SECURE CONTAIN PROTECT VS LEAGUE OF CREEPYPASTA
WHICH SIDE YOU’RE ON?
“Character is what a man in the dark”
– Dwight L. Moody
Quinn dengan tegang mengawasi keberadaan para karakter Creepypasta. Baik Ticci Toby, Clockwork, dan Judge Angel sepertinya tak akur satu sama lain. Ini bisa gawat. Ketika mereka bertengkar, mungkin Jeff The Killer akan mengambil kesempatan itu untuk menghabisi mereka semua, bahkan Holden. Karena itu Quinn tak pernah melepaskan pandangannya pada tokoh Creepypasta paling mengerikan itu.
Jika saja ia berjumpa dengan manusia (yang normal tentunya, bukan pembunuh berantai seperti mereka), mungkin saat itulah Quinn bisa lega. Ia memiliki misi untuk menemukan kebenaran tentang saudarinya. Bahkan jika beruntung, Quinn masih berharap bisa menemukannya hidup-hidup. Namun ia takkan bisa melakukannya jika ia sendiri masih mengkhawatirkan tentang keselamatannya dan Holden. Para karakter Creepypasta ini bukanlah satu-satunya masalah. Ia juga harus mewaspadai para monster SCP yang berkeliaran di luar sana.
Sementara itu, Zlatan yang masih dalam pengejaran SCP 682 – si makhluk reptil – mengikuti jejak darah berupa lendir kehijauan yang ditinggalkannya di lantai. Makhluk itu sepertinya benar terluka oleh senjata “The Living Gun” alias SCP 127 yang ditemukan oleh Emile. Selama ini Zlatan tak pernah berpikir bahwa SCP dapat digunakan untuk melawan SCP lainnya. Ia tak setuju menggunakan pistol berpeluru gigi itu, namun apa boleh buat. Hanya ini jalan satu-satunya untuk menghentikan kebiadaban makhluk itu.
“Lihat, jejaknya masuk ke gudang itu!” seru Daniel.
“Astaga!” Zlatan terperangah melihat mayat-mayat yang berceceran di depan mereka. Mereka semua tergeletak dengan tubuh tak utuh lagi. Zlatan semakin miris ketika menyadari bahwa tak semua dari mereka adalah personil SCP, namun juga para turis.
“Apa reptil itu juga yang membunuh mereka semua?”
“Kurasa tidak.” Zlatan mengamati ada banyak benda berwarna-warni tertanam di bagian-bagian tubuh mereka. Beberapa tersumpal di mulut sementara yang lain seperti dijejalkan ke dalam perut mereka yang isinya telah dikeluarkan di lantai.
“I ... ini ...” Zlatan tak percaya apa yang diamatinya. Benda-benda itu adalah mainan. Lego, angka-angka dan huruf untuk belajar berhitung, potongan puzzle, rubik, robot, hingga mobil-mobilan.
“Li ... lihat itu!” tunjuk Daniel.
Di depan mereka, tepat di mulut gudang, tergeletak tubuh SCP 682 yang mereka kejar. Ia terbaring tak bergerak di lantai. Kondisinya sama seperti yang lain, bahkan lebih menggenaskan. Kereta api mencuat dari dalam tenggorokannya sementara relnya menusuk matanya. Perutnya juga terbuka dan isinya bak karung berisi hadiah natal, penuh dengan kado-kado dengan pita berwarna cantik.
“Si ... siapa yang melakukan ini?” tangan Daniel yang semenjak tadi menggenggam pistol mulai gemetar. “Siapa yang berhasil membunuh reptil raksasa ini?”
“Hihihi ...” terdengar suara tawa menggema di gudang yang gelap itu.
“Siapa itu!” Zlatan langsung mengacungkan senapannya.
Sesosok gadis kecil keluar dari dalam kegelapan. Rambutnya acak-acakan dan ia tampak menggenggam sebuah boneka beruang. Ia tak memakai sepatu dan bajunya juga berlumuran darah.
“Astaga, Nak ...” panggil Zlatan. “Apa kau baik-baik saja?”
“Bos ...” potong Daniel, “Ku ... kurasa dia-lah yang ...”
Gadis itu mendongak memamerkan senyumnya dengan gigi berlumuran darah dan sepasang mata yang menyala.
Mereka langsung sadar dia bukanlah manusia biasa.
“Will you play with me?” kikiknya.
“PERGI!” seru Zlatan pada anak buahnya, “DIA SALLY!”
***
Direktur Shirley Gillespie dan empat anggota O-5 lainnya tampak di layar raksasa yang mengelilingi Dr. Wondertainment di ruang rapatnya ketika tele-conference dimulai.
“Bagaimana ini bisa terjadi, Dr. Wondertainment?” salah satu anggota O-5 berambut botak menggebrak meja. “Tak pernah terjadi containment breach sebesar ini sepanjang sejarah SCP berdiri!”
Dr. Wondertainment tak berkutik. Walaupun ia adalah pemimpin tertinggi SCP, namun di atasnya ada council atau dewan yang mengawasi. Merekalah yang disebut dengan O-5. Bisa dibilang merekalah yang mengawasi gerak-gerik Dr. Wondertainment selama ini.
“Ma ... maafkan saya, Direktur ... kami sudah melaksanakan Beast Protocol. Pembersihan sedang dilakukan ...”
“Dan bagaimana dengan level Thaumiel yang kau lepas? Siapa yang akan ‘membersihkan’ mereka?”
“I ... itu bukan masalah. Mungkin SCP yang lebih kuat akan membunuh mereka. Dan walaupun mereka berhasil memusnahkan seluruh SCP, kemungkinan besar mereka akan saling membunuh satu sama lain. La ... lagipula takkan ada yang selamat dari pulau ini jika ...”
“Jika dia bangun, maksudmu?” tanya Direktur Shirley.
“Be ... benar. Kami memperkirakan begitu karena frekuensi gempa semakin sering ...”
“Sebaiknya kau berdoa itu tidak terjadi, Wondertainment!” tunjuk salah seorang dewan, “Atau dunia bisa hancur!”
“Ki ... kita belum tahu kemampuan makhluk itu, Sir. Kemungkinan dia tak berbahaya ...”
“Jangan lupakan akar permasalahannya,” Shirley mengingatkan, “Siapa yang berada di balik serangan ini?”
“Ada banyak organisasi yang menentang SCP, kami memperkirakan ...”
“Chaos Insurgency?” tebak salah seorang dewan, “Jika sudah tahu begitu, mengapa kau masih memperkerjakan sahabat dari pemimpin tertingginya?”
“Ya, sejak Milos Darko berkhianat, SCP telah mengalami banyak kerugian!”
“Yang telah saya tebus dengan pembukaan SCP Park!” Dr. Wondertainment buru-buru mengingatkan jasanya, “Saya pikir Chaos Insurgency tak ada hubungannya dengan semua ini. Anggota mereka adalah tentara. Jika memang mereka dalangnya, seharusnya mereka sudah menyerang kita dengan kekuatan militer mereka.”
“Kau ada benarnya,” Shirley berpikir, “Semenjak kehancuran Serpent’s Hand lima bulan lalu ...”
“Maaf?” selidik Dr. Wondertainment sembari menaikkan alisnya.
“Agen kami menemukan bahwa markas Serpent’s Hand telah hancur, begitu pula semua anggota serta SCP yang mereka miliki telah tewas.”
“Dan kalian merasa tak perlu memberitahukan hal sepenting itu dengan saya selaku pemimpin SCP?” tanya Dr. Wondertainment dengan marah.
“Tugasmu hanya menjalankan SCP Park! Lagipula kami masih menyelidiki kejadian itu. Hingga kini, pelakunya masih belum kami temukan.”
“Kurasa itu bagus jika salah satu musuh besar kita sudah musnah. Tapi siapa yang melakukannya? Chaos Insurgency? Black Queen? Church of The Broken God? Are We Cool Yet? Herman Fuller Circus? Mereka semua adalah lawan kita bukan?”
“Artis-artis vandalis seperti Are We Cool Yet takkan bisa melakukan keberingasan berskala ini. Mereka hanya seniman jalanan.”
“Begitu pula orang-orang dari Sirkus Herman Fuller. Mereka hanyalah ... sirkus?”
“Huh, aku harap bukan Allison Chao, pemimpin Black Queen yang melakukannya. Aku benar-benar benci wanita mengerikan itu ...” komentar Shirley.
“Apakah ...” Dr. Wondertainment berpikir, “Pelakunya adalah orang yang sama dengan yang menyabotase kita?”
***
Langkah Zlatan dan anak buahnya terhenti ketika mereka melihat rombongan lain menuju mereka.
“Berhenti!” seru Zlatan.
Quinn terkejut sekaligus senang melihat mereka. Akhirnya masih ada lagi manusia yang selamat di SCP Park ini.
Namun Zlatan dan kedua anak buahnya segera mengacungkan senjata ke arah mereka.
“LEPASKAN PARA SANDERA ITU, DASAR PENJAHAT!” Zlatan jelas meneriaki Toby dan Jeff.
