Thursday, November 21, 2019

REVIEW FILM AFTER-HALLOWEEN: 10 NETFLIX'S UNDERRATED HIDDEN GEMS



Halloween udah usai guys, tapi itu bukan berarti gue akan stop buat kasi kalian review film-film horor yang patut kalian saksikan. Kali ini gue akan review 8 film dan kayak biasanya, gue akan angkat beberapa film yang bisa gue bilang sebagai “hidden gem” alias film yang belum banyak kalian tahu buat nambah perbendaharaan film kalian. Ok, let's start!


1. ELI (2019)


Lagi-lagi salah satu “hidden gem” yang terkubur di Netflix, “Eli” merupakan film horor yang mengangkat seorang anak bernama Eli yang menderita penyakit genetik misterius yang membuatnya tak bisa bersentuhan dengan udara luar. Demi menyembuhkannya, orang tuanya pun membawanya ke sebuah rumah tua yang sudah disulap menjadi rumah perawatan milik seorang dokter eksentrik. Celakanya, rumah tua itu ternyata berhantu dan demi lepas dari mimpi buruknya, ia harus menguak rahasia kelam yang dikubur oleh masa lalu keluarganya.

Film ini emang cukup potensial sejak awal karena menampilkan adegan-adegan jumpscare yang cukup keren. Sayang, jumpscare tersebut mulai “membosankan” karena penampakannya yang terlalu sering. Namun itu semua diganjar dengan plot twist tak terduga menjelang klimaks film (berkat foreshadowing yang amat rapi) dan juga adegan klimaks yang cukup “membara” (pun intended) yang benar-benar seru menurut gue. Another note, film ini juga dimeriahkan Sadie Sink, pemeran Max di “Stranger Things” yang aktingnya apik banget.

Sayang sekali, gue nggak begitu suka ending film ini, jadi gue akan kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.




2. 47 METERS DOWN: UNCAGED (2019)


Akhir-akhir ini gue suka banget baca artikel tentang “animal attack” yang nunjukin kalo “mother nature” ternyata nggak hanya mengayomi, tapi juga bisa jadi pembunuh buas. Karena itu gue mulai nyari-nyari film horor yang tokoh antagonisnya bukan hantu atau serial killer, melainkan kekejaman alam itu sendiri.

Film ini merupakan sekuel dari “47 Meters Down” sebuah film tentang serangan hiu yang pernah gue review juga di blog ini. Karena genre hiu merupakan genre yang cukup populer dan profitable di Amerika (lihat aja “Jaws”, “Deep Blue Sea”, “The Shallows”, dan “Meg” yang semuanya sukses) makanya banyak studio film yang mengangkat tema ini dengan berbagai kualitas (remember “Sharknado”?).

Film ini menceritakan empat cewek remaja yang menyelam ke situs terlarang, yakni sebuah kuil Maya yang terkubur di dalam gua di dasar laut. Tak diduga, sekelompok hiu haus darah ternyata menanti di sana dan memburu mereka satu demi satu. Nggak hanya ketegangan karena hiunya saja (yang sering muncul sebagai jumpscare mantap), mereka juga harus bertahan hidup di dalam air dengan kondisi oksigen yang semakin menipis.

Yang unik, film ini merupakan debut pertama Sistine Stallone, yang merupakan putri dari aktor laga Stlvester Stallone. Secara keseluruhan sih film ini cukup menghibur (bahkan dalam beberapa hal lebih seru ketimbang film yang pertama). Dan gue juga suka banget dengan bagaimana si sutradara dan penulis naskahnya mengaitkan film ini dengan tema film pertamanya.

Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.



3. BACKCOUNTRY (2014)


Lagi-lagi film yang menggambarkan kebrutalan alam, film “Backcountry” menceritakan sepasang kekasih yang hiking ke dalam hutan dan tak menyadari bahwa mereka dikuntit oleh seorang beruang yang hendak memangsa mereka. Dengan premis yang teramat simpel dan cast yang amat minimalis (hanya ada tiga tokoh di sini), film ini tergolong berhasil. Adegan penyerangan beruang di klimaks ini bisa dibilang amat mengejutkan dan juga gore abis. Gue juga suka banget ama akting si pemeran cowok. Walau dia mengambil banyak keputusan yang bikin kita kesel, namun aktingnya yang meyakinkan malah mengundang simpati. Yang ngeri, film ini based on true story lho.

Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.



4. HIDDEN (2015)


Salah satu “hidden gem” lain di Netflix (sesuai judulnya), film ini menceritakan sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak perempuan. Gara-gara sebuah peristiwa apokaliptik (yang kemudian diperlihatkan seiring film bergulir), keluarga ini terpaksa bersembunyi di dalam sebuah bunker bawah tanah. Namun gara-gara sebuah insiden, mereka terpaksa keluar dari tempat persembunyian mereka dengan resiko berhadapan dengan makhluk menakutkan yang berkeliaran di atas tanah. Makhluk apa sebenarnya yang amat mereka takuti itu dan berhasilkah mereka selamat?

