Halloween
udah usai guys, tapi itu bukan berarti gue akan stop buat kasi kalian
review film-film horor yang patut kalian saksikan. Kali ini gue akan
review 8 film dan kayak biasanya, gue akan angkat beberapa film yang
bisa gue bilang sebagai “hidden gem” alias film yang belum banyak
kalian tahu buat nambah perbendaharaan film kalian. Ok, let's start!
1.
ELI (2019)
Lagi-lagi
salah satu “hidden gem” yang terkubur di Netflix, “Eli”
merupakan film horor yang mengangkat seorang anak bernama Eli yang
menderita penyakit genetik misterius yang membuatnya tak bisa
bersentuhan dengan udara luar. Demi menyembuhkannya, orang tuanya pun
membawanya ke sebuah rumah tua yang sudah disulap menjadi rumah
perawatan milik seorang dokter eksentrik. Celakanya, rumah tua itu
ternyata berhantu dan demi lepas dari mimpi buruknya, ia harus
menguak rahasia kelam yang dikubur oleh masa lalu keluarganya.
Film ini
emang cukup potensial sejak awal karena menampilkan adegan-adegan
jumpscare yang cukup keren. Sayang, jumpscare tersebut mulai
“membosankan” karena penampakannya yang terlalu sering. Namun itu
semua diganjar dengan plot twist tak terduga menjelang klimaks film
(berkat foreshadowing yang amat rapi) dan juga adegan klimaks yang
cukup “membara” (pun intended) yang benar-benar seru menurut gue.
Another note, film ini juga dimeriahkan Sadie Sink, pemeran Max di
“Stranger Things” yang aktingnya apik banget.
Sayang
sekali, gue nggak begitu suka ending film ini, jadi gue akan kasi
film ini skor 3,5 CD berdarah.
2. 47
METERS DOWN: UNCAGED (2019)
Akhir-akhir
ini gue suka banget baca artikel tentang “animal attack” yang
nunjukin kalo “mother nature” ternyata nggak hanya mengayomi,
tapi juga bisa jadi pembunuh buas. Karena itu gue mulai nyari-nyari
film horor yang tokoh antagonisnya bukan hantu atau serial killer,
melainkan kekejaman alam itu sendiri.
Film ini
merupakan sekuel dari “47 Meters Down” sebuah film tentang
serangan hiu yang pernah gue review juga di blog ini. Karena genre
hiu merupakan genre yang cukup populer dan profitable di Amerika
(lihat aja “Jaws”, “Deep Blue Sea”, “The Shallows”, dan
“Meg” yang semuanya sukses) makanya banyak studio film yang
mengangkat tema ini dengan berbagai kualitas (remember “Sharknado”?).
Film ini
menceritakan empat cewek remaja yang menyelam ke situs terlarang,
yakni sebuah kuil Maya yang terkubur di dalam gua di dasar laut. Tak
diduga, sekelompok hiu haus darah ternyata menanti di sana dan
memburu mereka satu demi satu. Nggak hanya ketegangan karena hiunya
saja (yang sering muncul sebagai jumpscare mantap), mereka juga harus
bertahan hidup di dalam air dengan kondisi oksigen yang semakin
menipis.
Yang
unik, film ini merupakan debut pertama Sistine Stallone, yang
merupakan putri dari aktor laga Stlvester Stallone. Secara
keseluruhan sih film ini cukup menghibur (bahkan dalam beberapa hal
lebih seru ketimbang film yang pertama). Dan gue juga suka banget
dengan bagaimana si sutradara dan penulis naskahnya mengaitkan film
ini dengan tema film pertamanya.
Gue kasi
film ini skor 3,5 CD berdarah.
3.
