Gue
pernah membahas beberapa kasus penyekapan, antara lain yang menimpa Jayce
Dugard dan Elizabeth Fritzl yang disekap selama bertahun-tahun oleh
penculiknya. Namun kasus keluarga Turpin, yang modusnya sama, yakni menyekap
anak-anak selama bertahun-tahun, jauh lebih parah dan membuat siapapun yang mendengarnya
menjadi marah. Kasus keluarga Turpin di California, Amerika Serikat terbongkar
pada 2018 setelah salah satu korbannya lolos dan melapor pada polisi. Jika
kasus-kasus yang pernah gue bahas, walaupun tragis, hanya melibatkan penyekapan
satu orang anak, maka kali ini berbeda. Kasus ini melibatkan 13 anak.
Yap,
kalian nggak salah baca. Tiga belas anak. Salah satu, yang tertua, bahkan
disekap selama 29 tahun. Dan inilah fakta yang lebih mengejutkan.
Penyekapan
dan penyiksaan 13 anak ini dilakukan oleh orang tua kandung mereka sendiri.
Rumah keluarga Perris yang dibanjiri wartawan
setelah peristiwa menyesakkan di dalamnya akhirnya terkuak
Pada
14 Januari 2019, kedamaian di sebuah kota kecil bernama Perris di California
terkoyak. Suara sirine mobil polisi meraung membelah kegelapan malam.
Sebelumnya, di tengah suramnya malam, seorang gadis berhasil merangkak keluar
dari sebuah rumah yang tertutup rapat di kota tersebut. Ia membawa sebuah
telepon genggam mungil, namun percuma, telepon itu sudah dinon-aktifkan oleh
orang tuanya. Namun begitu ia menyadari bahwa di kondisi terkuncipun, telepon
itu ternyata tetap digunakan untuk layanan darurat, iapun menelepon 911. Ia
kemudian membuat pengakuan mengejutkan pada pihak berwajib. Ia mengaku disekap
seumur hidupnya di dalam rumah oleh kedua orang tuanya dan tak diperbolehkan
keluar. Tak hanya itu, 12 saudaranya yang lain juga dikurung di rumah itu dalam
kondisi yang tak layak, bahkan tak jarang disiksa.
Tak
menunggu lama, polisipun datang ke rumah yang dimaksud dan setelah mendobrak
masuk, mereka menemukan kenyataan mengejutkan. Gadis itu rupanya mengatakan
yang sebenarnya. Bahkan yang lebih parah, tiga anak ditemukan dalam kondisi
dirantai. Dan yang lebih tak manusiawi, tujuh anak di antaranya telah mengalami
penyekapan dan penyiksaan ini selama lebih dari 18 tahun. Semenjak itulah kasus
skandal keluarga Turpin terkuak.
Namun
siapakah keluarga Turpin itu?
Mugshot Allan Turpin sang suami
Marilah
kita mengenal mereka lebih dalam. Pasangan orang tua bejat itu bernama David
Allen Turpin dan Louise Ann Turpin. David (bukan gue lho yah, gue mah alim)
lahir pada 1961 dan pada usia 17 tahun, ia pertama kali berjumpa dengan Louise.
Kala itu Louise masih berusia 10 tahun, sehingga ia harus menunggu 6 tahun
kemudian hingga bisa menikahinya. David ternyata melangsungkan pernikahan tanpa
izin ayah Louise, seorang pendeta bernama Wayne Robinette, sehingga membuat
mertuanya itu murka. David dan Louise kemudian kawin lari dan memutus kontak
dengan semua keluarga mereka.
David
sendiri sebenarnya memiliki karir cemerlang sebagai lulusan sarjana komputer
dari kampus bergengsi Virginia Tech sehingga ia mampu membeli beberapa rumah.
Selama 30-an tahun menikah, mereka memiliki 13 anak karena sengaja tidak
menggunakan alat kontrasepsi ataupun konsep keluarga berencana karena landasan
keluarga mereka yang ultra-religius. Namun ternyata, keputusan memiliki anak
sebanyak itu ternyata tidak dibarengi dengan kondisi hidup yang layak.