Bayangin aja “10 Cloverfield Lane” digabung ama film “A Quiet Place” maka voila, jadilah film ini. Walaupun alurnya bisa dibilang pelan, namun kalian dijamin nggak akan kecewa ketika plot twist di klimaks film ini terkuak. Benar-benar nggak akan kalian sangka dan juga merupakan perubahan yang cukup fresh dari film-film dengan genre dan tema serupa. Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.



5. EVERY TIME I DIE (2019)


Salah satu member grup Line MBP gue yang ngasi rekomendasi film ini. Karena kami sama-sama penggemar film-film underrated di Netflix, maka gue ikuti saran dia dan ternyata film ini sama sekali nggak mengecewakan.

Every Time I Die” adalah sebuah film slasher yang benar-benar beda banget sama yang lain. Ceritanya tentang seorang pria yang mulai dihantui masa lalu akan kematian adiknya, Sara, harus menghadapi pembunuhan beruntun ketika ia dan teman-temannya menginap di sebuah kabin. Gue nggak bisa cerita banyak tentang jalan cerita film ini tanpa spoiler. Akan banyak twist and turn yang nggak akan kalian duga sepanjang film, jadi gue sarankan sih “less is more” alias semakin dikit yang kalian tahu, akan semakin kalian menikmati film ini.

Film cerdas ini hanya punya satu kekurangan, yakni di pertengahan gue berpikir film ini akan menjadi sebuah film “thriller psikologis”, namun nyatanya film ini malah mengambil jalur lain. Agak sedikit mengecewakan sih bagi gue (karena gue suka banget ama genre psychological thriller), tapi jalur tersebut akan menghadirkan twist yang menarik akan dihadirkan di ending film ini. Gue sih bisa nebak apa twistnya (hehehe) tapi nggak tau sih sama kalian.

Gue kasi film ini skor 4 CD berdarah karena premis dan twistnya (walaupun ketebak) tetap unik.



6. METAMORPHOSIS (2019)


Secara mengejutkan, Korea punya beberapa film horor bertema exorcism yang layak untuk ditonton, salah satunya adalah “The Priest” (2015). Kali ini film yang bertema sama berjudul “Metamorphosis” masih berkisar tentang upacara pengusiran setan ala agama Katolik, namun dengan twist yang unik. Iblis di film ini digambarkan bisa menyamar menjadi siapapun, hence judulnya “Metamorphosis”.

Film ini diawali dengan upcara exorcism oleh seorang pastor muda terhadap seorang gadis cilik yang berakhir menggenaskan. Karena peristiwa tragis itu, iapun berniat berhenti menjadi pengusir setan. Namun niatnya ini kembali diuji ketika keluarganya sendiri mulai dihantui sosok iblis yang sama yang mulai memecah belah keluarga mereka.

Inilah salah satu horor Korea yang bikin gue deg-degan sepanjang film, apalagi tiap kali si iblis ini menyerang anggota keluarganya. Dan tentu saja, kemampuan si iblis yang bisa mengubah wujudnya menjadi siapapun anggota keluarga itu dijadikan plot twist menjelang klimaks cerita. Sayang, klimaksnya menurut gue masih kurang ampuh, apalagi di awal-awal kita udah disuguhi adegan-adegan mengerikan yang cukup menjanjikan.

Akhir kata, gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.



7. HEADCOUNT (2018)


Ada banyak film yang mengangkat kisah dari Creepypasta, namun banyak di antaranya yang berkualitas “meh” dan anjlok di pasaran, sebut saja “The Rake” (B-movie low budget dengan hasil yang pas-pasan juga) serta “Slenderman”. Cerita di film ini mengingatkan gue akan salah satu creepypasta yang gue baca tentang “Wendigo” atau “Skin Walker” (gue lupa yang mana, yang jelas didasarkan pada dongeng Indian) yang mengisahkan sosok yang menyusup masuk ke dalam grup yang sedang berkemah dan menyamar menjadi salah satu dari mereka. Namun kali, adaptasinya cukup berhasil.

Film ini menceritakan dua saudara yang memutuskan hiking di sebuah gurun di California dan bertemu dengan sekelompok teman. Namun bencana mulai datang ketika sang tokoh utama menyadari bahwa ada sesuatu yang menyusup di antara mereka dan celakanya, memiliki kemampuan mengubah wujudnya menjadi siapapun. Film ini membuktikan bahwa dengan low budget sekalipun, kita bisa kok membuat film horor yang menegangkan, asalkan punya cerita yang kreatif dan teknik yang sama kreatifnya.

