Tibalah kita di cerita ketiga yang berjudul “Yasniko”. Cerita ini adalah creepypasta Nusantara pertama yang dikirim ke email gue (inget banget nih) dan secara pribadi karakter ini adalah salah satu favorit gue. Cerita ini ditulis oleh Fendik Nurdianto dari Lumajang, Jawa Timur. Oya dia juga punya blog sendiri lho beralamat http://ngerimerinding.blogspot.co.id/. Anyway, silakan disimak ceritanya.
YASNIKO
Lumajang kota kelahiranku adalah kota yang sangat indah, akan tetapi aku ingin cepat-cepat segera pergi dari kota ini. Terasa cukup berat untuk tinggal di sini, bahkan untuk 3 hari sekalipun. Kematian pamanku membuatku kembali menginjakkan kaki di kota ini setelah 10 tahun lamanya, tapi aku harus segera kembali ke Surabaya.
Baguslah busnya datang! Oh ya namaku Eggis Findra.
* * *
"Awas lo Gis, sekali lagi pelit ku hajar lagi kau!!
Tangan Reksi, anak yang paling besar di kelasku mendaratkan pukulannya ke dadaku. Rasanya sakit sekali munkin gara-gara tubuhku kecil. Aku sampai terbatuk-batuk. Anjas dan Faizal melepaskan tanganku. Ketiganya lalu tertawa melihatku menahan sakit di dada.
"Anak curut jangan lupa, besok harus ada 25 ribu c*k !!! Reksi mengancam. "Awas kalau tidak ada, mau kami hajar lagi"? Anjas ikut-ikutan mengancam. Mereka lalu meninggalkanku.
Kehidupan menyedihkanku dimulai saat aku SMP. Mereka sering membullyku. Bahkan setelah aku memberikan uangku meraka juga memaksaku mengerjakan tugas kesenian mereka dari ibu Heny. Setiap hari aku hanya menangis di kamar.
Hahahaha ..... apa kau benci mereka?
Aku kaget tiba-tiba di belakangku berdiri seorang anak bernama Yasniko. Ia salah satu teman sekelasku. Ia berbicara padaku untuk pertama kalinya. Kami tak pernah berbicara sebelumnya.
"Apa kau ingin mereka tidak bisa melakukan apapun terhadapmu?"
Aku mengangguk. “Bagaimana caranya? tanpa sadar aku bertanya. Yasniko tersenyum aneh. "Kau tahu pengemis tua yang setiap pagi duduk dekat dengan lampu merah? Bawa mereka di sana!”
“Apa?? Untuk apa?”
“Tepat jam 06.42 di tempat biasanya pengemis itu duduk" Belum sempat aku bertanya lagi Yasniko sudah pergi sambil tertawa-tawa.
Yasniko adalah anak yang aneh dan juga menakutkan, aku tak banyak tahu tentangnya karena dia anak pindahan. Entah kenapa seluruh kulitnya pucat dan katung matanya menghitam. Dia duduk di bangku paling belakang dan tak suka bicara dengan siswa lainnya.
Tingkahnya juga aneh, pernah suatu hari tiba-tiba Yasniko tertawa keras sekali membuat kami kaget. Jarinya menunjuk guru matematika kami yang bernama Pak Sugeng. Ia mengatakan pada semua orang bahwa guru itu akan mati. Keesokan harinya rumah pak guru terbakar dan ia beserta keluarganya mati terpanggang api. Sejak saat itu semua siswa merasa takut berteman dengan Yasniko bahkan geng reksi pun tak mau berdekatan dengannya.
***
Esok harinya aku berangkat sekolah sekolah lewat biasa, kedua tanganku memeluk sebuah kerdus berisi 4 kerajinan tangan berupa manik-manik dari bu Heny. sekarang aku berdiri di tempat biasanya pengemis tua duduk tapi hari ini. Ia tidak kelihatan. Aku teringat perkataan Yasniko, ku lirik jam tangan. Pukul 06.35.
"Kau sedang menunggu kami, cumi?" Kata Faizal. Reksi dan genknya akhirnya datang. Mereka memang biasanya melewati jalan ini saat berangkat sekolah.
"Bagus ternyata kau mengerjakannya, cepat berikan!" Tangan Reksi terulur.
