(sumber gambar)
Pada
6 Oktober 2003, seorang pilot bernama Willy Fulton mendaratkan
pesawatnya di Taman Nasional Katmai, Alaska. Ia hendak menjemput
tamunya, seorang pembuat film dokumenter tentang beruang, dan
kekasihnya. Ia kemudian turun dari pesawat dan menunggu. Hujan mulai
turun dan kabut mulai menyesap. Udara dingin membuatnya
menggosok-gosok lengan jaketnya agar ia merasa hangat.
Dan
di sanalah, di balik kabut, di tirai pepohonan, ia melihat sesuatu
berdiri, mengawasinya. Bukan, bukan tamunya, melainkan seekor beruang
coklat. Willy bergidik ngeri. Ia sering melihat beruang di sini,
namun kali ini berbeda.
Beruang itu terlihat buruk rupa dan juga ...
kejam.
Perasaannya mulai tidak enak hingga demi keamanannya sendiri,
Willy akhirnya memutuskan menerbangkan kembali pesawatnya dan mencari
kedua tamunya lewat udara
Setelah
lebih dari 15 kali terbang memutar, pilot itu akhirnya melihat
sesuatu. Ia melihat beruang tadi, tengah memangsa sesuatu. Willy
kembali memutar kembali pesawatnya untuk melihatnya lebih jelas dan
ia tercekam ketika melihat apa yang tengah disantap beruang itu.
Rusuk manusia.
***
Timothy
Treadwell, seorang pria berkebangsaan Amerika Serikat mengaku sebagai
seorang environmentalis. Namun sayang, niatnya untuk melindungi alam
dibarengi dengan sikapnya yang kurang bijak, hingga akhirnya ia
menjadi korban egonya sendiri. Ia dan kekasihnya menjadi korban
serangan beruang di Alaska pada 6 Oktober 2003. Hingga kini,
kisahnya menjadi pengingat bahwa keberadaan manusia seakan tak ada
artinya di hadapan alam yang kadangkala bisa menjadi teramat buas.
Dear
readers, inilah Dark Case kali ini.
Timothy
Treadwell semenjak kecil memang diketahui sebagai penyayang binatang.
Setelah dewasa, ia menjadi pembuat film dokumenter, juga seorang
naturalist (pecinta alam) dan environmentalist (pelestari
lingkungan). Untuk memuaskan hasratnya itulah ia akhirnya pindah ke
Alaska dimana ia bisa mengamati beruang di habitat alami mereka. Ia
menghabiskan waktunya dengan berkemah di Taman Nasional Katmai,
Alaska. Di sana, ia membuat film dokumenternya yang berjudul “Grizzly
Man”. Berbekal kamera videonya, ia memang menghabiskan waktunya
merekam dan mengambil foto aktivitas setiap beruang di sana. Selama
tiga kali musim panas, kekasihnya yang bernama Amie Huguenard
menemani kegiatannya tersebut.
Timothy
dikenal tak segan-segan mendekati dan menyentuh beruang-beruang yang
tinggal di sana, hingga bermain dengan anak-anak beruang tersebut. Ia
mengaku memiliki “bonding” atau hubungan khusus dengan tiap
beruang di sana, hingga terbentuk rasa saling hormat dan saling
percaya antara dirinya dengan beruang-beruang itu.
Akan
tetapi seorang ahli ekologi bernama Tom Smith yang bekerja di sana
justru berpendapat lain. Menurut pengamatannya, di sana Timothy
melanggar hampir semua peraturan taman nasional dan ikut campur
terlalu jauh dengan kehidupan liar di sana. Timothy seringkali masuk
tanpa izin ke taman nasional (bahkan sambil membawa turis), berkemah
hingga melebihi batas waktu yang ditentukan, menyimpan makanan secara
tidak benar (beruang biasanya mencium bau makanan dan apabila lapar,
akan datang ke kemah untuk memakannya), bahkan berkonflik dengan
penjaga hutan dan tamu taman nasional lainnya. Perilakunya itu
mengundang kekesalan para park ranger hingga mereka berkali-kali
memberinya peringatan, namun Timothy tetap ngeyel.
