Sunday, January 26, 2020

KASUS KELUARGA TURPIN: THE REAL AMERICAN SICKO


Gue pernah membahas beberapa kasus penyekapan, antara lain yang menimpa Jayce Dugard dan Elizabeth Fritzl yang disekap selama bertahun-tahun oleh penculiknya. Namun kasus keluarga Turpin, yang modusnya sama, yakni menyekap anak-anak selama bertahun-tahun, jauh lebih parah dan membuat siapapun yang mendengarnya menjadi marah. Kasus keluarga Turpin di California, Amerika Serikat terbongkar pada 2018 setelah salah satu korbannya lolos dan melapor pada polisi. Jika kasus-kasus yang pernah gue bahas, walaupun tragis, hanya melibatkan penyekapan satu orang anak, maka kali ini berbeda. Kasus ini melibatkan 13 anak.

Yap, kalian nggak salah baca. Tiga belas anak. Salah satu, yang tertua, bahkan disekap selama 29 tahun. Dan inilah fakta yang lebih mengejutkan.

Penyekapan dan penyiksaan 13 anak ini dilakukan oleh orang tua kandung mereka sendiri.

Penasaran? Dear readers, inilah Dark Case kali ini.

Rumah keluarga Perris yang dibanjiri wartawan 
setelah peristiwa menyesakkan di dalamnya akhirnya terkuak

Pada 14 Januari 2019, kedamaian di sebuah kota kecil bernama Perris di California terkoyak. Suara sirine mobil polisi meraung membelah kegelapan malam. Sebelumnya, di tengah suramnya malam, seorang gadis berhasil merangkak keluar dari sebuah rumah yang tertutup rapat di kota tersebut. Ia membawa sebuah telepon genggam mungil, namun percuma, telepon itu sudah dinon-aktifkan oleh orang tuanya. Namun begitu ia menyadari bahwa di kondisi terkuncipun, telepon itu ternyata tetap digunakan untuk layanan darurat, iapun menelepon 911. Ia kemudian membuat pengakuan mengejutkan pada pihak berwajib. Ia mengaku disekap seumur hidupnya di dalam rumah oleh kedua orang tuanya dan tak diperbolehkan keluar. Tak hanya itu, 12 saudaranya yang lain juga dikurung di rumah itu dalam kondisi yang tak layak, bahkan tak jarang disiksa.

Tak menunggu lama, polisipun datang ke rumah yang dimaksud dan setelah mendobrak masuk, mereka menemukan kenyataan mengejutkan. Gadis itu rupanya mengatakan yang sebenarnya. Bahkan yang lebih parah, tiga anak ditemukan dalam kondisi dirantai. Dan yang lebih tak manusiawi, tujuh anak di antaranya telah mengalami penyekapan dan penyiksaan ini selama lebih dari 18 tahun. Semenjak itulah kasus skandal keluarga Turpin terkuak.

Namun siapakah keluarga Turpin itu?

Mugshot Allan Turpin sang suami

Marilah kita mengenal mereka lebih dalam. Pasangan orang tua bejat itu bernama David Allen Turpin dan Louise Ann Turpin. David (bukan gue lho yah, gue mah alim) lahir pada 1961 dan pada usia 17 tahun, ia pertama kali berjumpa dengan Louise. Kala itu Louise masih berusia 10 tahun, sehingga ia harus menunggu 6 tahun kemudian hingga bisa menikahinya. David ternyata melangsungkan pernikahan tanpa izin ayah Louise, seorang pendeta bernama Wayne Robinette, sehingga membuat mertuanya itu murka. David dan Louise kemudian kawin lari dan memutus kontak dengan semua keluarga mereka.

David sendiri sebenarnya memiliki karir cemerlang sebagai lulusan sarjana komputer dari kampus bergengsi Virginia Tech sehingga ia mampu membeli beberapa rumah. Selama 30-an tahun menikah, mereka memiliki 13 anak karena sengaja tidak menggunakan alat kontrasepsi ataupun konsep keluarga berencana karena landasan keluarga mereka yang ultra-religius. Namun ternyata, keputusan memiliki anak sebanyak itu ternyata tidak dibarengi dengan kondisi hidup yang layak.