BACKCOUNTRY (2014)
Lagi-lagi
film yang menggambarkan kebrutalan alam, film “Backcountry”
menceritakan sepasang kekasih yang hiking ke dalam hutan dan tak
menyadari bahwa mereka dikuntit oleh seorang beruang yang hendak
memangsa mereka. Dengan premis yang teramat simpel dan cast yang amat
minimalis (hanya ada tiga tokoh di sini), film ini tergolong
berhasil. Adegan penyerangan beruang di klimaks ini bisa dibilang
amat mengejutkan dan juga gore abis. Gue juga suka banget ama akting
si pemeran cowok. Walau dia mengambil banyak keputusan yang bikin
kita kesel, namun aktingnya yang meyakinkan malah mengundang simpati.
Yang ngeri, film ini based on true story lho.
Gue kasi
film ini skor 3,5 CD berdarah.
4.
HIDDEN (2015)
Salah
satu “hidden gem” lain di Netflix (sesuai judulnya), film ini
menceritakan sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang
anak perempuan. Gara-gara sebuah peristiwa apokaliptik (yang kemudian
diperlihatkan seiring film bergulir), keluarga ini terpaksa
bersembunyi di dalam sebuah bunker bawah tanah. Namun gara-gara
sebuah insiden, mereka terpaksa keluar dari tempat persembunyian
mereka dengan resiko berhadapan dengan makhluk menakutkan yang
berkeliaran di atas tanah. Makhluk apa sebenarnya yang amat mereka
takuti itu dan berhasilkah mereka selamat?
Bayangin
aja “10 Cloverfield Lane” digabung ama film “A Quiet Place”
maka voila, jadilah film ini. Walaupun alurnya bisa dibilang pelan,
namun kalian dijamin nggak akan kecewa ketika plot twist di klimaks
film ini terkuak. Benar-benar nggak akan kalian sangka dan juga
merupakan perubahan yang cukup fresh dari film-film dengan genre dan
tema serupa. Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.
5.
EVERY TIME I DIE (2019)
Salah
satu member grup Line MBP gue yang ngasi rekomendasi film ini. Karena
kami sama-sama penggemar film-film underrated di Netflix, maka gue
ikuti saran dia dan ternyata film ini sama sekali nggak mengecewakan.
“Every
Time I Die” adalah sebuah film slasher yang benar-benar beda banget
sama yang lain. Ceritanya tentang seorang pria yang mulai dihantui
masa lalu akan kematian adiknya, Sara, harus menghadapi pembunuhan
beruntun ketika ia dan teman-temannya menginap di sebuah kabin. Gue
nggak bisa cerita banyak tentang jalan cerita film ini tanpa spoiler.
Akan banyak twist and turn yang nggak akan kalian duga sepanjang
film, jadi gue sarankan sih “less is more” alias semakin dikit
yang kalian tahu, akan semakin kalian menikmati film ini.
Film
cerdas ini hanya punya satu kekurangan, yakni di pertengahan gue
berpikir film ini akan menjadi sebuah film “thriller psikologis”,
namun nyatanya film ini malah mengambil jalur lain. Agak sedikit
mengecewakan sih bagi gue (karena gue suka banget ama genre
psychological thriller), tapi jalur tersebut akan menghadirkan twist
yang menarik akan dihadirkan di ending film ini. Gue sih bisa nebak
apa twistnya (hehehe) tapi nggak tau sih sama kalian.
Gue kasi
film ini skor 4 CD berdarah karena premis dan twistnya (walaupun
ketebak) tetap unik.
6.
METAMORPHOSIS (2019)
Secara
mengejutkan, Korea punya beberapa film horor bertema exorcism yang
layak untuk ditonton, salah satunya adalah “The Priest” (2015).
Kali ini film yang bertema sama berjudul “Metamorphosis” masih
berkisar tentang upacara pengusiran setan ala agama Katolik, namun
dengan twist yang unik. Iblis di film ini digambarkan bisa menyamar
menjadi siapapun, hence judulnya “Metamorphosis”.
Film ini
diawali dengan upcara exorcism oleh seorang pastor muda terhadap
seorang gadis cilik yang berakhir menggenaskan. Karena peristiwa
tragis itu, iapun berniat berhenti menjadi pengusir setan. Namun
niatnya ini kembali diuji ketika keluarganya sendiri mulai dihantui
sosok iblis yang sama yang mulai memecah belah keluarga mereka.
Inilah
salah satu horor Korea yang bikin gue deg-degan sepanjang film,
apalagi tiap kali si iblis ini menyerang anggota keluarganya. Dan
tentu saja, kemampuan si iblis yang bisa mengubah wujudnya menjadi
siapapun anggota keluarga itu dijadikan plot twist menjelang klimaks
cerita. Sayang, klimaksnya menurut gue masih kurang ampuh, apalagi di
awal-awal kita udah disuguhi adegan-adegan mengerikan yang cukup
menjanjikan.
Akhir
kata, gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah.
7.
HEADCOUNT (2018)
Ada
banyak film yang mengangkat kisah dari Creepypasta, namun banyak di
antaranya yang berkualitas “meh” dan anjlok di pasaran, sebut
saja “The Rake” (B-movie low budget dengan hasil yang pas-pasan
juga) serta “Slenderman”. Cerita di film ini mengingatkan gue
akan salah satu creepypasta yang gue baca tentang “Wendigo” atau
“Skin Walker” (gue lupa yang mana, yang jelas didasarkan pada
dongeng Indian) yang mengisahkan sosok yang menyusup masuk ke dalam
grup yang sedang berkemah dan menyamar menjadi salah satu dari
mereka. Namun kali, adaptasinya cukup berhasil.
Film ini
menceritakan dua saudara yang memutuskan hiking di sebuah gurun di
California dan bertemu dengan sekelompok teman. Namun bencana mulai
datang ketika sang tokoh utama menyadari bahwa ada sesuatu yang
menyusup di antara mereka dan celakanya, memiliki kemampuan mengubah
wujudnya menjadi siapapun. Film ini membuktikan bahwa dengan low
budget sekalipun, kita bisa kok membuat film horor yang menegangkan,
asalkan punya cerita yang kreatif dan teknik yang sama kreatifnya.
Jelas
banget tiap “scare” di sini diperoleh dengan trik kamera simpel,
seperti mengaburkan kamera atau dengan membuat tokoh yang banyak
(total ada 10 lebih tokoh di sini yang bisa ngumpul dalam satu scene)
agar kita kehilangan track. Biasanya dengan adanya banyak tokoh kita
dibikin bingung “ini siapa, itu siapa” tapi malah di film, itulah
yang ingin dicapai oleh sang sutradara. Gue sempat mengira film ini
bergenre slasher, tapi ternyata klimaksnya sangat berbeda (kayaknya
buat hemat budget juga hehehe), tapi sama sekali nggak mengecewakan.
Yah, tapi kalo mau membahas kelemahan, emang sih CGI-nya berantakan
dan aktingnya juga nggak cukup meyakinkan, tapi semua itu nggak
masalah bagi gue.
Untuk
film horor kreatif ini gue kasi skor 4 CD berdarah.
“Stephanie” awalnya merupakan film horor yang amat menjanjikan. Plotnya diawali amat misterius dengan sosok seorang gadis cilik bernama Stephanie yang tinggal sendirian (adegan-adegan pembuka bener-bener bikin gue ngeri) dengan mayat kakaknya di dalam rumah. Kita juga diberi sekilas informasi berita di televisi bahwa seluruh dunia tengah mengalami event apokaliptik. Sepanjang malam, Stephanie terus bermimpi buruk dan diteror makhluk misterius. Gue jadi berpikir, “what the f*ck is this???”. Apa ini film zombie? Apa ini film monster?
Akan tetapi sayang, film ini mirip seperti “Insidious” dimana paruh pertamanya amat menegangkan, bahkan berpotensi menjadi salah satu film horor terbaik yang pernah ada. Tapi sayang kualitas paruh pertamanya tak bisa diikuti oleh paruh keduanya, dimulai dengan orang tua Stephanie yang pulang ke rumah. Emang sih ada satu adegan yang bikin gue ngeri setelah itu, tapi sayang, misteri yang udah dibangun sedemikian apiknya malah terjawab dengan sangat mengecewakan. Emang dibalas sih dengan klimaks yang apik, tapi tetap nggak bisa menutup kekecewaan gue.
Sutradara film ini adalah Akiva Goldsman yang sebelumnya menjadi penulis naskah film-film favorit gue seperti “I, Robot”-nya Will Smith (yang plot twistnya mumpuni banget) dan “A Beautiful Mind”-nya Ruseel Crowe yang membuatnya diganjar dengan piala Oscar. Aktor utama film ini juga adalah salah satu “scream king” favorit gue yakni Frank Grillo yang bermain di franchise “The Purge”. Sayang, keduanya masih belum bisa membuat film ini menjadi seperti harapan gue. Tapi tetap, paruh pertama kala sang gadis sendirian di rumah adalah salah satu plot cerita paling kreatif yang pernah gue lihat. I just hoped that it will stick that way.
Gue kasih film ini 3,5 CD berdarah.
9.
THE SUPER (2017)
Gue agak
heran dengan trend akhir-akhir ini dimana banyak bintang gede
Hollywood yang mulai menjajal akting di film horor. Katakanlah nama
tenar kayak Jake Gylenhaal, Sam Worthington, Keanu Reeves, dan
sekarang Val Kilmer. Buat kalian yang nggak tahu (shame on you!) Val
Kilmer ini adalah mantan pemeran Batman di era 90-an.
Dilihat
dari titelnya mungkin kalian salah menyangka film ini tentang
superhero ya (gue juga gitu), tapi ternyata “Super” di sini
merupakan singkatan dari “superintendent” alias pengurus gedung.
Sesuai judulnya, film ini mengisahkan seorang bapak yang membawa dua
anak kecilnya ke sebuah apartemen untuk memulai pekerjaan barunya
sebagai pengurus gedung. Namun di sana, satu demi satu penghuni
apartemen menjadi korban pembunuh berantai misterius dan dibunuh satu
demi satu. Siapakah sang pembunuh yang sebenarnya?
Sebelum
membahas film ini lebih jauh, gue perlu curhat dulu nih guys. Sebagai
orang yang udah nonton banyak banget film horor, terutama yang ada
plot twistnya, bisa dibilang gue udah nggak kaget lagi ama
twist-twist yang disajikan film-film sekarang. Gue biasanya udah
menebak twist apa yang akan disajikan (gue aja udah bisa nebak plot
twistnya “Us” dari awal) dan kadang itu bikin gue bete, karena
gue jadi nggak bisa menikmati film tersebut.
Tapi
kali ini, benar-benar jarang, gue terkecoh oleh plot twist film ini.
Memang ada sih twist yang bisa gue tebak, tapi sisanya gue
benar-benar dibikin terkejut karena ada twist luput dari gue dan gue
jadi ngerasa bego nggak melihat twist itu dari awal.
Selain
plot twist yang cukup mencengangkan, akting meyakinkan dari Val
Kilmer (ya iyalah), dan adegan pembuka yang cukup menegangkan,
sayangnya film ini nggak menawarkan hal lain yang wah. Pacingnya
terasa terburu-buru, apalagi pas plot twistnya terkuak. Sebenarnya
film ini akan berhasil baik jika hanya bertemakan psychological
thriller dan murder mystery aja, tapi penulisnya juga harus masukin
unsur supranatural yang menurut gue terlalu berlebihan. Klimaksnya
juga bikin kecewa parah (ada tokoh yang ngelakuin hal paling bego
yang pernah gue lihat sepanjang sejarah film horor), begitu pula
endingnya. Tapi yah, gue rasa ending semua film horor emang harus
gitu ya? Kalo gue sih sebenarnya menyarankan, setelah twistnya
terungkap, mending nggak usah dilanjut nonton aja, soalnya kalian
juga bakalan kesel kayak gue.
