Sunday, September 26, 2021

CERITA HOROR GOJEK (3): DIUBER DRIVER UBER

SUMBER GAMBAR: UNSPLASH

Kamu tau kan Uber di Indonesia sudah nggak ada. Perusahannya sudah dijual ke Grab. Tapi apa kamu tahu, aplikasi Uber masih ada. Bahkan jika kamu menyalakannya, kadang kamu masih menemukan ada driver yang online. Anehnya, di map terlihat mereka berada di lokasi yang ganjil, yang tak masuk akal. Di dalam sungai misalnya. 

Kisah ini adalah salah satunya.

"Haduh kok malah Uber sih yang kepencet? Kan aku mau nekan Grab." Tapi rasa penasaran membuatku menunggu hingga aplikasi itu akhirnya membuka. Anehnya, terlihat masih ada satu driver di sekitarku.

"Masih ada driver? Kenapa aplikasinya masih jalan ya?" Seribu pertanyaan bermekaran di kepalaku, tapi aku mengabaikan. Kuputuskan dengan iseng untuk memesannya.

Dan orderan itu tertangkap oleh mobil itu.

Mobil itu bergerak, masuk ke sungai. Seolah-olah dia tengah berenang, memghampiriku.

"Apa ini? Ada kerusakan sistem? GPS-nya kok nggak pas?" Namun aku berpikir, seharusnya pun aplikasi ini sudah tidak berjalan kan?

Terdengar suara dering telepon. Sang pengemudi uber menghubungiku.

"Halo?" Kuangkat, namun hanya suara gemerisik yang terdengar. Dan "Blub ... Blub ..." Seperti suara sesuatu tenggelam.

Aku menutupnya. Creepy sekali. 

Mobil itu akhirnya datang. Sebuah Kijang Innova warna silver dengan nomor polisi sesuai dengan yang ada di aplikasi.

Aku membuka pintu dan akhirnya masuk.

"Wah uber masih jalan ya pak? Aku pikir sudah nggak ada."

"Mau kemana Pak?" jawab sang driver dengan suara dingin. Ia bahkan nggak menoleh untuk melihatku.

"Kemana aja deh pak." Aku tertawa, "lagi suntuk nih pengen muter-muter aja."

Tanpa banyak bersuara, driver itu melajukan mobilnya dan kami melewati sungai yang tadi ada di peta.

"Lucu," ucapku untuk memecahkan keheningan yang canggung, "Tadi di peta saya lihat mobil bapak mengapung di sungai ini hahaha." Diikuti tawaku. Namun pria itu hanya membalas ...

"Apa bapak pernah dengar tentang driver yang dibunuh di sini?"

"Apa?"

"Pernah ada driver Uber yang dibunuh lalu ditenggelamkan di sini. Mobilnya dibawa lari dan pelakunya tak pernah tertangkap."

Aku bergidik ngeri. Suasana di dalam mobil gelap sekali.

Tiba-tiba saja mobil itu berhenti, tepat di tepi sungai itu.

"Lho pak, kenapa berhenti?"

"Malam-malam seperti ini bapak bisa melihat orang itu berteriak minta tolong dari arah sungai itu," ia menunjuk keluar, "apa bapak bisa melihat tangannya teracung di sana, tenggelam seraya meminta tolong?"

Aku memicingkan mata. Bulu kudukku mulai berdiri. Aku merasa ada air mengalir di bawah kakiku, asalnya dari belakang dan ....

"AAAAAAA!!!" Aku berteriak dan langsung lari dari mobil begitu sebuah tangan yang dingin menyentuh bahuku dari belakang.


*** 


"HAHAHA!!!" aku tertawa sembari keluar dari bagasi belakang Innova itu. "Lu lihat dia lari terbirit-birit? Lu berhasil rekam kan?"

"Pasti lah," kakakku yang menjadi driver tertawa, "Dari tadi aku menahan tawa lho. Nggak tahan rasanya aku berpura-pura seram seperti tadi."

"Channel prank youtube kita pasti tambah terkenal." Tawaku, "lagian lu dapat ide darimana ngarang cerita kayak gitu?"

"Ngarang cerita?"

"Itu yang driver Uber yang dibunuh di sungai."

"Itu berita beneran kali. Kejadiannya sebulan lalu. Lu nggak baca di line today?"

"Ah sudahlah gue mau pulang aja. Gue mau lihat hasil videonya. Gue masih mau edit, ditambahin lagu creepy biar makin horor."


*** 


Kami berdua turun dari mobil begitu sampai di rumah kami.

"Buset jam segini kita baru pulang. Udah mau subuh. Lama juga yak kita di jalan?"

"Lu lupa kita nunggu mangsanya lama. Lagian siapa sih yang buka aplikasi Uber malam-malam, bego amat tuh penumpang.”

"Tapi gue akuin lu emang jago hacking hahaha."

"Mana aku mau lihat videonya. Sekalian mau gue edit malam ini."

"Oke, mana laptop lu?"

Kami memindahkan datanya ke laptop. Namun kami justru melihat hal yang aneh.

"Wait ... Gue nggak ingat adegan ini ..."

Selepas pemuda itu lari terbirit-birit dari dalam mobil kami, pintu mobil kami masih terbuka.

Lalu masuklah seorang pria.

Kami tak bisa melihat wajahnya karena gelap, namun kami bisa melihat tubuhnya basah dan bajunya compang-camping. Bahkan kami bisa melihat air masih menetes dari tubuhnya hingga membuat dalam mobil kami basah.

Dia menunjuk ke suatu arah dan mobil kamipun melaju.

"He ... Hei ... Kapan ini terjadi?"

Mobil kami berhenti di sebuah rumah. Kami keluar dan tampak membongkar bagasi belakang kami. Kami membawa kunci inggris dan dongkrak yang selalu kami simpan di sana untuk keadaan darurat.

Kami pergi cukup lama dan pria itu masih berdiam di dalam mobil kami.

Terdengar teriakan dan keributan dari dalam rumah itu. Semua masih off screen karena kamera kami hanya menangkap bagian dalam mobik kami. Lalu kami muncul dengan menyeret sebuah bungkusan besar dari selimut penuh bercak darah. Kami menaruhnya dalam bagasi.

Pria itu menunjuk lagi dan kami kembali pergi. Kali ini ke sebuah rumah lain dan kami melakukan hal yang sama.

Kami menaruh bungkusan kedua di bagasi, namun bungkusan itu masih terlihat bergerak-gerak, jadi aku mengambil kunci inggrisku lagi dan memukulkannya berkali-kali hingga benda itu berhenti bergerak. Selimut itu berubah warna menjadi merah.

Kami kembali ke sungai itu dan pria itupun keluar. Mobil kamipun kembali melaju, kali ini mengarah pulang, dan kami berdua terlihat bercanda selama perjalanan seperti biasa.

Kami saling memandang. Baru kami sadari ada bercak-bercak darah di pakaian kami. Kami berdua lalu menatap ke dalam bagasi.

Ada jejak darah menetes dari dalamnya. Dan bau basah serta amis dari arah kursi penumpang masih tercium.

Perlahan kami membuka bagasi itu ...


2 comments: