Chante Mallard adalah seorang suster
yang tak puas dengan kehidupannya. Ia bekerja di panti jompo dan demi
melarikan diri dari realita kehidupannya, ia memilih bersenang-senang
dengan teman-temannya kala malam tiba. Gregory Glen Biggs memiliki
kehidupan yang sama sekali berbeda. Ia pria berusia 37 tahun yang
tengah bangkrut. Ia kehilangan pekerjaannya, mobilnya, bahkan
rumahnya, dan berakhir menjadi seorang pria tunawisma. Takdir yang
kejam mempertemukan mereka berdua pada malam 26 Oktober 2001 dalam
kasus yang membuat kita mempertanyakan, seberapa dalam hati nurani
kita ketika melihat seseorang menderita dan seberapa jauh kita sudi
bertanggung jawab atas kesalahan yang kita buat?
Dear readers, inilah Dark Case kali
ini.
Gregory dan putranya
Chante Mallard adalah wanita muda
berusia 25 tahun yang memiliki pendidikan sebagai perawat. Namun ia
menyimpan rahasia bahwa sebagai pelariannya atas kehidupan yang
dirasa kurang memuaskan, ia memilih obat-obatan terlarang dan juga
minuman keras. Kehidupan Gergory Glen Biggs sebenarnya justru lebih
terpuruk. Awalnya pria berusia 37 tahun itu masih memiliki kehidupan
yang mulus sebagai tukang bangunan. Namun ia kehilangan segalanya dan
akhirnya terpaksa terluntang-lantung di jalanan sebagai tunawisma,
tanpa tempat bernaung dan pekerjaan.
Malam naas itu, pada 26 Oktober 2001,
Chantel yang habis berpesta dengan teman-temannya, berkendara pulang
dengan mobil Chevrolet miliknya di kota Fort Worth, Texas. Malam
telah amat larut dan Chantel juga tidak dalam kondisi prima, sebab ia
telah menenggak beberapa gelas minuman keras, pil ekstasi, hingga
menghisap ganja.
Pada malam itu, ia tak melihat seorang
pria tengah menyeberang dan dengan kecepatan tinggi menabraknya.
Pria itu adalah Gregory Glen Briggs.
Ilustrasi kecelakaan yang menimpa Gregory
dari adegan film "Stuck" yang terinspirasi oleh peristiwa tersebut
Kecelakaan itu begitu dahsyat hingga
tubuh Gregory menghantam kaca jendela depan, memecahkannya, dan
tubuhnya tersangkut di kaca dashboard. Akibat kejadian itu pula, satu
kakinya nyaris putus dan ia dalam kondisi terluka parah. Chantel
panik melihat seorang pria tersangkut di kaca depan mobilnya dan di
tengah kepanikannya, ia mengambil sebuah keputusan yang amat
mengerikan.
Ia berkendara sejauh 1,6 km pulang ke
rumahnya, memarkirkan mobilnya di dalam garasi, dengan tubuh Gregory
masih tersangkut di pecahan kaca depan. Ia lalu mematikan lampu
garasi, dan meninggalkannya di sana.
Manusia yang masih memiliki hati nurani
tentu takkan membuang waktu dan langsung memanggil 911 atau
membawanya ke rumah sakit kala itu juga. Chantel juga bukan sosok
yang asing dengan dunia medis sebab ia seorang perawat sehingga
seharusnya ia bisa menolong pria itu atau paling tidak mengerti
betapa mengancam jiwa luka yang kini dideritanya.
Namun tidak. Malam itu Chantel
memutuskan tidur dan membiarkan Gregory mati perlahan-lahan di tengah
kegelapan garasinya. Chantel kala itu tahu benar pria itu masih hidup
karena ia masih mendengar erangan pinta tolongnya di dalam garasi.
Keesokan harinya, setelah menemukan
bahwa pria itu sudah meninggal akibat kehabisan darah, ia meminjam
mobil temannya untuk menemui mantan kekasihnya, Clete Jackson untuk
melenyapkan jasad Gregory. Clete sendiri sudah tidak asing dengan
dunia kejahatan dan dengan santai, iapun membuang jenazah pria malang
dengan bantuan sepupunya, Herbert Tyrone. Kehidupan Chantel kemudian
berjalan seperti sediakala, seolah-olah tak terjadi apapun. Ia masih
berpesta miras dan narkoba dengan teman-temannya tiap akhir pekan.
Namun sepandai-pandainya ditutupi, bau
busuk akhirnya pasti tercium juga.