But, for
the sake of that goddamn twist (yeah, that motherfucking twist!), I
will give a 4 bloody underwear score.
10.
DELIRIUM (2018)
Sebagai
pamungkas, gue kasi film terbaik di list ini. Gue tertarik nonton
film ini karena merupakan comeback dari aktor Topher Grace. Buat
kalian yang masih asing dengan dia, dulu dia merupakan salah satu
aktor yang menjanjikan berkat perannya di sitkom terkenal “The 70's
Show”. Co star-nya di serial itu semua udah jadi bintang tenar,
sebut saja Mila Kunis dan Ashton Kutchner. Sayang sekali, karir
Topher Grace ini malah tersendat gara-gara perannya sebagai Eddie
Brock alias Venom di “Spider Man 3”-nya Tobey Maguire mendapat
kritikan pedas. Ya emang sih, gue pribadi menganggap dia, walaupun
berbakat, tetap nggak cocok meranin Venom yang sangar karena mukanya
terlalu lempeng. Gara-gara karirnya yang anjlok itulah, namanya
hampir nggak kedengaran lagi. Makanya ketika dia tiba-tiba muncul, di
film horor lagi, gue langsung tertarik.
Nggak
hanya nama Topher Grace yang bikin gue nostalgia, tapi premisnya juga
cukup menarik. Dari judulnya, “Delirium” udah terlihat sebagai
film thriller psikologis yang bermain-main di pikiran. Film ini
mengisahkan Tom, seorang pemuda yang baru saja keluar dari rumah
sakit jiwa dan karena catatan kriminalnya, harus menjadi tahanan
rumah di kediaman almarhum orang tua. Celakanya, di sana ia mendapat
penglihatan-penglihatan menakutnya yang membuatnya berkesimpulan
bahwa rumah tua yang dihuninya itu sebenarnya berhantu. Benarkah
rumah itu digentayangi arwah pensaran ataukah semua itu hanya
halusinasi karena penyakit jiwanya?
Gue suka
banget film-film berkonsep “kegilaan yang ambigu” semacam ini.
Dan nggak cuma itu, film ini menampilkan jumpscare yang berhasil
bikin gue jerit-jerit sampai 3 kali pas gue nonton film ini
malem-malem (ampe malu gue ama temen-temen kost gue hehehe). Nggak
tau kenapa, tapi jumpscare di film ini nggak kayak di film-film lain.
Kalo di film lain, jumpscare pertama mungkin ngagetin banget, tapi
yang kedua dan seterusnya mungkin sama sekali nggak ada efeknya
karena kita dibikin terbiasa. Sedangkan di film ini, setiap
penampakan tetap aja menakutkan, bahkan gue sempat dibikin takut
banget sepanjang film karena gue sama sekali nggak bisa menduga kapan
jumpscare-nya akan nongol.
Gue puas
banget ama film ini, maka dari itu gue nggak segan ngasi skor
sempurna, yakni 5 CD berdarah buat film ini. Totally recommended!
cerita tentang hewan buas emang kadang keren. meskipun begitu 47 meters down uncaged kayaknya belum bisa disejajarkan dengan ambience yang dibangun di movie crawl. well, itu opini saya sih.
ReplyDeletebtw, itu movie stephanie kok penjelasannya putih backgroundya. apa disengaja atau gimana bang? wk
Lanjut terus bang. Moga blognya makin sukses
ReplyDeletesayangnya gua terlalu bosen untuk nonton film yang ngandelin jumpscarenya cuma dari permainan suara aja
ReplyDeletekalo boleh saran, review film horror yang jumpscarenya ga ngandelin suara doang dong bang
Waaah asik, review film lagi. Makasih banget bang dave, ini buat nemenin liburan hehe
ReplyDelete