Wednesday, July 1, 2020

TOP 10 PSEUDOSCIENCE: APAKAH KAMU SALAH SATU KORBAN SAINS PALSU?




Bagaimana pendapat kalian tentang sains? Sains memang banyak membantu segala aspek kehidupan kita. Mulai dari obat-obatan di puskesmas hingga smartphone kesayangan kita, semua tercipta berkat sains. Sedangkan ada pula ada sisi sains yang nggak mudah diterima oleh masyarakat kita, sebut saja contohnya Teori Evolusi. Namun sekontroversial apapun, dalam proses pencarian kebenaran, sains senantiasa menggunakan “metode ilmiah” yang mampu dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, semua pendapat dan teori, jika ingin disebut bagian dari “sains”, haruslah melalui pengujian dan pembuktian terlebih dahulu.

Nah, segala sesuatu yang hanya berbau “sains” namun tidak memiliki pembuktian ilmiah disebut dengan “pseudosains” atau “sains palsu”.


Lho, emang bisa sains dipalsukan? Bisa, bahkan kalian mungkin telah lama mempropagandakan sains palsu ini dalam kehidupan kalian sehari-hari. Pseudosains bisa berisi pernyataan, kepercayaan, atau praktik yang diklaim (ingat ya, diklaim) memiliki bukti yang saintifik dan faktual, namun pada kenyataannya tidak dibarengi dengan metode ilmiah ataupun penelitian yang lazim, sehingga klaim tersebut seharusnya diragukan.

Gampang kok mengenali pseudosains karena ciri-cirinya biasanya jelas, antara lain :

  1. Menggunakan klaim yang bombastis dan kontradiktif (berlawanan) dengan kenyataan, contohnya: pil ini bisa mengobati kanker, padahal ampe sekarang obat kanker belum ditemukan.
  2. Mencoba membuktikan klaim tersebut dengan konfirmasi yang bias, semisal temennya dari temennya temenku pernah gini lho atau didukung oleh dokter ini bla bla bla. Padahal ketika dikonfirmasi, dokter itu sama sekali nggak ada ataupun jika benar-benar ada, nggak merasa mendukung pernyataan tersebut.
  3. Enggan ketika dievaluasi atau dikritik oleh ahli lain. Pernah liat ada talkshow tentang pengobatan alternatif di TV kemudian ada dokter beneran yang mencoba menyangkal (atau paling nggak menyelidiki) klaim tersebut, terus orangnya marah-marah? Nah ketidakterbukaan itulah salah satu ciri kuat pseudosains, padahal sains yang sesungguhnya selalu siap menerima kritik dan perbaikan.
  4. Hipotesis tidak disertai dengan pembuktian secara sistematis melalui percobaan/eksperimen yang sesuai metode ilmiah. Semisal buktinya cuma dari kesaksian bapak ini, ibu ini, tapi nggak bisa menunjukkan data yang valid.
  5. Praktiknya tetap diteruskan walaupun hipotesis tersebut telah lama didiskreditkan oleh para ahli. Nah ini yang paling berbahaya, walaupun para ahli dan dokter lain sudah menolak kebenaran suatu praktik pseudosains, tapi tetap saja pengikutnya nggak mau dengar dan tetap ngeyel karena praktik tersebut sudah telanjur terkenal/ mengakar dalam masyarakat

Mau tahu apa aja contoh pseudosains di sekitar kita? Let's check 'em out!


1. ASTRONOMY VS ASTROLOGY



Suka baca ramalan bintang? Waduh, berarti kalian sudah jadi korban pseudosains bernama Astrologi. Astrologi merupakan salah satu pseudosains tertua di dunia yang sudah berusia 4 ribu tahun. Peradaban-peradaban kuno di dunia, mulai dari Mesir, Yunani, China, hingga Maya percaya bahwa takdir kita diatur oleh bintang-bintang. Sehingga, dengan membaca langit (pergerakan langit, posisi bintang, dan lain-lain), kita akan bisa memprediksi nasib kita.

Lawan” modern dari Astrologi adalah Astronomi, yakni ilmu perbintangan yang benar-benar valid karena menggunakan metode ilmiah dan peralatan canggih, semisal teleskop hingga satelit. Astronomi juga menggunakan perhitungan matematis dan rumus-rumus fisika, namun bukan lagi untuk mengetahui takdir manusia, melainkan untuk mempelajari lebih baik mengenai semesta yang kita tinggali ini.


