Nama
Reynhard Sinaga beberapa bulan terakhir ini memang sukses “mengharumkan” nama
bangsa di kancah dunia internasional. Nama Indonesia yang jarang didengungkan
akhir-akhir ini (kecuali pas kecelakaan pesawat, kebakaran hutan, dan banjir)
kini tiba-tiba menjadi “viral” sejak mahasiswa asal Depok yang berkuliah di
Manchester itu tertangkap basah dan kejahatan brutalnya terbongkar. Tak
tanggung-tanggung, sebanyak 200 pria diduga menjadi korban “keganasan” Reynhard
yang kini telah mendunia, dibuktikan dengan 3,29 terabyte video yang tersimpan
rapi di memorinya (wow, koleksi film di INDOXXI aja dijamin kalah!!!). Nggak
heran, dengan jumlah korban mencapai ratusan, Reynhard didapuk sebagai “the
most profilic rapist in Britain's history” alias “pemerkosa berantai dengan
jumlah terbanyak dalam sejarah Inggris”. Namun benarkah klaim itu?
Gue
dengan tegas menjawab: “SALAH!”
Ada
pemerkosa dengan jumlah korban jauh lebih banyak ketimbang Reynhard, bahkan
mencapai dua kali lipatnya. Namun media Inggris seakan-akan lebih suka menuduh
mahasiswa Indonesia ini sebagai peraih gelar itu ketimbang mengakui identitas
sang pemerkosa berantai tersebut. Siapakah sosoknya? Mengapa media Inggris tak
mau mengakuinya? Adakah teori konspirasi di baliknya?
Pembaca
sekalian dan fans-fans Mengaku Backpacker sekalian (mungkin ada fans Reynhard
juga), inilah Dark Case kali ini.
Jika
kalian menilik lama wikipedia ini yang mencatat nama-nama pemerkosa berantai
dengan jumlah terbanyak, maka kalian akan membaca nama Reynhard tidak berada di
posisi puncak, melainkan hanya menduduki urutan kelima (udah kayak tangga lagu
aja). Posisi satu diduduki pemerkosa berantai asal Afrika Selatan dengan jumlah
korban 103. Hal ini disebabkan karena laman tersebut hanya mencantumkan jumlah
korban resmi menurut versi pengadilan. Padahal jika dihitung-hitung, korban
faktual sang “penjagal keperjakaan” ini mencapai 200-an. Hal ini juga
disebabkan karena nggak semua korban mau terbuka dan maju sebagai saksi,
mungkin karena dirundung rasa malu. Maka dari itu, mudah sebenarnya bagi
Reynhard untuk “melengserkan” yang menempati posisi puncak tersebut dan
menduduki tahta nomor 1 sebagai pemerkosa berantai dengan jumlah korban
terbanyak.
Namun
seberapa akuratkah laman wikipedia itu?
Ternyata
tidak akurat sama sekali, sebab menurut penyelidikan gue (cailah, kalo topik
beginian aja langsung rajin investigasi) ternyata ada sosok yang mungkin kurang
kalian kenal karena pemberitaannya kurang gencar, namun justru menjadi
pemerkosa berantai dengan jumlah korban yang lebih mencengangkan.
Yakni
450 orang.
Siapakah
sosok misterius itu? Inilah orangnya ...
Oom-oom
ini bernama Jimmy Savile. Hampir semua orang Inggris mengenalnya karena
sosoknya teramat legendaris. Lahir pada 1926, Jimmy merupakan host BBC yang
terkenal berkat menggawangi acara tangga lagu terkemuka “Top of The Pops”. Tak
hanya itu, ia adalah entertainer sejati, bahkan menjadi DJ pertama dalam
sejarah Inggris. Pribadinya yang kharismatik membuat karirnya begitu lancar,
bahkan amat dicintai oleh penontonnya. Berbagai penghargaan bergengsi pun ia
sabet; yang paling menghebohkan adalah ketika ia diberi gelar ksatria oleh Ratu
Inggris. Perlu dicatat, hanya segelintir selebriti yang pernah mendapat gelar
agung ini, di antaranya Charlie Chaplin, Elton John, dan Paul McCartney dari
The Beatles. Salah satu alasan kenapa Sang Ratu menyematkan titel “Sir” di
depan namanya tak hanya karena prestasinya yang luar biasa di bidang seni,
melainkan karena jiwa sosialnya yang teramat tinggi.
Jimmy
Savile dikenal publik dengan sosok yang amat dermawan. Ia terlibat dalam banyak
acara penggalangan dana. Bahkan sepanjang hidupnya, ia telah menyumbangkan 40
juta poundsterling atau sekitar 712 miliar rupiah (WOW!) untuk amal. Sosoknya
juga diketahui amat peduli dengan bidang kesehatan, sebab ia mendirikan dan
menyumbang berbagai rumah sakit seperti Stoke Mandeville Hospital, Leeds
General Infirmary, dan Broadmoor Hospital.
Broadmoor Hospital
Karena
usianya yang sudah renta dan sakit-sakitan, Jimmy akhirnya meninggal dunia di
rumahnya pada 2011. Yang mengejutkan, setahun setelah kematiannya, mulai muncul
klaim bahwa sosok Jimmy Savile ternyata tak se-”suci” seperti dugaan
orang-orang selama ini. Lebih dari 450 orang maju dan mengklaim bahwa Jimmy
pernah memperkosa mereka dalam kurun waktu lima dekade, antara 1960 hingga
2010. Korbannya mencakup semua umur dan gender. Tercatat usia korban termudanya
adalah 8 tahun dan tertua mencapai 47 tahun (bahkan ada yang mengklaim
nenek-nenek berusia 75 pun diserangnya). Lebih dari dua pertiga korbannya
berusia di bawah 18 tahun. Sebagian besar korbannya merupakan perempuan, namun
tercatat pula ada bocah laki-laki di bawah umur juga pernah dilecehkannya.
Yang
lebih mengagetkan lagi adalah siapa identitas para korbannya. Karena Jimmy
adalah entertainer, mungkin kalian menduga bahwa korban-korbannya berasal dari
dunia perfilman dan televisi (seperti korban-korbannya Harvey Weinstein), namun
ternyata tidak. Ingat bahwa Jimmy sangat aktif di bidang amal, terutama di
rumah sakit? Ternyata ada udang di balik batu di balik “kedermawanan”-nya itu.
Justru sebagian besar korbannya merupakan pasien, bahkan staff, di dua rumah
sakit yang diayominya, yakni Leeds General Infirmary dan Broadmoor Hospital.
Perlu diingat bahwa Broadmoor adalah rumah sakit psikiatri alias Rumah Sakit
Jiwa sehingga bisa dibayangkan betapa rentannya pasien-pasien di sana.
Sebenarnya
selama Jimmy Savile masih hidup, sudah ada beberapa pihak yang mengendus
perilaku tak beres dari sosok paedofil ini. Seorang ahli kejiwaan bernama Dr.
Anthony Clare yang pernah mewawancarainya pada 1991 menyebut Jimmy sebagai
“pria tanpa perasaan” dan menggumam bahwa ”ada sesuatu yang menakutkan tentang
sosok 'orang suci' dari abad 21 ini”. John Lydon, vokalis band terkenal “Sex
Pistols”, juga dikenal amat membenci Jimmy yang disebutnya sebagai “hipokrit”
alias “bermuka dua” dan “munafik”. Bahkan perilaku menyimpang Jimmy sebenarnya
telah tercium semenjak tahun 1970-an ketika ia dilaporkan melecehkan
gadis-gadis di sebuah sekolah. Namun ketiadaan barang bukti membuat polisi tak
mengindahkan laporan itu.
Semasa
hidup, Jimmy telanjur meraih popularitas dan lihai dalam meracik image positif
di depan penontonnya. Tak hanya itu, ia juga adalah host acara musik yang
tentunya digandrungi anak-anak muda, sehingga pemberitaan negatif yang
berhembus kala itu hanyalah dianggap angin lalu. Maka dari itu, mudah dipahami
kenapa korban-korbannya baru berani bersuara setelah kematiannya. Tentu tak
mudah bagi publik Inggris untuk percaya bahwa sosok yang begitu mereka kagumi
dan hormati selama berbagai dekade ternyata menyimpan rahasia kelam semacam
itu. Akan tetapi, penyelidikan mendalam yang dilakukan Scotland Yard
(kepolisian Inggris) ternyata membuktikan hal sebaliknya.
Dari
penyelidikan mereka, terkuak hal yang lebih mengejutkan. Tak puas merampas
kesucian dan keluguan anak-anak melalui tindakan bejatnya, Jimmy juga terbukti
sebagai nekrofilia (suka berhubungan intim dengan mayat). Untuk memperlancar
hasrat kejinya itu, Jimmy kembali memanfaatkan posisinya di rumah sakit
Broadmoor dan Leeds untuk mendapat akses ke kamar mayat.
Jimmy Savile semasa hidup
Lalu
apa sih yang mendorong Jimmy melakukan perbuatan abnormal semacam itu? Usut
punya usut, Jimmy ternyata terlampau mencintai ibu kandungnya sendiri. Cintanya
yang terlalu dalam pada sang ibu membuatnya tetap membujang seumur hidupnya.
Bahkan selepas ibunya meninggal, ia tetap menjaga kamar ibunya seperti
sediakala, bahkan melaundri pakaian-pakaian ibunya seakan-akan ibunya itu masih
hidup. Hubungan yang terlalu obsesif dengan ibunya tersebut sedikit banyak
mengingatkan gue akan sosok psikopat lain, yakni Ed Gein yang menginspirasi
tokoh pembunuh berantai Hollywood semacam Leatherface di “Texas Chainsaw
Massacre” hingga Norman Bates di “Psycho”.
Kembali
ke persoalan awal kita. Mengapa kini media Inggris berlomba-lomba menyebut
Reynhard Sinaga sebagai “pemerkosa berantai dengan jumlah korban terbanyak
dalam sejarah Inggris” padahal nyatanya ada insan busuk lain yang jumlah
korbannya bahkan melebihi dua kali lipat korban “raja gay Depok” ini?
Kenapa skandal kelam Jimmy Savile tak pernah lagi diungkit-ungkit, apalagi
dibandingkan dengan sang “penjebol gawang belakang dari Manchester” itu?
Ternyata alasannya sangat simpel.
Karena
semasa hidupnya, Jimmy Savile adalah sahabat dekat Pangeran Charles.
Kalian semua pasti sudah tahu bahwa Pangeran Charles merupakan salah satu sosok paling penting dalam keluarga kerajaan Inggris, sebab ia adalah putra dari ratu Inggris saat ini serta ayah dari Pangeran William dan Harry. Tak hanya itu, Jimmy juga adalah teman karib Margaret Thatcher, mantan perdana menteri Inggris.
Kalian semua pasti sudah tahu bahwa Pangeran Charles merupakan salah satu sosok paling penting dalam keluarga kerajaan Inggris, sebab ia adalah putra dari ratu Inggris saat ini serta ayah dari Pangeran William dan Harry. Tak hanya itu, Jimmy juga adalah teman karib Margaret Thatcher, mantan perdana menteri Inggris.
Skandal
Jimmy terang saja akan menyeret nama nama-nama petinggi itu jika terus-menerus
disinggung, sehingga menurut “norma kesantunan” yang ada, tentu kasus yang
di-blow up adalah kasus Reynhard Sinaga dan sebisa mungkin tidak dikait-kaitkan
dengan kasus Jimmy Savile yang jelas-jelas lebih parah. Well, itulah menurut
gue teori konspirasi di balik kasus Jimmy Savile, yang lagi-lagi bahkan namanya
tak tercantum di laman wikipedia sebagai “pemerkosa berantai dengan jumlah
korban terbanyak” walaupun bukti sudah terlampau menggunung.
Potret kedekatan sang pemerkosa berantai dengan Prince Charles, sang anggota Royal Family
(Sumber Gambar)
Gue
di sini sama sekali nggak membenarkan perbuatan Reynhard Sinaga (idih amit-amit
jabang bayi). Gue tentu merasa prihatin dengan para korbannya, apalagi setelah
mendengar banyak korbannya merasa depresi, bahkan ada yang berniat bunuh diri.
Namun alangkah lebih baik sih jika media Inggris lebih jujur dengan diri mereka
sendiri dan nggak mencoba mengubur kasus Jimmy Savile begitu saja. Gelar itu
gue rasa lebih pantas jatuh ke Jimmy Savile ketimbang Reynhard Sinaga.
Dan
yang pasti, jika ada sesuatu yang bisa kita pelajari dari kasus Reynhard
Sinaga, adalah bahwa laki-laki juga sama rentannya menjadi korban pelecehan
seksual seperti halnya wanita. Bahkan dalam hal ini, pria justru mendapat
perlakuan “khusus” karena nggak ada yang menanyakan, “Ih, emang pakaian apa sih
yang lu pake malam itu ampe lu diperkosa?”, berbeda dengan stigma negatif yang
kerap dialami wanita. Semua orang emang bisa menjadi korban pelecehan seksual
dan “blow up” kasus Reynhard Sinaga ini gue harap akan meningkatkan “awareness”
tentang resiko tersebut serta kepedulian terhadap para korban pelecehan
seksual, apapun gender-nya. Kewaspadaan tentang penggunaan obat GHB sebagai
“rape drug” juga gue harap makin meluas. Well, at least masih ada sisi positif
yang bisa kita ambil dari kasus nista tersebut.
Sementara
itu yang dibahas media Indonesia pas heboh kasus Reynhard Sinaga ...
tercengang
ReplyDeleteEndingnya plot twist wkwkw
ReplyDeleteYaa seperti yang kebanyakkan terjadi di manapun... pasti koneksi, uang, jabatan akan mengambil alih segalanya
ReplyDeletePemerkosaan terjadi karena...
ReplyDelete1. Pakaian sk korban mengundang birahi
2. Pelakunya terlampau bejat
3. Syarat pertama dan kedua terpenuhi
Tapi Reynhardt tetep punya prestasi tersendiri, sebagai serial rapist khusus gay terbaik di dunia (paling gk untuk saat ini)
ReplyDeletebang pemilihan kata lo bikin gue ngakak
ReplyDeleteHarusnya prihatin lho -_-
Delete