Jelas banget tiap “scare” di sini diperoleh dengan trik kamera simpel, seperti mengaburkan kamera atau dengan membuat tokoh yang banyak (total ada 10 lebih tokoh di sini yang bisa ngumpul dalam satu scene) agar kita kehilangan track. Biasanya dengan adanya banyak tokoh kita dibikin bingung “ini siapa, itu siapa” tapi malah di film, itulah yang ingin dicapai oleh sang sutradara. Gue sempat mengira film ini bergenre slasher, tapi ternyata klimaksnya sangat berbeda (kayaknya buat hemat budget juga hehehe), tapi sama sekali nggak mengecewakan. Yah, tapi kalo mau membahas kelemahan, emang sih CGI-nya berantakan dan aktingnya juga nggak cukup meyakinkan, tapi semua itu nggak masalah bagi gue.

Untuk film horor kreatif ini gue kasi skor 4 CD berdarah.



8. STEPHANIE (2017)


“Stephanie” awalnya merupakan film horor yang amat menjanjikan. Plotnya diawali amat misterius dengan sosok seorang gadis cilik bernama Stephanie yang tinggal sendirian (adegan-adegan pembuka bener-bener bikin gue ngeri) dengan mayat kakaknya di dalam rumah. Kita juga diberi sekilas informasi berita di televisi bahwa seluruh dunia tengah mengalami event apokaliptik. Sepanjang malam, Stephanie terus bermimpi buruk dan diteror makhluk misterius. Gue jadi berpikir, “what the f*ck is this???”. Apa ini film zombie? Apa ini film monster?

Akan tetapi sayang, film ini mirip seperti “Insidious” dimana paruh pertamanya amat menegangkan, bahkan berpotensi menjadi salah satu film horor terbaik yang pernah ada. Tapi sayang kualitas paruh pertamanya tak bisa diikuti oleh paruh keduanya, dimulai dengan orang tua Stephanie yang pulang ke rumah. Emang sih ada satu adegan yang bikin gue ngeri setelah itu, tapi sayang, misteri yang udah dibangun sedemikian apiknya malah terjawab dengan sangat mengecewakan. Emang dibalas sih dengan klimaks yang apik, tapi tetap nggak bisa menutup kekecewaan gue.

Sutradara film ini adalah Akiva Goldsman yang sebelumnya menjadi penulis naskah film-film favorit gue seperti “I, Robot”-nya Will Smith (yang plot twistnya mumpuni banget) dan “A Beautiful Mind”-nya Ruseel Crowe yang membuatnya diganjar dengan piala Oscar. Aktor utama film ini juga adalah salah satu “scream king” favorit gue yakni Frank Grillo yang bermain di franchise “The Purge”. Sayang, keduanya masih belum bisa membuat film ini menjadi seperti harapan gue. Tapi tetap, paruh pertama kala sang gadis sendirian di rumah adalah salah satu plot cerita paling kreatif yang pernah gue lihat. I just hoped that it will stick that way.

Gue kasih film ini 3,5 CD berdarah.



9. THE SUPER (2017)


Gue agak heran dengan trend akhir-akhir ini dimana banyak bintang gede Hollywood yang mulai menjajal akting di film horor. Katakanlah nama tenar kayak Jake Gylenhaal, Sam Worthington, Keanu Reeves, dan sekarang Val Kilmer. Buat kalian yang nggak tahu (shame on you!) Val Kilmer ini adalah mantan pemeran Batman di era 90-an.

Dilihat dari titelnya mungkin kalian salah menyangka film ini tentang superhero ya (gue juga gitu), tapi ternyata “Super” di sini merupakan singkatan dari “superintendent” alias pengurus gedung. Sesuai judulnya, film ini mengisahkan seorang bapak yang membawa dua anak kecilnya ke sebuah apartemen untuk memulai pekerjaan barunya sebagai pengurus gedung. Namun di sana, satu demi satu penghuni apartemen menjadi korban pembunuh berantai misterius dan dibunuh satu demi satu. Siapakah sang pembunuh yang sebenarnya?

Sebelum membahas film ini lebih jauh, gue perlu curhat dulu nih guys. Sebagai orang yang udah nonton banyak banget film horor, terutama yang ada plot twistnya, bisa dibilang gue udah nggak kaget lagi ama twist-twist yang disajikan film-film sekarang. Gue biasanya udah menebak twist apa yang akan disajikan (gue aja udah bisa nebak plot twistnya “Us” dari awal) dan kadang itu bikin gue bete, karena gue jadi nggak bisa menikmati film tersebut.

Tapi kali ini, benar-benar jarang, gue terkecoh oleh plot twist film ini. Memang ada sih twist yang bisa gue tebak, tapi sisanya gue benar-benar dibikin terkejut karena ada twist luput dari gue dan gue jadi ngerasa bego nggak melihat twist itu dari awal.