Wajah tersangka yang ngezelin abis dan bikin kita pengen nabok
Pada Februari 2002, tahun berikutnya,
Chantel dan teman-temannya tengah berpesta di rumahnya dan tanpa
sengaja, Chantel yang tengah mabuk dengan bangga mengaku telah
menabrak seorang pria. Ia bahkan membumbui bahwa ia dan pacarnya
sedang asyik berhubungan seks di kamarnya sementara pria itu tengah
sekarat di garasinya. Salah satu teman Chantel yang bernama Amanda
shock mendengarnya. Ia bahkan mengira Chantel tengah bercanda, namun
teman mereka yang lain, Keke, mengaku memang ada yang aneh. Kala ia
berkunjung ke rumah Chantel, ia melihat mobilnya di garasi rusak
parah dengan kaca depan pecah, bahkan ada noda darah dan bau busuk
menguar dari mobil itu.
Amanda, mengikuti hati nuraninya,
memutuskan melapor kepada polisi. Pihak berwajib menindaklanjuti
laporan itu dengan menyerbu rumah Chantel. Wanita itu tak mampu lagi
berkutik begitu mereka menemukan barang bukti tak terbantahkan di
dalam garasinya. Chantel dan kedua rekannya memang berusaha
memusnahkan barang bukti dengan mempreteli mobil itu, bahkan membakar
kursinya yang berlumuran darah. Namun masih ada sisa darah di lantai
mobil itu.
Chantel pun ditangkap dan diadili. Atas
ulahnya yang tak berperikemanusiaan, ia diganjar dengan hukuman 50
tahun penjara. Sedangkan kedua rekan prianya yang membantunya dalam
usaha menghilangkan barang bukti masing-masing dihukum 10 tahun
penjara. Yang tak kalah tragis, seorang dokter yang meneliti
luka-luka dan penyebab kematian Gregory kala itu mengaku bahwa
seandainya pria itu lekas ditolong setelah kecelakaan, sebenarnya
nyawanya bisa diselamatkan. Saat itu Gregory tidak mengalami luka
yang parah. Organ dalam dan kepalanya tidak mengalami kerusakan
sedikitpun. Satu-satunya masalah adalah kakinya yang hampir putus
yang akhirnya menyebabkan ia meninggal karena kehabisan darah.
Chantel mengaku, satu-satunya alasan
mengapa ia melakukan tindakan dinginnya dengan meninggalkan korbannya
untuk mati karena ia takut ditangkap polisi karena mengemudi
dalam kondisi mabuk. Ia juga enggan apabila ketahuan mengonsumsi
narkoba. Memang Chantel menghadapi resiko penjara jika ia memutuskan
menyelamatkan nyawa Gregory kala itu, namun tetap saja hukuman yang
akan diterimanya akan lebih rendah bila dibandingkan hukumannya kini,
bahkan bisa mendapat keringanan jika ia memang punya niat menolong
pria itu.
Namun kini, nasi telah menjadi bubur.
Perbuatan Chantel telah meninggalkan luka mendalam di hati istri dan
anak Gregory, korbannya. Namun alih-alih menuntut uang ganti rugi ke
Chantel, putra Gregory, yakni Brandon, malah memilih untuk memaafkan
pembunuh ayahnya itu. Kasus itu menarik simpati para terpidana di
Amerika hingga mereka dari dalam penjara berhasil mengumpulkan dana
hingga 10 ribu dolar sebagai beasiswa untuk Brandon untuk meneruskan
pendidikan sebagai pendeta.
At least, this story still has a happy
ending.
Yang parah, Chantel kerjanya jadi suster, pekerjaan yang butuh hati nurani dan compassion terhadap sesamanya.
ReplyDeleteSudah berapa banyak pasien yang sia-sia memanggil suster jaga karena kesakitan sementara susternya asyik mabuk-mabukan? Atau telat dapet obat yang harusnya tepat waktu? Malah mungkin Chantel pernah salah kasih obat ke pasien?
Kisah ini pernah diangkat ke film layar lebar (tapi dengan ending beda dmn si gregory ini selamat) judulnya "stuck" dan di situ digambarin kehidupan si cewek ini merawat orang2 tua di panti jompo, dimana salah satunya dia bersihin berak mereka kalo mereka BAB sembarangan. yah mungkin dr itu dia merasa kesal sendiri ama kehidupannya dan nuraninya jd tumpul
DeleteChantel ini wajahnya kayak yg lelah dan bosan sama hidupnya sendiri. mungkin stress juga dengan pekerjaannya, eh sekalinya kena musibah ekstrem gitu
ReplyDeletepengen nonton stuck..tapi udah spoiler...ga jadi deh
ReplyDeleteItu mah masuknya bukan spoiler --__--
Delete