“Tunggu sebentar.. jawabku gugup”. Ku lihat lagi jam masih pukul 06.38. Aku harus menahan mereka beberapa menit di sini.
“Cepat berikan, apa yang kau tunggu c*k!”
“Akan ku berikan tapi tunggu sebentar!! Teriakku.
“Heee,,, cepaat berikan !! Reksi memukul perutku.
“Ini ambillah! Aku melemparkan isi kardus itu ke atas, isinya jatuh ke tanah berhamburan. Kemudian aku berlari menjauh dari tempat itu.
“Woey.. apa yang lo lakukan!! Mereka bertiga segera memunguti kerajinan itu di tanah.
Toeeettt.....braaakkk.
Tiba-tiba terdengar dentuman keras di belakangku. Aku menoleh. Sebuah truk pasir kehilangan kendali keluar jalur jalan dan melindas mereka. Truk itu berhenti setelah menabrak tembok sebuah bangunan. Tubuh reksi terseret truk sehingga kepala dan badannya hancur. Sedangkan Anjas dan Faizal hampir rata tergeletak di pinggir jalan. Isi perut dan organ mereka berantakan di tanah. Kaki Faizal putus tersambar truk. Darah yang menggenani jalan membuat perutku terasa mual dan ingin muntah.
Aku tak percaya dengan apa yang baru saja ku lihat. Mereka tiba-tiba saja mati, beruntung aku masih hidup. Apakah ini rencana yasniko? Aku tak bisa melupakan pemandangan mengerikan itu sampai berminggu-minggu.
* * * *
"Apa kau ingin bermain?" Yasniko bertanya. "Apa kau punya seseorang yang kau benci?”
Aku menggeleng, sejak kematian Reksi Yasniko mulai sering mengajakku bicara. Mungkin ia telah menganggapku temannya.
"Hahaha... Aku ada! Setelah aku membantumu sekarang kau harus membantuku." Yasniko tersenyum mengerikan kemudian dia membisikkan rencananya. Badanku gemetar tapi aku tak bisa menolak.
*
“Di mana dek?” Pak Hussein tampak sangat mengkhawatirkan anaknya.
Aku membawa orang itu ke depan ruko kosong seperti yang dikatakan Yasniko. Sebelumnya aku berbohong dengan mengatakan Riezki anaknya jatuh dari motor.
“Bapak tunggu di sini sebentar, aku coba cari”.
Aku berlari meninggalkan pria itu dengan perasaan khawatir sekaligus menyesal. Aku menuju di balik toko, di situ ada Yasniko menungguku. “Lihatlah sebentar lagi!” Senyum mengerikannya kembali muncul.
“Dia tidak akan kenapa-napa kan?” Aku khawatir sekali. Firasatku mengatakan bapak itu akan mengalami sesuatu yang buruk seperti yang dialami Reksi. "Kita berhenti saja bermainnya!”
Tiba-tiba angin bertiup kencang sekali. Sebuah papan reklame besar yang di gantung di atas ruko lantai dua itu jatuh. Skerupnya mungkin sudah rapuh karena telah usang. Papan itu jatuh melesat ke bawah.
Braaakk..
Seketika darah segar menyembur keluar dari kepala pak Hussein. Papan reklame itu telah menghancurkan tengkoraknya. Orang naas itu seketika mati. Aku syock melihat pemandangan itu.
“Hahahaha..” Yasniko tertawa senang.. Melihat seseorang yang baru saja mati mengerikan baginya seperti melihat sesuatu yang lucu saja. Sekarang aku sadar dia sakit, lebih baik ditindas Reksi dan gengnya daripada bersama Yasniko.
Hari-hari selanjutkan adalah hari-hari terberat. Setiap kali aku memejam mata selalu saja kejadian mengerikan itu muncul di kepalaku. Perasaan bersalah mulai menyiksaku. Seandainya aku tidak menuruti apa yang Yasniko katakan, Reksi, Anjas, Faizal bahkan pak Hussein tak akan mati.
“Maafkan aku semua” Air mataku menetes.
*
“Aku tidak mau bermain denganmu lagi?? kataku pada Yasniko. "Kita telah melakukan perbuatan mengerikan"
Yasniko menatapku. "Aku membantumu.. mereka setiap hari mengganggumu. Bukankah kau ingin mereka tak bisa mengganggumu lagi? lalu orang tua itu, ia memukul kliwon kucingku sampai mati."
Aku memangdangnya dengan rasa ngeri tak percaya "Hanya karena alasan itu? Apa kau tak sadar apa yang kita lakukan pada mereka! Secara tidak langsung kita seorang pembunuh!”
Yasniko memukul perutku sampai aku jatuh, senyum mengerikannya kembali muncul.
"Aku menyelamatkan nyawa pengemis tua itu, dia yang seharusnya terlindas truk. Tahukah kamu, aku yang membuatnya pergi dari tempat itu. Lalu kalau orang yang membunuh kliwon itu tidak berdiri di sana seharusnya Melly teman sekelas kita itu yang tertimpa panpan. Aku menyelamatkan mereka berdua dari kematian."
Aku terdiam membisu. Air mata ku jatuh.
"Aku juga akan menyelamatkanmu menghindari kematian! Akan kutunjukkan sesuatu”. Yasniko melepaskan tiga kancing bawah bajunya. "Aku harus melihat kematianmu dulu..
Aku tak mengerti apa yang akan ia lakukan, Yanisko menunjukkan perutnya padaku. Tidak ada yang aneh kecuali di pusarnya tak kelihatan berlubang. Ada semacam benjolan dan irisan vertikal. Setelah kuperhatikan bagian itu bergerak dan perlahan lahan membuka.
“Aaahhh... !! aku melompat dan menjerit karena terkejut sekali.
Sebuah mata merah besar menempel di perut yasniko. Mata besar yang menjijikan itu berkedip-kedip lalu melotot padaku. Aku ketakutan sekali.
“Hahaha... hey, kembali!”
Aku berlari meninggalkan Yasniko. Dia tidak normal, dia bukan manusia!
Mata merah yang mengerikan itu menghantuiku. Aku tidak mau datang ke sekolah lagi setelah kejadian itu. Ibuku mulai cemas karena aku cuma mengurung diri di kamar setiap harinya. Akhirnya keluargaku sepakat membawaku ke rumah nenek di Surabaya. Aku akan meneruskan sekolah di sana dan berusaha melupakan semua kejadian itu.
* * *
“Mas, kemana? Kenek bus membuyarkan lamunanku.
“Eh.. terminal Wonorejo Lumajang cak”. Aku mengeluarkan uang 5 ribu dan memberikannya pada kenek bus. Setelah sampai di terminal aku akan pindah bis jurusan lumajang-surabaya.
Bus berhenti di pertigaan lampu merah tempat reksi dan temannya dulu mati terlindas. Aku memandang tempat mereka dulu mati.
Tiba-tiba jantungku terasa berhenti berdetak. Aku melihat Yasniko berdiri di sana, dia tidak bertambah tua, penampilan masih kelas 2 smp sama seperti dulu. Dan yang membuatku kaku adalah ia melihatku lalu tertawa, sambil tangannya menunjuk padaku.
Sekilas aku melihat dari arah depan, tiba-tiba sebuah truk gandeng melesat ke arah bus yang kutumpangi dengan kecepatan tinggi.
THE END
Pas liat ilustrasinya Yasniko ini gue langsung “WHAT THE HECK!!!” (gue yakin kalian juga). Aduh mata kok di perut, pas puser lagi. Agak-agak gimana gitu liatnya. Jadi inget hantu-hantu di kaidan Jepang kuno gitu. Tapi justru di situ letak keunikannya. Ceritanya juga bagus. Cuman masih ada typo (gue juga biasa typo kok) ama beberapa kata yang nggak sesuai EYD di sini, tapi yah namanya penulis memang nggak ada karya yang sempurna dan bebas dari kesalahan. Tapi yang gue suka, alur ceritanya mengalir gitu aja.
mantabb.. really love it
ReplyDeleteKereeen...!!!
ReplyDeleteini Anjas temennya Reksi apa bukan?
DeleteBagus ini
ReplyDeleteKaya cerita si peramal dari komputer itu yah
ReplyDeleteKeren
ReplyDelete