Selain plot twist yang cukup mencengangkan, akting meyakinkan dari Val Kilmer (ya iyalah), dan adegan pembuka yang cukup menegangkan, sayangnya film ini nggak menawarkan hal lain yang wah. Pacingnya terasa terburu-buru, apalagi pas plot twistnya terkuak. Sebenarnya film ini akan berhasil baik jika hanya bertemakan psychological thriller dan murder mystery aja, tapi penulisnya juga harus masukin unsur supranatural yang menurut gue terlalu berlebihan. Klimaksnya juga bikin kecewa parah (ada tokoh yang ngelakuin hal paling bego yang pernah gue lihat sepanjang sejarah film horor), begitu pula endingnya. Tapi yah, gue rasa ending semua film horor emang harus gitu ya? Kalo gue sih sebenarnya menyarankan, setelah twistnya terungkap, mending nggak usah dilanjut nonton aja, soalnya kalian juga bakalan kesel kayak gue.

But, for the sake of that goddamn twist (yeah, that motherfucking twist!), I will give a 4 bloody underwear score.



10. DELIRIUM (2018)


Sebagai pamungkas, gue kasi film terbaik di list ini. Gue tertarik nonton film ini karena merupakan comeback dari aktor Topher Grace. Buat kalian yang masih asing dengan dia, dulu dia merupakan salah satu aktor yang menjanjikan berkat perannya di sitkom terkenal “The 70's Show”. Co star-nya di serial itu semua udah jadi bintang tenar, sebut saja Mila Kunis dan Ashton Kutchner. Sayang sekali, karir Topher Grace ini malah tersendat gara-gara perannya sebagai Eddie Brock alias Venom di “Spider Man 3”-nya Tobey Maguire mendapat kritikan pedas. Ya emang sih, gue pribadi menganggap dia, walaupun berbakat, tetap nggak cocok meranin Venom yang sangar karena mukanya terlalu lempeng. Gara-gara karirnya yang anjlok itulah, namanya hampir nggak kedengaran lagi. Makanya ketika dia tiba-tiba muncul, di film horor lagi, gue langsung tertarik.

Nggak hanya nama Topher Grace yang bikin gue nostalgia, tapi premisnya juga cukup menarik. Dari judulnya, “Delirium” udah terlihat sebagai film thriller psikologis yang bermain-main di pikiran. Film ini mengisahkan Tom, seorang pemuda yang baru saja keluar dari rumah sakit jiwa dan karena catatan kriminalnya, harus menjadi tahanan rumah di kediaman almarhum orang tua. Celakanya, di sana ia mendapat penglihatan-penglihatan menakutnya yang membuatnya berkesimpulan bahwa rumah tua yang dihuninya itu sebenarnya berhantu. Benarkah rumah itu digentayangi arwah pensaran ataukah semua itu hanya halusinasi karena penyakit jiwanya?

Gue suka banget film-film berkonsep “kegilaan yang ambigu” semacam ini. Dan nggak cuma itu, film ini menampilkan jumpscare yang berhasil bikin gue jerit-jerit sampai 3 kali pas gue nonton film ini malem-malem (ampe malu gue ama temen-temen kost gue hehehe). Nggak tau kenapa, tapi jumpscare di film ini nggak kayak di film-film lain. Kalo di film lain, jumpscare pertama mungkin ngagetin banget, tapi yang kedua dan seterusnya mungkin sama sekali nggak ada efeknya karena kita dibikin terbiasa. Sedangkan di film ini, setiap penampakan tetap aja menakutkan, bahkan gue sempat dibikin takut banget sepanjang film karena gue sama sekali nggak bisa menduga kapan jumpscare-nya akan nongol.

Gue puas banget ama film ini, maka dari itu gue nggak segan ngasi skor sempurna, yakni 5 CD berdarah buat film ini. Totally recommended!



Sumber gambar: IMDB


4 comments:

  1. cerita tentang hewan buas emang kadang keren. meskipun begitu 47 meters down uncaged kayaknya belum bisa disejajarkan dengan ambience yang dibangun di movie crawl. well, itu opini saya sih.

    btw, itu movie stephanie kok penjelasannya putih backgroundya. apa disengaja atau gimana bang? wk

    ReplyDelete
  2. Lanjut terus bang. Moga blognya makin sukses

    ReplyDelete
  3. sayangnya gua terlalu bosen untuk nonton film yang ngandelin jumpscarenya cuma dari permainan suara aja
    kalo boleh saran, review film horror yang jumpscarenya ga ngandelin suara doang dong bang

    ReplyDelete
  4. Waaah asik, review film lagi. Makasih banget bang dave, ini buat nemenin liburan hehe

    ReplyDelete