Setelah menikah pada 1986 hingga 2003, pasangan Turpin memiliki sebuah kediaman di Texas. Ketika mereka akhirnya pindah ke California, tetangga mereka di Texas diherankan dengan kondisi bekas rumah mereka yang cukup mencurigakan. Kondisi rumah mereka amat buruk, bahkan kotoran manusia berceceran di berbagai sudut rumah. Terdapat tali di sudut-sudut tempat tidur, seolah-olah digunakan untuk mengikat seseorang di atas kasur itu. Sampah berserakan dan tak hanya itu, bangkai-bangkai anjing dan kucing itu bergelimpangan di berbagai tempat. Namun tetangga sama sekali tak berpikir terlalu jauh dan enggan melaporkannya pada polisi.

Ketika berada di kediaman mereka di California, sebenarnya tingkah keluarga itu sudah mengundang kecurigaan tetangga mereka. Halaman mereka tak terpelihara dengan rumput tumbuh tak terawat. Beberapa kali para tetangga melihat para anak-anak yang disekap di sana, namun begitu melihat mereka, anak-anak itu sama sekali tidak meminta tolong. Mereka justru “membeku” dengan wajah pucat karena ketakutan. Kecurigaan tetangga itu membuat pasangan Turpin hendak pindah ke Oklahoma, negara bagian Amerika yang lebih terpencil dan kurang ramai. Beruntung sebelum rencana itu berhasil dieksekusi, ulah tak manusiawi mereka sudah duluan terbongkar.

Bagaimana dengan anak-anak mereka sendiri? Anak-anak yang terkecil (berjumlah 6 anak) berusia antara 2 hingga 17 tahun. Sedangkan tujuh yang dianggap dewasa berusia antara 18 hingga 29 tahun. Namun perlu diingat, akibat terus dikurung dan tak pernah mengenyam bangku pendidikan, kondisi mental mereka amat terbelakang. Bukan berarti mereka kurang cerdas, namun mereka masih bertingkah seperti anak-anak dan juga memiliki pengetahuan yang teramat minim tentang dunia luar. Anak yang kala itu berhasil lolos, yang berusia 17 tahun, mengaku ia hanya bersekolah hingga kelas 1 SD sebelum akhirnya ia dikurung bersama saudara-saudaranya dan tak pernah lagi diperbolehkan keluar rumah.

Seperti inilah yang dialami anak-anak keluarga Turpin setiap harinya

Pasangan Turpin ternyata teramat kejam terhadap anak-anaknya. Mereka hanya mengizinkan mereka makan sehari sekali dan mandi hanya sekali dalam setahun. Yap, kalian tak salah baca. Sekali setahun! Semua anak mereka tentu saja mengalami malnutrisi sehingga anak-anak mereka yang sebenarnya sudah berusia dewasa (berumur di atas 18 tahun) masih terlihat seperti anak-anak. Anak tertua, seorang wanita berusia 29 tahun, bahkan memiliki bobot badan hanya 37 kilogram saking kurusnya! Secara mentalpun, mereka masih seperti anak-anak. Bahkan mereka tak mengenal konsep seperti siapa itu dokter dan polisi.

Penyiksaan macam apakah yang mereka terima setiap hari? Dari kesaksian anak-anak malang ini di pengadilan terkuak perilaku bejat orang tua mereka meliputi memaksa anak-anak itu mereka memakan kue yang sudah berjamur. Mereka juga tak segan berbuat kasar kepada anak-anaknya dengan memukul, mencekik, bahkan merantai anak-anaknya apabila merasa dirasa nakal dan tak menuruti perintah orang tuanya. Pada malam dimana nasib anak-anak keluarga Turpin terkuak oleh polisi, pasangan ini tertangkap basah merantai 3 anaknya, yakni dua gadis berusia 11 dan 14 serta seorang anak laki-laki mereka yang sudah berusia 22 tahun. Anak laki-laki dianggap paling “nakal” oleh kedua orang tuaya hingga ia mengaku sudah dirantai selama kurang lebih enam tahun. Bayangkan, enam tahun!