“Ti ... tidak! Kalian salah paham!” Quinn segera menengahi, “Kami bukan ...”
Tiba-tiba saja Emile menembakkan senjatanya ke arah satu orang yang berada di rombongan itu.
Sarah, gadis yang mereka selamatkan dari SCP 106.
Gadis itu langsung ambruk ke lantai begitu peluru itu menembus kepalanya. Quinn menjerit melihat banyaknya darah yang mengalir dari lubang yang ada di kepala gadis itu.
“Kenapa kau membunuhnya?” jerit Quinn sembari menghampiri tubuh gadis itu.
Zlatan langsung menendang tangan Emile hingga pistol itu terjatuh dari tangannya. “Sudah kubilang buang senjata itu! Pistol itu pasti mempengaruhi pikiranmu!”
Emile hanya menatap kosong ketika pistol itu terlepas dari tangannya, seolah-olah dia tak menyadari apa yang telah dilakukannya.
Tiba-tiba saja hal yang mengejutkan dan membuat mereka menahan napas terjadi.
Perlahan-lahan tubuh Sarah bangkit.
“Ka ... kau ...” bisik Quinn kebingungan, “Bagaimana kau masih bisa hidup ...”
Gadis itu mengulurkan tangannya ke arah Emile dan tiba-tiba saja tubuh pria Prancis itu melayang. Dengan geram ia menggenggamkan telapak tangannya dan segera tubuh Emile tertekuk ke belakang, mematahkan tulang belakangnya diiringi suara “Kraaaaak!!!” yang amat keras. Tubuhnya yang sudah tak lagi bernyawa pun dijatuhkan menghantam lantai.
“Emile! Emile!” seru Zlatan sembari menghampiri mayatnya. Ia kemudian menatap geram pada Sarah.
“Kau ....”
Sarah tertawa.
“Padahal kupikir takkan ada yang akan membongkar penyamaranku. Aku sudah berusaha sebaik mungkin memerankan seorang gadis tak berdosa, tapi apa boleh buat ...”
“Kau adalah salah satu SCP!” Daniel tersadar, “Aku tahu kau! Kau adalah SCP 239! Si Penyihir!”
Daniel segera menembakkan senjatanya, namun peluru-pelurunya terhenti di udara, tepat di wajah Sarah. Sembari tersenyum, ia mengibaskan tangannya dan peluru-peluru itupun berterbangan menuju Daniel.
“AAAAAAARGH!!!” Daniel berteriak ketika peluru-peluru itu mengoyak badannya.
Para anggota League of Creepypasta segera menyerangnya secara bersamaan dengan senjata mereka masing-masing. Namun dengan mudah Sarah menghempaskan mereka semua dengan satu gerakan tangan.
“Siapa kau sebenarnya?” tanya Zlatan sembari menodongkan senjatanya.
“Kau tahu itu takkan berpengaruh bagiku, kan?” jawab Sarah yang kemudian dengan enteng mengubah senapan Zlatan menjadi besi cair hanya dengan tatapan matanya yang menyala.
“AAAAARGH!!!” Zlatan segera melepaskan senjatanya yang mencair menjadi lelehan logam panas.
“Aku adalah Sarah Good, salah satu penyihir yang digantung di Salem saat ‘Witch Hunt’ pada 1692. Namun tentu saja aku tak mati dan berkeliaran hingga SCP berhasil menangkapku. Sayang sekali identitasku terbongkar sebelum aku berhasil memancing kalian.”
“Memancing kami?” tanya Quinn, “Apa yang kau inginkan?”
“Anak itu!” Sarah menunjuk ke Holden. “Aku akan mengorbankannya pada hari raya Walpurgisnacth yang tepat jatuh pada malam ini untuk membangkitkan kekuatanku! Dan aku akan menjadi penyihir yang lebih hebat daripada sekarang!”
“Kau takkan bisa menyentuhnya!” jerit Quinn.
“Akh!” tiba-tiba Sarah memuntahkan darah, “A ... apa ini?”
“Hihihi ...” terdengar suara kikikan yang menggema di lorong itu. Semua orang menoleh ke arah darimana suara itu berasal.
“Ah, sial! Dia lagi!” Zlatan kini merasa seperti berada di antara mulut buaya dan harimau sekaligus.
“Akhirnya aku menemukan teman bermain yang sempurna ...” gadis cilik itu menjulurkan tangannya dan segera hal mengerikan terjadi pada Sarah Good. Tiba-tiba saja lehernya terkoyak dan dari dalamnya terlihat pegas yang memanjang, tersambung ke kepalanya, seolah-olah dia adalah mainan “Jack in the Box”.
Penyihir wanita itupun langsung ambruk berlumuran darah dengan kepala menjuntai di ujung pegas itu.
“Sekarang ... bolehkah aku bermain dengan kalian?” Sally mengalahkan perhatiannya pada semua orang yang ada di situ. Semua orangpun bersiap dengan senjatanya, namun seperti biasa, Quinn dan Holden-lah yang paling tak berdaya.
“Aku belum selesai denganmu!”
Tiba-tiba saja Sarah berdiri dengan kepala masih menggantung di ujung pegas, lalu menariknya dan mencabutnya diiringi ekspresi kengerian dari semua yang menyaksikannya. Ia kemudian mencabut pula pegas di lehernya lalu memasangkan kepalanya kembali.
“Dasar bodoh, aku takkan terpengaruh dengan sihir kecilmu itu. Satu-satunya cara untuk membunuh penyihir adalah dengan ...”
“Membakarnya ...” dengan tersenyum, Jeff menggoreskan pisaunya di dinding dengan cepat hingga terpercik bunga api, lalu menyulutkannya ke tubuh Sarah.
“AAAAARGH!!! AAAAARGHHH!!!” jerit perempuan itu ketika tubuhnya dilalap api dan akhirnya berubah menjadi onggokan debu.
“Dan kau!” Judge Angel tiba-tiba menerkam Sally hingga jatuh ke tanah, “Pedangku ini bisa membunuh makhluk supranatural apapun, jadi jangan macam-macam dengan kami!”
Judge Angel dengan senyum kejam mengarahkan mata pedangnya ke perut gadis cilik itu.
“Lagipula aku penasaran, apakah jika kubelah perutmu, akan keluar mainan dan permen-permen kecil warna-warni?”
Mendengarnya, Sally hanya menangis. Clockwork malah tertawa mendengarnya.
“Benar-benar sekumpulan orang gila.” pikir Quinn dalam hati. Namun ia tak punya pilihan lain selain bergabung dengan mereka demi keselamatannya sendiri.
“Sudahlah, hentikan!” lerai Toby, “Bawa saja dia. Mungkin dia akan berguna dengan dia.”
“Sudah terjebak dengan orang-orang bodoh seperti kalian, kini harus ditambah lagi gadis cilik psikopat itu.” Jeff menghunuskan pedangnya pada Zlatan, “Bagaimana dengan mereka? Bolehkan aku bunuh?”
“Jika ingin dia selamat,” Toby mengarahkan kapaknya ke arah Daniel, “Tunjukkan dimana kalian menyimpan tentakel Slenderman!”
Zlatan yang kehilangan senjatanya tak bisa berbuat apa-apa dan terpaksa menuruti kehendaknya.
TO BE CONTINUED
sorry lama apdet soalnya gue ke jakarta ga bawa laptop hehehe
ReplyDeletepantesan
DeleteBang.. Bagian jeff ngebakar saraf tuh bukannya agak.. uumm.. gimana ya nyebutnya.. umm.. "eeeeew"(?)
ReplyDeletengga kaya cerita sebelumnya yang "detail & logis"
iya sih agak tiba2 dan mendadak hahaha. anggep aja dindingnya dari batu bara jd nyalanya cepet wkwkwkwk
DeleteBang akhirnya apdet juga:v
Deletesedih ga ikut kopdar:'v
Good bang dave
ReplyDeleteBtw itu akhirnya scp 682 mati lagi
:v
gue penasaran sama satu karakter SCP 073 " CAIN " ...kpan bro dia nongol wkwkwkwk ?? ( MISTERIUS )
ReplyDeleteBang pen gabung grup line dong
ReplyDeleteyah dah nggak nerima member baru grupnya
Deletetempat baca Creepypasta b.indo di mana ya ? kasih link dong :v onegai :v
ReplyDeletehmm.. menunggu SCP-914
ReplyDeleteomong2 cerita ini sampe chapter berapa, bang?
ReplyDeletemasih lama yang jelas hahaha
Deletebng dave main crisis action y ?
ReplyDeleteapa pulak itu?
DeleteBang Dave, witch itu Scp nomer berapa sih? kan di tulisan katanya SCP 239 tapi di foto katanya SCP 293?
ReplyDeleteBtw ini komentar pertama aku, salam kenal nama saya Muhammad Syafiq dipanggil Syafiq
Bang Dave pernah nonton film The Purge ? Bikin cerita dengan latar belakang film tersebut donk bang, dengan suasana Indonesia atau dengan tokoh utamanya orang Indonesia yang terjebak dalam situasi perayaan Purge...
ReplyDelete