Sunday, September 26, 2021

CERITA HOROR GOJEK (2): TERNYATA INI SEBABNYA KAKAKKU KAPOK JADI DRIVER GOCAR, ALASANNYA BIKIN MELONGO!

SUMBER GAMBAR: UNSPLASH

Pengalaman ini membuatku kapok menjadi driver gocar. Alkisah orang tuaku baru saja membeli mobil baru, namun sebagai anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga, akulah yang menjadi sopir mereka kemana-mana. Kebetulan orang tuaku sedang ke Bandung menghadiri pernikahan sanak saudara, jadi iseng-iseng aku mendaftar menjadi pengemudi gocar. Hitung-hitung menambah penghasilan.

"Jemput dong kak," line adikku yang menyebalkan.

"Ah kamu ini naik gocar aja." Balasku kesal.

"Kan kakak driver gocar iiiih...lagian tega adiknya pulang malam-malam sendirian? Kalo kenapa-napa gimana?"

Dengan berat hati akhirnya aku menyanggupinya. Dasar adik nggak berguna. Les sampai malam begini tapi setauku nilainya nggak naik-naik.

Adikku masuk ke mobil dan tiba-tiba saja notifikasiku berbunyi.

"Ah sial," ketusku, "Gue lupa matiin aplikasinya. Aduuuuh."

"Dapat orderan ya? Malam-malam begini?"

"Elu juga jam segini masih keluyuran."

"Ih beda kali. Kan aku belajar. Gimana? Dicancel aja."

"Mana bisa. Dia yang harus cancel. Dimana sih lokasinya? Kayaknya nggak jauh kok ..."

Tiba-tiba wajahku berubah pucat ketika melihat lokasinya. Adikku keheranan sehingga aku harus menunjukkan layar handphone-ku kepadanya.

"Idih itu kan kuburan?" Teriak adikku tak percaya, "Ngapain malam-malam ada yang order dari kuburan?"

Sesuai SOP akupun menelepon dengan enggan.

"Hallo. Maaf, saya driver gocar. Bisakah dicancel saja orderannya?"

"Waduh Mas jangan ..." Terdengar balasan seorang perempuan, "Sudah malam Mas...susah dapat driver."

"Tapi ada adik saya di sini. Saya nggak enak ..."

"Adik Mas cowok apa cewek."

"Cewek sih. Saya barusan jemput dia."

Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Nggak apa-apa kok Mas. Saya keburu mau pulang soalnya."

"Baik deh. Mohon ditunggu." Akupun menutup teleponnya dan menyalakan mobil.

"Hah serius mau diterima?"

"Mau gimana lagi. Kalo aku nggak datang pasti dapat bintang satu."

"Tapi kalo yang pesan bukan manusia gimana?"

"Ah elu jangan ngomong yang nggak-nggak." ujarku kesal. Namun dalam hati aku cukup cemas juga.

Akhirnya lampu mobilku menyorot seorang wanita di tepi pekuburan. Dia menutup mukanya karena silau terkena cahaya lampuku. Aku menepikan mobil dan iapun masuk ke dalam.

"Maaf ya ada adik saya." aku menyambut dengan sopan. "Saya antar sesuai peta ya."

Wanita itu tak menjawab dan hanya duduk terdiam.

Adikku meliriknya lewat spion dan menyenggol bahuku, "Orang beneran kok bukan setan hihihi ..." godanya.

"Hush, kamu itu! Kalo dia dengar gimana?" Bisikku sambil memprotes.

Selama perjalanan, wanita itu hanya diam saja. Mungkin dia merasa canggung karena ada adikku di sini. Bagaimana tidak, aku saja merasa canggung.

Tiba-tiba teleponku berbunyi, nyaring sekali rasanya, mungkin karena kesunyian yang telanjur meresap di mobil ini.

"Ha ... Halo?" Angkatku.

Terdengar bentakan marah seorang perempuan. "MAS INI GIMANA SIH? SAYA TUNGGU-TUNGGU DARI TADI KOK NGGAK DATANG? MALAH DI MAP MAKIN JAUH DARI LOKASI SAYA?!"

"Lho Mbak!" Aku tersadar suara itu adalah suara wanita yang mengorderku tadi, "Mbak kan sudah saya jemput?"

"Jangan macam-macam.ya! Saya tuh dari tadi nunggu Mas di sini!"

Mata adikku terarah ke spion depan kami. Wajahnya berubah pucat. Dengan nada ketakutan dia menyentuh pundakku dan menunjuk ke arah spion. Kepalaku menoleh, mencoba melihat ke kursi penumpang di belakangku dan ....


***


"Setelah itu Mas nggak ingat apa-apa lagi?" polisi itu bertanya.

Aku menggeleng. Di sampingku, adikku masih meringkuk ketakutan dalam selimut yang diberikan para polisi itu.

"Jadi Mas dan adek ini nggak ingat kenapa pagi ini kalian ditemukan warga tertidur di atas batu nisan?"

"Nggak Pak," aku kembali menggeleng, "Lalu dimana mobil saya? Apa sudah ditemukan?"

Polisi itu menatap rekannya, lalu melihat ke arahku penuh tanda tanya.

"Kami sudah menemukannya." Dia tampak enggan menjelaskan lebih jauh.

"Syukurlah," ucapku lega, "Lalu dimana mobil saya Pak?"

"Mobil itu masih terparkir di depan tempat les adik Anda."

"Apa? Tapi itu mustahil! Saya mengendarainya untuk menjemput costumer saya di kuburan bersama adik saya."

"Disitulah letak keanehannya. Di rekaman CCTV terlihat bahwa kalian berdua berjalan menuju ke kuburan. Jalan kaki. Tanpa mobil kalian. Dan yang lebih anehnya lagi ..."

"Kenapa Pak?"

"Kalian berdua menggendong keranda mayat."

2 comments: