Sunday, September 26, 2021

CERITA HOROR GOJEK (1): VIRAL

Aneh bukan? Seorang gojek di mal di Australia?

Temanku berkata. Aku menoleh ke arahnya. Ini di Adelaide bukan, tanyaku.

Iya, mungkin ada orderan tas Gucci, tawanya. Kau kan ke Adelaide minggu kemarin? Tak sua dia juga?

Aksen Melayunya terdengar lagi. Namun aku menggeleng. Aku memang ke mall itu tapi tentu saja tak ada penampakan gojek di sana. Toh, kau pasti melihatnya di story-ku kalau benar aku melihatnya.

Iyaaaa percaya yang ratu update, tawanya. Tapi kau ingat nggak, ada gojek juga lho di stand Dolce Gabbana di Grand Indonesia? Saat itu kan kita ke sana, tapi kamu nggak sempat lihat. Kau terlalu konsen sih dengan jus mangga Thailand-mu mentang-mentang minumanmu itu lagi viral hahaha.

Benarkah, tanyaku dalam hati? Semua pembicaraan tentang gojek ini membuatku tak nyaman. 

Hei lihat, tunjuknya tiba-tiba sembari menunjukkan instastory-ku, ini ada gojek lagi!

Apa? Tanyaku tak percaya sembari merebut hape itu. Benar. Di salah satu instastory-ku, ada seorang pengemudi gojek berdiri di belakangku. Mukanya tak terlihat. Namun jaket hijaunya … tak mungkin salah!

Ini kau rekam dimana? Kolam renangnya sepertinya kukenal? Hotel Indonesia? Kau suka ke kolam-kolam yang eksklusif kan? Tiba-tiba ia tertawa. Dia curiga tukang gojek ini sebenarnya orang kaya.

Aku segera menggeleng dan tanpa menjelaskan, akupun langsung pergi.

Hei, mau kemana, tanya temanku dengan heran.

Adam sudah menjemputku, jawabku. Mobilnya memang sudah di luar, namun bukan itu yang membuatku cemas.

Sebab kolam renang itu berada di rumahku. Dan saat itu, aku yakin sedang sendirian di rumah.


*** 


Ketika aku masuk ke dalam mobil itu, wajah Adam terlihat pucat.

Aku melihatnya, ujarnya singkat. Wajahnya seputih kertas, seolah baru melihat hantu.

Melihat apa, tanyaku.

Orang itu. Dia muncul dimana-mana. Aku pikir ada yang mengorder gofood di kantorku. Namun lalu aku melihatnya dimana-mana. Saat aku antre ATM. Saat aku ke kamar kecil. Bahkan dia ada di pantulan layar komputerku. 

Jangan bodoh ah, seruku. Apa-apaan dia ini, aku tak membutuhkan gurauan semacam ini saat ini. Dia membuatku tambah gugup saja.

Lihat ini, serunya sambil mengarahkan layar handphone-nya ke wajahku. Di layar terlihat foto rumahnya di google street view.

Ada seorang pengemudi gojek menunggu di depan rumahnya.

Ini … ini cuma kebetulan, sergahku. Mungkin saja tetanggamu memesan gojek.

Ini perumahan elite, Sandra. Dan apa kau pikir tetangga-tetanggaku yang kebanyakan pegawai dubes membutuhkan gojek? Aku sudah bertanya pada satpam yang berjaga, tak ada gojek yang masuk ke cluster kami.

Mungkin itu gofood dan saat itu dia sedang ganti shift sehingga tak melihatnya. Sudahlah jangan dibesar-besarkan lagi.

Sebaiknya kita mengaku saja ke polisi, Sandra.

APA, jeritku. Enak saja kau bicara seperti itu! Kau sendiri yang menabraknya dan jika kau mengaku, kau akan menyeretku! Bagaimana dampaknya dengan karir modellingku? Bagaimana kalau aku sampai viral? Bisa-bisa aku dihujat se-Indonesia dan karirku tamat!

Ta … tapi …

Sudahlah, jangan seperti pengecut! Diam saja! Toh kita aman, tak ada yang menyaksikan kejadian itu!

Itu terakhir kali aku bertemu dengan Adam. Keesokan harinya, ibunya menemukannya gantung diri di dalam kamarnya. Orang-orang di rumahnya bilang ia selalu terlihat ketakutan sebelum ia memutuskan mengakhiri nyawanya.

Seusai pemakamannya, aku selalu merasa diikuti. Aku melihatnya tiap malam, mondar-mandir di luar kamarku, memakai jaket gojek itu. Bahkan aku menjerit dengan keras ketika aku melihat sebuah helm hijau di atas mesin cuci. Adikku datang dan berkata dia tak melihat siapapun, dan helm itu juga telah menghilang ketika aku berusaha menunjukkannya pada adikku.

Entah apa yang terjadi, namun kurasa aku mulai gila. 

Apa ini karma?

Hanya tinggal aku dan adik laki-lakiku di rumah ini. Kedua orang tua kami masih di Australia. Mereka memang tak pernah peduli pada kami.

Dan ketika dia harus pergi, aku tinggal di rumah sendirian, meringkuk ketakutan.

Tiba-tiba handphone-ku berbunyi.

Aku hampir melompat. Ternyata itu temanku.

Namun aku lega. Paling tidak suara temanku yang menemaniku di kamar, bukan sopir gojek yang bangkit dari kubur.

Akhir-akhir ini kamu kelihatan penyendiri banget, tanyanya di telepon, makanya aku mengecekmu. Aku tahu kematian Adam pasti membuatmu shock, tapi kau harus bisa move on.

Aku hanya bisa mengiyakan. Dia tak paham masalahku sekarang. Tak mungkin aku menceritakannya. Bagaimana aku menceritakannya? Bahwa aku dan Adam menabrak seorang pengemudi gojek sampai mati di tengah malam lalu kabur begitu saja? Lalu aku meringkuk ketakutan sekarang karena arwahnya menerorku?

Omong-omong kau sudah lihat iklan gojek yang baru itu belum? Kocak banget lho.

Iklan baru?

Ini lho, dia lalu meng-share link-nya di youtube.

Terlihat seorang pria berseragam gojek, yang ternyata adalah pendirinya, sedang berbelanja di sebuah mal di Australia.

Ternyata gojek yang ada di Adelaide itu sedang syuting iklan. Lalu kau tahu dengan kelanjutan gojek yang terlihat di Grand Indonesia itu? Ternyata dia dapat pesanan jus mangga Thailand dan tak tahu tempatnya, jadi dia bertanya pada seorang pramuniaga di Dolce Gabbana. Aneh-aneh saja bukan?

Aku terkesiap. Jadi dia bukan mengikutiku? Lalu sosok yang menerorku di rumahku sendiri?

Oya bagaimana dengan adikmu? Apa dia berhasil dapat peran di film? Aku tahu orang tua kalian tak setuju adikmu jadi aktor, tapi aku rasa aktingnya bagus kok.

Adikku?

Ya Tuhan, aku baru saja ingat. Aku pernah memergokinya membaca naskah. Apa mungkin sosok yang berkeliaran di rumahku memakai seragam gojek itu adalah adikku? Mungkin saja dia memperoleh peran sebagai pengemudi ojek online? Atau dia sekedar hanya ingin memperdalam perannya dengan merasakan sendiri bagaimana menjadi pengemudi ojek?

Itu sebabnya dia menyembunyikannya dariku. Dia suka mengendap-endap di rumah, bahkan menyembunyikan helmnya, supaya aku tak bercerita tentangnya kepada orang tua kami. Ayah dan ibu sangat menentang impiannya sebagai aktor.

Aku bernapas lega. Sudah kuduga. Semua itu hanya imajinasiku saja. Semua dapat dijelaskan dengan mudah.

Kasihan Adam. Karena rasa paranoidnya, dia sampai harus tersiksa sampai memilih mati seperti itu.

Aku menutup teleponnya. Kini aku tak merasa takut lagi. Aku kemudian menyalakan televisi untuk menemani malamku. Tayangan berita segera terpampang di depanku.

Pemirsa, telah ditemukan sesosok mayat di daerah Casablanca. Diperkirakan mayat ini adalah seorang pengemudi gojek berusia baru 20-an, berjenis kelamin laki-laki. Kemungkinan besar dia menjadi korban tabrak lari …

Darahku berdesir kencang. tak salah lagi. Itu driver yang kami bunuh. Akhirnya mereka menemukannya.

Pembaca berita itu terus membawakan berita. Dari KTP yang ditemukan di TKP, nama pengemudi naas tersebut adalah …

Aku tercekam.

Ada foto adikku beserta namanya disebutkan di tayangan berita.

Ka … kami memang tak pernah mengecek siapa driver yang kami tabrak malam itu. Kami bahkan tak turun dari mobil …

Tiba-tiba aku mendengar suara derit pintu kamarku ketika perlahan-lahan dibuka.

5 comments: