case kali ini.

Byford Dolphin memang bak dirundung kutukan mematikan. Pasalnya tak hanya satu, namun tiga peristiwa mengenaskan pernah terjadi di kilang pengeboran minyak ini. Byford Dolphin sendiri memiliki panjang 108 m, lebar 67 m, dan ketinggian 36 m. Alat pengebor minyak ini mampu menggali hingga 6.100 m dan mampu beroperasi di dalam kedalaman laut hingga 460 meter. Alat yang menjadi bukti kecanggihan teknologi engineering manusia ini memiliki sistem keamanan yang sangat ketat dan harus sesuai dengan hukum yang berlaku di Norwegi

Berat dari dek alat tersebut sekitar 3 ton dan dioperasikan oleh beberapa orang, dimana karena kelalaian ataupun kerusakan mekanisme sendiri, beberapa tragedi kemudian mengemuka. Tragedi pertama terjadi pada 1 Maret 1976 di mana terjadi kecelakaan yang menyebabkan 6 orang tewas. Namun kecelakaan yang paling terkenal terjadi pada tanggal 5 November 1983.

Kala itu empat penyelam tengah bekerja di ladang minyak Frigg di teritori Laut Utara milik dari Norwegia. Empat penyelam itu tengah mengalami dekompresi menggunakan alat yang disebut “diving bell”. Diving bell adalah alat menyerupai lonceng yang biasa digunakan oleh para penyelam untuk masuk ke kedalaman laut. Kita tahu bahwa semakin kita masuk ke dalam laut, maka tekanan akan semakin tinggi karena banyaknya volume air yang menekan. Berbeda dengan kondisi di atas permukaan laut yang hanya memiliki udara, maka tekanannya tergolong rendah yakni 1 atmosfer (atm).

Tekanan di kedalaman laut bisa naik hingga 9 dan 10 atm dimana jelas manusia takkan mampu bertahan hidup di tekanan setinggi itu. Oleh karena itu, mereka harus menyesuaikan diri dengan menggunakan alat yang dinamakan tangki dekompresi yang akan menyesuaikan tekanan udara. Cara kerja alat ini sangat sederhana, yakni secara perlahan-lahan alat tersebut akan menaikkan (atau menurunkan) tekanan udara di dalam ruangan tersebut, dengan catatan bahwa ruangan tersebut haruslah terkunci rapat tanpa satupun celah . Apabila tekanan dinaikkan dengan perlahan-lahan, maka tubuh manusia akan dapat menyesuaikan diri. Sebaliknya, apabila tekanan berubah secara drastis atau tiba-tiba, maka bukan mustahil tubuh manusia akan langsung meledak.

Dan inilah yang terjadi pada saat tersebut kecelakaan naas tersebut.

Kala itu ada 4 orang penyelam yang berada di dua ruangan dekompresi (diving chamber), masing-masing ditempati oleh 2 penyelam. Keempat pria tersebut adalah Edwin Coward (35 tahun) dan Roy P. Lucas (38 tahun), keduanya dari Inggris, serta BjΓΈrn Bergersen (29 tahun) dan Truls Hellevik (34) yang sama-sama dari Norwegia. Untuk mengoperasikan alat tersebut dari luar, mereka dibantu 2 orang asisten bernama William Crammond and Martin Saunders yang mengoperasikan alat tersebut dari luar.

Kecelakaan terjadi ketika kedua chamber itu meledak dan mengalami dekompresi yang cepat dari tekanan 9 atmosfer menjadi 1 atmosfer. Kecelakaan itu membuat keempat penyelam di dalam diving chamber tewas, William yang berada di luar terpental hingga terbunuh, sementara Martin terluka parah. Apa yang terjadi sebenarnya pada saat itu?

Seperti inilah gambar dari alat yang mereka gunakan. Ada tiga ruangan dekompresi yang terhubung dengan diving bell oleh pintu yang harus ditutup pada saat digunakan. Ada dua orang di tiap chamber, yakni Edwin dan Roy di ruang pertama dan Bergensen serta Hellevik di ruangan kedua. Ruangan ketiga kala itu tidak dipergunakan. Ketiga ruang dekompresi itu  yang dioperasikan dari luar oleh William dan juga Martin sebagai asisten. Mereka berdua juga sama-sama penyelam berpengalaman sehingga tahu apa yang harus mereka lakukan.

Kala itu tekanan dalam ruang dekompresi adalah 9 atmosfer yang harus diturunkan perlahan-lahan menjadi 1 atm. Untuk menurunkan tekanan tersebut, maka klem antara diving bell dengan ruang dekompresi haruslah dibuka. Namun sebelum hal itu dilakukan, pintu antara ruang dekompresi dengan diving bell haruslah ditutup rapat tanpa celah sedikipun.

Rutinitas kala itu berbuntut bencana kala entah atas alasan apa, William tiba-tiba membuka klem antara diving bell dan ruang dekompresi sebelum penyelam keempat yakni Hellevik, mampu menutup pintu yang berada di dalam ruang dekompresi. Hal ini berujung pada ledakan pada ruang dekompresi yang belum disegel. Udara dari dalam ruang dekompresi tiba-tiba tersedot keluar dan melontarkan pintu diving bell, dan langsung menghujam kedua asisten yang mengoperasikannya dari luar. Hal ini menyebabkan tubuh keduanya terlempar dan dampaknya langsung membunuh William.

Sementara akibat perubahan tekanan yang drastis di dalam ruang dekompresi, maka keempat penyelam tewas secara seketika. Kematian merekapun sangatlah mengerikan. Para tim penyelamat menemukan tubuh keempatnya dalam kondisi hancur. Pada pembuluh darah arteri dan vena mereka ditemukan zat kekuningan yang ternyata adalah lemak. Hal ini disebabkan karena perubahan tekanan yang tinggi akan langsung mendenaturasi darah menjadi semacam senyawa lipoprotein yang mengandung lemak yang tak dapat larut. Lemak yang tiba-tiba muncul akibat dekompresi ini akan menyumbat pembuluh darah sehingga akhirnya meledak.

Tak hanya itu. Akibat dekompresi tersebut, darah mereka yang tiba-tiba mendidih sangat panas sehingga langsung menghentikan sirkulasi.

Di antara keempatnya, nasib paling naas diterima oleh penyelam keempat yaitu Hellevik yang berada paling dekat dengan pintu kala itu. Tubuhnya langsung tercerai-berai, namun bukan hanya akibat dekompresi saja. Diving bell dan ruang dekompresi dibatasi oleh pintu berbentuk bulat. Kala itu pintu belumlah tertutup secara sempurna dan meninggalkan bentuk bulan sabit yang hanya selebar 60 centimeter. Nah, udara di dalam ruang dekomptesi tersebut tersedot keluar sehingga tubuh dari Hellevik pun langsung dipaksa untuk masuk melewati celah yang hanya beberapa cm lebarnya itu. Akibatnya isi perutnya pun langsung terburai keluar, keluar diikuti tubuhnya yang langsung patah dan tersedot keluar.

Bayangkan tubuh kalian dipaksa keluar alias tersedot oleh celah berukuran seperti ini

Saking kuatnya tekanan tersebut, hanya bagian tulang belakang dan trakea (tulang leher) dari pria tersebut yang masih berada di dalam ruangan, sementara bagian tubuhnya lainnya dipaksa keluar oleh tekanan yang sangat besar melalui lubang sempit itu. Ledakan tersebut melontarkan bagian-bagian tubuh yang tidak tercerai-berai itu sepanjang 10 meter di luar chamber itu. Kejadian tersebut perlu diingat berlangsung dengan sangat cepat sehingga bisa dipastikan keempatnya tidaklah merasakan apapun, walaupun mengalami kematian yang begitu menggenaskan.

Pihak penyelidik berkesimpulan bahwa tragedi menggelarkan ini disebabkan oleh human error. Diperkirakan terjadi sebuah kesalahpahaman antara kedua asisten tersebut dengan penyelam yang berada di dalam. Mungkin saja sang asisten yang mengoperasikan dari luar mengira penyelam di dalam ruang dekompresi telah menutup pintu dan langsung membuka klem.

Apabila memang terjadi miskomunikasi, hal ini bisa dimaklumi sebab kala itu mereka hanya berkomunikasi melalui megaphone yang menempel di dinding. Walaupun suaranya cukup keras, namun perlu kita ingat bahwa kejadian tersebut terjadi di tengah lautan di mana bunyi gelombang laut pasti sangatlah menderu kencang sehingga mempengaruhi komunikasi tersebut. Tak hanya itu, para anggota tim itu bekerja kala itu sudah bekerja selama 16 jam tanpa henti, sehingga bisa dipastikan mereka lelah sehingga memicu adanya kesalahpahaman di antara mereka.

Namun kita juga patut menyalahkan sistem engineering yang kurang sempurna dari Byford Dolphin sendiri. Pasalnya alat tersebut beroperasi sejak tahun 1975 dan sudah cukup tua ketika peristiwa naas itu berlangsung. Kilang-kilang minyak yang lebih anyar dan modern biasanya dilengkapi dengan sistem keamanan yang bisa mencegah perubahan tekanan secara tiba-tiba. Tentu saja Byford Dolphin yang berusia tua tidak dilengkapi oleh sistem keamanan seperti ini.

Ketika ditelisik lebih dalam, muncullah teori konspirasi yang lain. Pasalnya walaupun sistem keamanan tersebut sebenarnya diharuskan oleh hukum Norwegia, akan tetapi Byford Dolphin mendapatkan dispensasi khusus oleh lembaga perminyakan Norwegia. Entah apa sebabnya, namun dispensasi tersebut berujung pada kematian 5 orang dan satu orang tersisa terluka parah.

Parahnya peristiwa itu bukan menjadi tragedi terakhir di kilang minyak terkutuk itu. Pada 17 April 2002, kematian lain mengemuka ketika seorang pekerja berusia 44 tahun tewas karena kecelakaan yang menyebabkan kepalanya terbentur dan ia pun kehilangan nyawanya. Insiden ini menyebabkan Byford Dolphin kehilangan kontrak dengan perusahaan yang sebelumnya mempekerjakan mereka karena khawatir akan keselamatan kerja di atas kilang pengeboran minyak tersebut.

Tentu saja hal itu bisa diamini mengingat kematian demi kematian beruntun yang senantiasa terjadi di atas kilang minyak tersebut. Mungkin semua tragedi itu memang bukan karena kutukan misterius berbau supranatural, melainkan karena kecerobohan dan ketamakan manusia yang menyebabkan hilangnya nyawa para pekerja yang tak berdosa tersebut. Syukurlah, menyebabkan tragedi demi tragedi tersebut merusak nama baik perusahaan yang mengoperasikan Byford Dolphin dan menyebabkan mereka merugi hingga jutaan dolar, sebuah karma yang menurut gue pantas untuk mereka terima.

SUMBER: WIKIPEDIA

 

6 comments:

  1. Gak kebayang tubuh meledak 😱😱😱😱😱😱😱

    ReplyDelete
  2. Auto mual ngebayangin tubuh Hellevik yang kesedot keluar. Mana lubangnya kecil banget. Memang ya, kerja di tempat kayak gitu resikonya bukan maen...

    ReplyDelete
  3. Agak bingung bayanginnya, min soalnya gambar ilustrasi cuma sedikit

    ReplyDelete
    Replies
    1. buset, lu mau gambar aslinya ?

      Delete
  4. jika dibandingkan dengan mereka, rasanya ga akan pernah iri dengan penghasilan mereka yang besar karena sebanding dengan resikonya, lah kalo dengan anggota dewan, kemenkeu, BI, badan Pancasila enggak banget.

    ReplyDelete