Tak hanya itu, selama bertahun-tahun mereka dibesarkan dengan kondisi memprihatinkan. Salah satu anak perempuan mengaku bahwa kadangkala ia terbangun di tengah malam dalam keadaan sesak napas karena tercekik dengan bau feses dan urine yang bertebaran di udara. Anak inilah yang nantinya memutuskan untuk kabur dan meminta pertolongan pada dunia luar. Saking takutnya mereka pada orang tua mereka, anak-anak ini membutuhkan waktu dua tahun untuk merencanakan pelarian mereka. Pada malam dimana mereka dibebaskan, ada dua anak sebenarnya berhasil melarikan diri melalui jendela. Namun satu anak menjadi takut dan memutuskan kembali. Beruntung, sang gadis satunya masih memiliki keberanian dan akhirnya berhasil memanggil polisi.

Butuh dua tahun hingga anak-anak ini akhirnya mempunyai keberanian untuk melarikan diri

Kembali ke pasangan Turpin. Setelah kejahatan mereka terbongkar, tak perlu menunggu lama hingga mereka akhirnya ditangkap polisi. Untuk menggambarkan betapa seriusnya kejahatan mereka, kita bisa melihat dari dengan besarnya uang jaminan yang harus mereka bayar. Biasanya ketika kasus masih dalam proses pengadilan, tersangka bisa memilih untuk membayar uang jaminan untuk bisa tetap bebas dan tidak menunggu dalam kurungan. Uang jaminan biasanya besarnya bervariasi berdasarkan tingkat kejahatannya. Semisal untuk kejahatan ringan, besarnya bisa berkisar hingga 10 ribu dolar US (hampir 140 juta rupiah). Untuk kejahatan yang lebih serius, seperti pembunuhan semisal, uang jaminan bisa mencapai 1 juta dollar (hampir 14 M). Nah, bisakah kalian tebak uang jaminan untuk pasangan Turpin ini?

12 juta dollar, atau setara 167 miliar rupiah! Tentu ini membuktikan mereka dianggap amat berbahaya sehingga tak bisa dibiarkan lolos ataupun menghirup udara bebas sesedikit apapun.

Ketika diadili, pasangan Turpin memperoleh 13 dakwaan penyiksaan, 13 dakwaan penyekapan, 13 dakwaan “child abuse”, dan yang lebih menjijikkan, sang ayah mendapat dakwaan pelecehan seksual atas salah satu anak gadisnya yang masih berumur 14 tahun kala itu. Ew!

Beruntung, proses peradilan dipercepat dengan adanya barang bukti tak terbantahkan, yakni diari yang dibuat oleh masing-masing anak selama mereka disekap. Yap, ternyata selama ini tanpa sepengetahuan orang tua mereka, anak-anak ini mencurahkan seluruh isi hati mereka dan penyiksaan yang mereka alami setiap hari dalam buku harian. Akhirnya, pada April 2019, David dan Louise Turpin, pasangan orang tua yang tega menyekap dan menyiksa buah hati mereka sendiri, akhirnya dijatuhi hukuman seumur hidup. Mereka berdua dipisahkan di dua penjara yang berbeda sesuai jenis kelamin mereka.

Keputusan ini ternyata disambut baik oleh keluarga Turpin yang lain. Saudara-saudara perempuan Louise sebenarnya selama ini cemas dengan kondisi keponakan-keponakan mereka. Keluarga Louise tahu bahwa ia dan suaminya memiliki anak, namun mereka tak pernah diperbolehkan untuk melihat, apalagi mengunjungi mereka. Uniknya, pada anniversary pernikahan mereka, pasangan Turpin sebenarnya mengadakan acara besar-besaran untuk merayakannya. Salah satu pengisi acara yang diundang bahkan berfoto dengan pasangan Turpin dan anak-anaknya. Pada saat itu ia melihat anak-anak keluarga Turpin dalam kondisi yang normal  dan terawat, walaupun beberapa menurutnya terlihat “amat muda” (yang ironisnya, ini karena kondisi malnutrisi anak-anak itu). Seperti sebelumnya, dalam acara itu, anak-anak keluarga Turpin tak berusaha meminta tolong karena merasa terlalu ketakutan.

Mugshot Louise Turpin yang ternyata memiliki 
masa kecil tak kalah memilukan

Lalu apakah penyebab kedua pasangan ini “menggila” hingga tega menyiksa anak-anak mereka sendiri? Toh, ada peribahasa “segalak-galaknya induk macan takkan pernah memangsa anaknya sendiri”. Ternyata penyebabnya dapat dirunut di masa lalu Louise, sang ibu, yang teramat tragis. Menurut pengakuan adik Louise yang bernama Elizabeth Flores, ia mengaku bahwa dirinya, Lousie, serta seorang sepupunya yang bernama Patricia kerap mengalami penyiksaan seksual semenjak kecil oleh kakek mereka sendiri. Yang lebih bejat lagi, ternyata ini semua terjadi atas se-”izin”ibu mereka, yakni Phyllis, yang ternyata tega “menjual” kegadisan mereka pada sang kakek dengan membiarkannya memperkosa mereka dengan imbalan uang tunai. Perbuatan sang ibu yang menjijikkan itu mungkin terpatri di benak Lousie dan menjadi semacam “teladan” sehingga ia sendiri tak memiliki rasa keibuan yang mengayomi. Yang lebih naas lagi, semenjak pengalaman traumatis itu, Lousie menjadi terobsesi dengan ilmu hitam seperti ilmu sihir, ritual pegikut setan, hingga memainkan papan Ouija untuk memanggil arwah. Ini menunjukkan kerusakan yang dialami jiwa Louise sudah sedemikian parah.

Bagaimana dengan kondisi anak-anak keluarga Turpin sekarang ? Setelah diselamatkan, mereka mendapatkan perawatan dari para dokter dan psikiater, serta menunggu untuk diadopsi keluarga baru yang diharapkan mampu merawat dan menyembuhkan trauma lama mereka. Yang tragis, bahkan setelah apa yang mereka alami, anak-anak ini mengaku bahwa kadang mereka masih merindukan orang tua mereka, sebuah bukti bahwa anak-anak itu mengalami “Stockholm Syndrome”. Namun mungkin itu justru sesuatu yang baik. Natascha Kampusch, seorang wanita Austria yang mengalami nasib hampir serupa, yakni diculik dan dikurung dalam loteng selama 8 tahun, mengatakan bahwa satu-satunya cara agar anak-anak ini bisa “move on” adalah dengan memaafkan orang tua mereka. Dengan begitu, hati mereka akan mendapatkan sedikit kedamaian dan bisa memulai kehidupan baru.

Kisah ini memang luar biasa tragis, namun gue berharap, keluarga mereka mendapat awal yang baru dan kesempatan untuk mencicipi kehidupan normal yang bahagia setelah mereka akhirnya bebas.

Sumber: Wikipedia


5 comments:

  1. Gila, gak kebayang ortunya kenapa bisa kek gitu. Bagusnya dihukum mati aja harusnya

    ReplyDelete
  2. Merinding banget bacanya ga kebayang orang tua sendiri yang lakuin ya ampun 😥

    ReplyDelete
  3. 😭😭😭😭😭

    yang selama ini merasa orang tuanya galak, abusive, dsb, mari kita bersyukur bahwa nasib kita masih lebih baik dari mereka 😭

    ReplyDelete
  4. Update: Ternyata keluarga asuh mereka jauh lebih sadis daripada ortu mereka karena mereka sering dilecehkan secara seksual dan akhirnya keluarga asuh mereka juga dipenjara

    ReplyDelete