Taman Nasional Katmai
Pada
2001, Timothy semakin dikenal luas sebagai aktivis pelestarian
beruang dan mulai muncul dalam wawancara dengan berbagai media,
bahkan mendapat slot acara sendiri di Discovery Channel. Namun kali
ini pula, sosok ideal yang ia tampilkan di depan layar televisi
ternyata bertolak belakang dengan kenyataan, dimana ia sering
dikritik oleh Charlie Russel, sesama pecinta beruang, karena
seringkali teledor dalam hal menjaga diri ketika berhadapan dengan
hewan buas tersebut.
Para
park ranger yang berpengalaman dalam hal serangan beruang menghimbau
Timothy untuk membangun pagar listrik di sekitar perkemahannya dan
membawa semprotan merica untuk mencegah serangan beruang. Namun
lagi-lagi, perintah itu tak diindahkannya. Timothy tak mau membawa
semprotan merica karena takut hal itu akan menyakiti beruang. Timothy
diberi peringatan terakhir untuk memindahkan kemahnya tiap seminggu
sekali dengan jarak 1,6 km untuk menghindari beruang datang ke
perkemahannya. Namun Timothy yang mulai kesal dengan semua
“kecerewetan” petugas itu akhirnya memutuskan untuk menghindari
mereka dengan masuk lebih dalam ke taman nasional itu.
Pada
Oktober 2003, Timothy kali itu membawa kekasihnya, Amie yang sempat
merasa tak nyaman dengan keberadaan beruang di sekitar mereka. Ia
sempat menulis dalam jurnalnya bahwa ia ingin pulang. Timothy sama
sekali tak mengetahui, bahwa di jurnal itu Amie juga curhat bahwa itu
akan jadi perjalanan terakhir mereka. Wanita itu berencana memutuskan
hubungannya dengan Timothy dan pergi ke California untuk mencari
pekerjaan.
Beruang di alam liar
Timothy
yang masih terobsesi menemukan beruang kemudian membangun sebuah
kemah di tepi sungai, dimana beruang biasanya mampir untuk menangkap
ikan salmon. Sayang, kala itu ialah permulaan musim dingin, dimana
beruang semakin agresif karena persediaan makanan semakin menipis.
Beruang-beruang yang biasa ia kenal di taman nasional itu juga mulai
berhibernasi, digantikan oleh beruang-beruang dari daerah lain yang
bermigrasi dan sama sekali tak “mengenal” Timothy sebelumnya.
Timothy merekam salah satunya, yakni seekor beruang yang berusaha
memakan bangkai ikan salmon yang sudah mati dari dasar sungai yang
mulai mengering.
Kita
tidak tahu, tapi mungkin, beruang itu menatap Timothy pula dan
mengetahui keberadaannya.
Kita
kembali pada awal cerita ini, ketika Willy Fulton, seorang pilot
pesawat terbang yang sudah dicarter oleh Timothy dan kekasihnya,
mendarat di wilayah taman nasional itu untuk menjemput mereka.
Setelah penemuannya yang mengerikan, Willy tak membuang waktu dan
langsung menghubungi para park ranger. Begitu tiba di lokasi, mereka
langsung menemukan apa yang tersisa dari tubuh Timothy kala itu,
yakni kepala, sebagian dari tulang belakangnya, dan tangan kanannya,
dimana jam tangannya masih menempel. Kekasihnya bernasib sama
naasnya. Sisa-sisa tubuhnya ditemukan di sekitar tenda mereka yang
kini telah rubuh dan dalam keadaan robek-robek.
Ketika
para park ranger itu berada di TKP itu dikejutkan oleh suara auman.