2. CHEMISTRY VS ALCHEMY



Alchemy” (atau alkimia) adalah pesudosains berumur ribuan tahun yang bermula di Eropa purba. Para ahli alkimia percaya bahwa berbagai jenis batu-batuan hingga bahan-bahan kimia tertentu merupakan perantara kekuatan magis. Jika kalian percaya bahwa memakai batu-batu giok tertentu bisa membawa kesehatan ataupun keberuntungan, nah berarti kalian pengikut Alkimia ini. Hal ini sebenarnya bisa dimengerti karena mereka belum benar-benar memahami properti dari bahan-bahan kimia tersebut.

Contohnya seperti ini nih. Beberapa batu permata seperti opal dan pirus (turquoise) bisa berubah warna dan ketika itu terjadi, biasanya diikuti dengan kematian sang pemakainya. Tak heran, batu-batu tersebut kemudian diasosiasikan memiliki kemampuan mistis. Padahal, kedua batu tersebut sesungguhnya hanyalah mineral yang bisa berinteraksi dengan garam yang ada di keringat pemakainya. Ketika keringat tersebut bersifat asam (biasanya merupakan gejala penyakit), maka batu-batu itupun akan berubah warna.

Para ahli Alkimia di masanya juga berusaha menemukan “elixir” yakni suatu cairan kimia yang apabila diminum akan membuat hidup seseorang abadi. Kaisar Tiongkok yang membangun Tembok Besar China, Qin Shi Huang, percaya bahwa elixir yang dimaksud adalah merkuri (air raksa) yang sifatnya yang eksotis (yakni logam, namun berbentuk cair). Bukannya hidup abadi, ia malah langsung tewas setelah meminumnya sebab merkuri merupakan bahan kimia yang amat toksik.

Konsep Alkimia dalam sejarah kuno resmi berakhir setelah seorang ilmuwan Muslim pada abad ke-8 bernama Ibnu Hayyan memperkenalkan landasan ilmu Kimia modern menggunakan prinsip metode ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga proses kimia tak lagi dianggap sebagai fenomena “gaib”.


3. KEDOKTERAN VS PENGOBATAN ALTERNATIF



Nah, ini nih yang seringkali masih menjebak masyarakat kita. Keberhasilan pengobatan alternatif hingga kini masih belum dibuktikan secara ilmiah, namun di negara kita, teknik semacam ini masih banyak dipraktekkan. Contoh paling mudah adalah sensasi batu Ponari dimana walaupun jelas diragukan secara logika, tetap saja ribuan orang membanjiri rumah Ponari kala itu untuk meminta “keberkahan” penyembuhan dari batu nan mistis tersebut.

Mungkin kalian sendiri menertawakan orang-orang yang mempercayai klaim klenik batu Ponari. Namun jangan salah, bukan berarti kalian dalam kehidupan sehari-hari nggak menerapkan pseudosains lho. Kalian kerokan aja udah merupakan bukti bahwa kalian percaya ama pseudosains. Berbagai macam pengobatan alternatif seperti chiropractic (bahasa kerennya tukang urut), colon cleansing, akupuntur, naturopathy (menggunakan tanaman herbal sebagai pengobatan alami), reflexology (pijak refleksi), menggunakan kalung atau gelang magnet, semuanya belum bisa dibuktikan keberhasilannya secara ilmiah sehingga bisa dikategorikan sebagai pseudosains.

Contoh lain, segala macam pengobatan yang menggunakan kata “detox (detoksifikasi)” sudah termasuk pseudosains karena ilmu kedokteran modern nggak mengenal kata itu (proses detoksifikasi sendiri sudah dilakukan secara otomatis oleh organ-organ tubuh seperti hati dan ginjal, jadi nggak butuh zat dari luar). Silakan baca artikel menarik dari Health Line dan Harvard mengenai praktek detox ini. Pseudosains di bidang kesehatan juga mulai merambah ke kosmetik juga lho. Jika ada kosmetik yang menggunakan konsep “anti-aging” dalam promosinya, klaim tersebut jelas termasuk pseudosains sebab sains modern kita hingga kini belum bisa memperlambat penuaan. Bahkan, ilmu yang mempelajari proses untuk memperlambat penuaan (disebut Biogerontology) merupakan cabang ilmu yang dianggap tabu dan melanggar bio-etika.

Ingat, gue bukannya mengatakan pengobatan alternatif sama sekali nggak bermanfaat lho. Tentu saja beberapa dari teknik di atas bisa saja membawa keuntungan bagi jiwa raga kita. Naturopathy dan detoks semisal, bisa membawa kita ke gaya hidup yang lebih sehat. Chiropractic dan refleksologi bisa membuat kita lebih rileks. Kosmetik anti-aging juga mungkin bisa membuat kulit kita lebih segar. Namun, menggantungkan hidup kita pada pengobatan alternatif bukanlah hal yang bijak, sebab seperti pseudosains lainnya, keefektivitasannya belumlah teruji secara ilmiah.


4. ARCHEOLOGY VS PSEUDOARCHEOLOGY



Suka dengan Teori “Ancient Aliens”? Nah, berarti kalian sudah “teracuni” dengan prinsip Pseudoarkeologi. Orang-orang yang mengaku sebagai “ahli” Pseudoarkeologi yakin bahwa bangunan-bangunan yang dihasilkan peradaban kuno, semisal berbagai piramida Mesir dan Aztec, sesungguhnya dibangun dengan bantuan alien. Teori “Ancient Aliens” sendiri menyatakan bahwa di masa lalu, Bumi dikunjungi oleh “astronot” alien dari luar angkasa yang kemudian mengajarkan teknologi kepada nenek moyang kita. Hal ini seakan menjelaskan mengapa peradaban kuno yang seharusnya primitif malah bisa menghasilkan bangunan berskala megah dengan ketelitian arsitektural rumit yang seharusnya sulit dicapai dengan alat-alat seadanya pada masa itu.

Namun seperti pernah gue singgung di salah satu postingan gue yang jaduuuul banget, keberadaan Pseudoarkeologi ini sesungguhnya didorong oleh paham rasisme. Mengapa gue mengatakan demikian? Karena teori Ancient Aliens tak pernah menyinggung bangunan-bangunan megah buatan bangsa Eropa kuno, semisal Parthenon dan Colosseum, serta kemajuan teknologi pada masa Yunani dan Romawi kuno terkait dengan keterlibatan alien dari luar angkasa. Mereka justru menyasar bangunan-bangunan kuno seperti Baalbek di Lebanon, Macchu Picchu di Peru, hingga Angkor Wat di Kamboja, yang menurut mereka pasti dibangun dengan teknologi alien.

Alasannya? Well, karena mereka menganggap bangsa kulit putih pada dasarnya memang jenius dan superior sehingga nggak mengherankan jika mereka bisa membangun bangunan dengan cita rasa arsitektur tinggi yang melampaui masanya. Namun ketika gantian bangsa Afrika, Asia, dan penduduk asli Amerika yang membangunnya, mereka langsung menuduh ada keterlibatan alien. Sebab menurut mereka, nggak mungkin bangsa “terbelakang” seperti mereka bisa memiliki teknologi yang maju.


5. PSYCHOLOGY VS PARAPSYCHOLOGY



Pernah liat adegan di film “Conjuring” dimana Ed dan Lorraine Warren menggunakan alat-alat elektronik untuk mendeteksi adanya hantu? Salah satu alat yang mereka bawa adalah pengukur suhu sebab mereka yakin aktivitas paranormal akan membuat suhu di sekitar menjadi drop. Nah, klaim-klaim yang menggabungkan dunia gaib dengan hal-hal berbau sains tersebut termasuk ke dalam Parapsikologi.

Parapsikologi adalah pseudosains yang mencoba menjelaskan hal-hal berbau supranatural dengan bahasa ilmiah. Tak hanya tentang hantu saja, Parapsikologi juga berusaha membuktikan keberadaan ESP, telepati, precognition (kemampuan meramal), telekinesis, hingga necromancy (berbicara dengan arwah) sebagai fenomena yang benar-benar nyata dan bisa dijelaskan secara ilmiah. Tapi tentu saja, teknik penelitian yang mereka terapkan amatlah diragukan dan tak bernilai saintifik sama sekali. Semisal, mereka bisa saja menggunakan data berupa kesaksian dari orang-orang yang mengklaim dirinya diganggu hantu. Tapi tentu saja, ada banyak faktor eksternal yang berpengaruh seperti kondisi mental dan psikologis saksi tersebut.

Ternyata tak hanya Parapsikologi yang menjadi “kembaran jahat” ilmu Psikologi. Ada berbagai contoh pseudosains yang mengintai ilmu yang mempelajari kesehatan jiwa ini, antara lain NLP (Neuro-Linguistic Programme), grafologi (ilmu yang mempelajari tulisan tangan), hingga teknik hipnotis yang kebablasan, seperti menghipnotis seseorang agar bisa mengingat kehidupannya yang dulu di reinkarnasi sebelumnya.


6. ZOOLOGY VS CRYPTOZOOLOGY



Jika Zoologi merupakan julukan bagi cabang ilmu Biologi yang mempelajari binatang, maka Cryptozoology merupakan ilmu yang mempelajari “fantastic beasts and where to find them”. Pseudosains ini berusaha membuktikan hewan-hewan dalam dongeng, fabel, hingga urban legend seperti bigfoot, monster Loch Ness, hingga chupacabra, memang benar-benar ada. Konsep ini gue akui memang menarik, sehingga tak heran banyak yang menanggapi sains palsu ini dengan serius. Bahkan, ada beberapa lembaga resmi yang didirikan untuk mewadahi antusiasme para Cryptozoologist ini, antara lain SCP, eh bukan, “Centre of Fortean Zoology” di Inggris dan “International Society of Cryptozoology” di Amerika.


7. MATHEMATICS VS NUMEROLOGY



Pernah ngitung-ngitung urutan huruf di nama kalian lalu dijumlah? Jika pernah, berarti kalian sudah mempraktekkan Numerologi. Numerologi merupakan salah satu Pseudo-Matematika yang seperti Astrologi, mengaku bisa menebak kepribadian atau bahkan masa depan seseorang setelah mengonversi nama atau tanggal lahir orang tersebut ke dalam angka. Memang, hampir semua praktek “menebak kepribadian” dari berbagai teknik seperti angka, golongan darah, hingga Kokologi bisa dikategorikan sebagai pseudosains. Walaupun ada satu sih yang bisa dianggap valid, yakni Rorschach Test.


8. QUANTUM MECHANICS VS QUANTUM MYSTICISM



Nah, pseudosains yang satu ini pernah nih gue singgung di salah satu artikel gue. Quantum Mysticms berusaha mengeksploitasi sisi metafisik dari Teori Kuantum dengan cara mengklaim bahwa segala sesuatu yang berbau “kuantum” bisa kita gunakan untuk meraih kebahagiaan (baik finansial maupun kesehatan), intelegensi, hingga spiritualitas. Celakanya, Quantum Mysticism ini sering disalahgunakan penganut New Age untuk menyebarkan ajaran mereka, bahkan tak jarang untuk meraup untung secara finansial melalui berbagai buku, seminar, dan training.


9. ASTROBIOLOGY VS UFOLOGY



Yap, seperti namanya, Ufologi adalah ilmu yang mempelajari UFO. Tentu saja karena kurangnya landasan saintifik tentang UFO, para penganut ilmu tersebut bak pinang dibelah dua dengan para penganut Teori Konspirasi. Para “ahli” Ufologi dengan bangga mempelajari crop circle, alien abductions, hingga menyebut Insiden Roswell dan Area 51 sebagai bukti tak terbantahkan tentang kehidupan ekstraterestrial (ET). Lebih populer ketimbang Cryptozoology, ilmu Ufologi didukung oleh puluhan organisasi pencari UFO di berbagai belahan dunia, mulai dari Amerika, Inggris, Rusia, Turki, Swedia, hingga Norwegia, bahkan mencanangkan 2 Juli sebagai “Hari UFO Sedunia”.

Namun jangan salah, memang ada lho disiplin ilmu cabang Astronomi yang mempelajari kemungkinan tentang kehidupan alien di luar sana. Ilmu tersebut dinamakan “Astrobiology” yang berusaha memprediksi serta menemukan bukti tentang kehidupan di planet-planet lain, tentu saja dari sudut pandang ilmiah.

10. FISIKA VS FLAT-EARTH

Alam semesta menurut Flat-Eearther


Ini mungkin ya pseudosains yang paling terkenal dan pastinya udah nggak asing lagi buat kalian. Para pecinta Teori Bumi Datar, sesuai namanya, masih percaya bahwa Bumi itu bukanlah berbentuk bola, melainkan seperti piring yang datar. Para aktivis “Bumi Datar” ini bahkan melakukan berbagai “eksperimen fisika” untuk membuktikan teori mereka tersebut. Para “flat-earther” (sebutan mereka) juga berasosiasi dalam komunitas dan menggelar event sendiri, yakni “Flat Earth International Conference” yang diadakan tiap tahun dengan slogan mereka “We're Not Crazy!”. Yeah, right!