Beruang yang telah membunuh Timothy dan Aime tiba-tiba muncul dan
hendak menyerang mereka. Demi mempertahankan diri, merekapun
melepaskan tembakan yang akhirnya membunuh hewan buas itu. Dari hasil
otopsi, di perut beruang itu ditemukan jari-jari dan sisa-sisa tubuh
manusia lainnya. Sepanjang sejarah Taman Nasional Katmai berdiri
selama 85 tahun, baru kali inilah ada kasus kematian akibat serangan
beruang. Hal ini membuktikan, jika saja Timothy mematuhi semua
peraturan yang ada, hal senaas ini takkan pernah terjadi.
Timothy dan kekasihnya
Yang
mengejutkan, kematian tragis Timothy dan Amie terekam kamera.
Kemungkinan besar Timothy melihat beruang di luar kemah mereka dan
menyuruh Amie membawa kamera untuk merekamnya. Sayang, pada saat itu
lensa kamera belum sempat dibuka sehingga yang terekam hanyalah
audionya saja. Ada desas-desus bahwa rekaman tersebut beredar di
YouTube, namun ada pula yang mengatakan bahwa rekaman itu palsu. Yang
jelas, bagi yang pernah mendengarnya, rekaman itu menggambarkan
dengan detail kematian Timothy dengan sangat mengerikan.
Berikut
ini adalah rekapan isi rekaman itu:
[Suara Amie: “Apa dia masih ada di luar sana?”]
[Teriakan Timothy]
[Suara Timothy: “Keluarlah ke sini! Aku sedang dibunuh di sini!”]
[Suara resleting tenda dibuka]
[Teriakan Amie]
[Suara angin dan hujan turun]
[Suara Amie: “Berpura-puralah mati!]
[Suara Timothy: “Tidak berhasil!]
[Suara Amie: “Pukul beruang itu!]
[Suara hujan]
[Suara angin]
[Suara Amie: “Pukul dia!]
[Suara Amie histeris: “Pergi! Pergi!!!]
[Teriakan Timothy]
[Teriakan Amie]
[Teriakan Timothy]
[Suara badai]
[Suara Timothy: Pergi dari sini, Amie! Pergi!]
[Suara seretan]
[Tangisan Amie]
Hingga
rekaman singkat berakhir setelah 6 menit (karena kasetnya habis),
dipercaya bahwa Amie tak pernah meninggalkan Timothy seperti
permintaan terakhirnya, hingga akhirnya ia menjadi korban berikutnya
dari serangan itu. Dalam rekaman itu, tak sekalipun suara raungan
atau geraman beruang terdengar karena memang beruang jarang
mengeluarkan suara saat menyerang mangsanya.
Semenjak
digegerkan oleh peristiwa itu, pihak park ranger di taman nasional
itu semakin memperketat keamanan agar tragedi kelam yang menimpa
Timothy dan kekasihnya tak terulang lagi. Sementara itu, kehidupan
Timothy Treadwell diabadikan oleh sutradara Werner Herzog melalui
film dokumenter berjudul “Grizzly Man” pada tahun 2005. Werner
sendiri memuji hasil fotografi dan rekaman Timothy serta passion-nya
dalam hal konservasi beruang, namun menyebutnya sebagai pria dengan
“jiwa terganggu” yang “ingin mati”.
Sumber: Yellowstone, Wikipedia
Kasihan beruangnya. Gara2 kecerobohan manusia, dia jadi mati deh. Btw, bener ga sih mitos yang bilang kalo hewan buas yang nyicip daging manusia bakal ketagihan?
ReplyDeleteSalut juga sama Amie, meski udah mau mutusin Timothy, tapi tetep setia di sampingnya sampai maut memisahkan
ketagihan bukan karena enak, tapi gampang dicerna, secara manusia ga punya bulu yang tebal dan ga punya cakar untuk melawan
DeleteInikah yang namanya karma?
ReplyDeleteiya gan, karma itu ada, biasanya banyak yang jual pas bulan puasa
Deletehmmm ... sirup marjan ya?
Deletekolak bang
Deletekirain es buah
DeleteSudah kuduga yang kalian makdus adalah takjil
DeletePengen maki si cowok tapi udah meninggal
ReplyDeleteKasian bang
ReplyDelete