Implikasi dari pseudosains ini cukup berat sebenarnya. Mungkin beberapa pseudosains di atas bisa buat lucu-lucuan ya, semisal Numerologi atau Astrologi. Namun ada pula pseudosains yang bisa membahayakan nyawa kita. Semisal mitos tertentu di bidang medis yang nggak didukung bukti saintifik, contohnya kepercayaan bahwa vaksin bisa menyebabkan autisme, sehingga banyak ortu yang enggak memvaksin anaknya. Ini tentu amat berbahaya sebab bisa membuat anak tersebut rentan terhadap bibit penyakit, bahkan hingga ia dewasa, Ada juga contoh yang pernah gue baca tentang seorang anak yang jatuh dan mengalami patah tulang, Namun bukannya dibawa ke dokter, anak itu malah dibawa ke tukang urut sehingga kondisinya makin parah.

Maka dari itu nih, jangan buru-buru percaya dengan deretan pseudosains di atas. Untuk hiburan atau memperkaya pengetahuan boleh, tapi jangan sampai fanatik hingga mengabaikan sains yang asli. Dan nggak lupa, kita juga harus rajin menyaring semua informasi yang kita terima. Jangan sampai kita malah nyebarin pseudosains yang kita nggak akan tahu dampaknya pada orang lain. Mungkin mereka akan menganggapnya hiburan buat ketawa-ketiwi, tapi bisa saja malah dianggap serius. Intinya, selalu cross check kebenaran semua berita yang kita terima, OK?


SUMBER: WIKIPEDIA

11 comments:

  1. Hampir tiap hari ngecek blog bang Dave, nungguin bang Dave update lagi, akhirnya update juga di awal bulan Juli 😍😍😍😍

    ReplyDelete
  2. Bagi yang pengen baca tulisan jadul bangdep tentang ancient alien, ini link-nya


    http://mengakubackpacker.blogspot.com/2012/05/mengapa-sebaiknya-kita-nggak-percaya.html?m=1


    Salam, Kucing Stalin

    ReplyDelete
  3. Ada 3 orang yg susah diajak bicara di Dunia ini:
    1. Orang Gila
    2. Flat Earthers
    3. Orang yg ga mau divaksin

    ReplyDelete
  4. Berarti selama ini transfomer ga pernah datang ke bumi dong

    ReplyDelete
  5. Kalau yang menentukan sifat berdasarkan golongan darah apa itu
    sdh termasuk pseudoscience?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bantu jawab, setauku itu masih pseudoscience. Soalnya, darah gaada hubungannya sama kepribadian. Itu cuma ngebedain dari Antigen/Antibodi (lupa yang mana), Rhesus +/-, dsb.

      Kenapa ada kesamaan? Ya selain beberapa pihak ngadain semacam survey, sugesti dari dalam diri kita juga ngebantu kalo sifat-sifat itu bener. Coba aja baca dulu sifat goldar yang lain sebelum yang kita punya, pasti "Ah aku juga gini kok..."

      Delete
  6. Banyak diantara penganut pseudosains dan/atau konspirasi sebenarnya memiliki sebuah ketakutan bahwa mereka sedang "dikontrol" oleh pemerintah atau orang-orang yang benar-benar mempromosikan sains asli. Contohnya antivaxers mereka takut vaksin itu dibuat untuk kepentingan tersembunyi pemerintah dan organisasi rahasia.

    Di titik ini saya rasa SCP lebih terlihat aktual dan ilmiah dibandingkan mereka, padahal sama-sama fiktif.

    ReplyDelete
  7. Kalung anti corona gadisebut juga min?....h3h3

    -CakNgganteng-

    ReplyDelete
  8. Cintaa banget sama blog elu bang //nanged

    -2ra-

    ReplyDelete
  9. soal pengobatan alternatif jadi ingat dulu ada salah satu user reddit yang cerita ketika temen doi yang kena tumor ama dokter dan disuruh ngelakukan beberapa hal2 untuk meredam tumor tersenut karena masih jinak dia marah2 terus beralih kepengobatan alternative beberapa tahun kemudian dia balik kedokter tersebut sambil nangis minta diobatin pdahal tumornya udha jadi ganas.

    so yeah sebaik kita perlu hati2 kalo makek yang namnya obat "alternative"

    ReplyDelete