Setelah
menikah pada 1986 hingga 2003, pasangan Turpin memiliki sebuah kediaman di
Texas. Ketika mereka akhirnya pindah ke California, tetangga mereka di Texas
diherankan dengan kondisi bekas rumah mereka yang cukup mencurigakan. Kondisi
rumah mereka amat buruk, bahkan kotoran manusia berceceran di berbagai sudut
rumah. Terdapat tali di sudut-sudut tempat tidur, seolah-olah digunakan untuk
mengikat seseorang di atas kasur itu. Sampah berserakan dan tak hanya itu,
bangkai-bangkai anjing dan kucing itu bergelimpangan di berbagai tempat. Namun
tetangga sama sekali tak berpikir terlalu jauh dan enggan melaporkannya pada
polisi.
Ketika
berada di kediaman mereka di California, sebenarnya tingkah keluarga itu sudah
mengundang kecurigaan tetangga mereka. Halaman mereka tak terpelihara dengan
rumput tumbuh tak terawat. Beberapa kali para tetangga melihat para anak-anak
yang disekap di sana, namun begitu melihat mereka, anak-anak itu sama sekali
tidak meminta tolong. Mereka justru “membeku” dengan wajah pucat karena
ketakutan. Kecurigaan tetangga itu membuat pasangan Turpin hendak pindah ke
Oklahoma, negara bagian Amerika yang lebih terpencil dan kurang ramai.
Beruntung sebelum rencana itu berhasil dieksekusi, ulah tak manusiawi mereka
sudah duluan terbongkar.
Bagaimana
dengan anak-anak mereka sendiri? Anak-anak yang terkecil (berjumlah 6 anak)
berusia antara 2 hingga 17 tahun. Sedangkan tujuh yang dianggap dewasa berusia
antara 18 hingga 29 tahun. Namun perlu diingat, akibat terus dikurung dan tak
pernah mengenyam bangku pendidikan, kondisi mental mereka amat terbelakang.
Bukan berarti mereka kurang cerdas, namun mereka masih bertingkah seperti
anak-anak dan juga memiliki pengetahuan yang teramat minim tentang dunia luar.
Anak yang kala itu berhasil lolos, yang berusia 17 tahun, mengaku ia hanya
bersekolah hingga kelas 1 SD sebelum akhirnya ia dikurung bersama saudara-saudaranya
dan tak pernah lagi diperbolehkan keluar rumah.
Seperti inilah yang dialami anak-anak keluarga Turpin setiap harinya
Pasangan
Turpin ternyata teramat kejam terhadap anak-anaknya. Mereka hanya mengizinkan
mereka makan sehari sekali dan mandi hanya sekali dalam setahun. Yap, kalian
tak salah baca. Sekali setahun! Semua anak mereka tentu saja mengalami
malnutrisi sehingga anak-anak mereka yang sebenarnya sudah berusia dewasa
(berumur di atas 18 tahun) masih terlihat seperti anak-anak. Anak tertua,
seorang wanita berusia 29 tahun, bahkan memiliki bobot badan hanya 37 kilogram
saking kurusnya! Secara mentalpun, mereka masih seperti anak-anak. Bahkan
mereka tak mengenal konsep seperti siapa itu dokter dan polisi.
Penyiksaan
macam apakah yang mereka terima setiap hari? Dari kesaksian anak-anak malang ini
di pengadilan terkuak perilaku bejat orang tua mereka meliputi memaksa
anak-anak itu mereka memakan kue yang sudah berjamur. Mereka juga tak
segan berbuat kasar kepada anak-anaknya dengan memukul, mencekik, bahkan
merantai anak-anaknya apabila merasa dirasa nakal dan tak menuruti perintah
orang tuanya. Pada
malam dimana nasib anak-anak keluarga Turpin terkuak oleh polisi, pasangan ini
tertangkap basah merantai 3 anaknya, yakni dua gadis berusia 11 dan 14 serta
seorang anak laki-laki mereka yang sudah berusia 22 tahun. Anak laki-laki
dianggap paling “nakal” oleh kedua orang tuaya hingga ia mengaku sudah dirantai
selama kurang lebih enam tahun. Bayangkan, enam tahun!
Tak
hanya itu, selama bertahun-tahun mereka dibesarkan dengan kondisi
memprihatinkan. Salah satu anak perempuan mengaku bahwa kadangkala ia terbangun
di tengah malam dalam keadaan sesak napas karena tercekik dengan bau feses dan
urine yang bertebaran di udara. Anak inilah yang nantinya memutuskan untuk
kabur dan meminta pertolongan pada dunia luar. Saking takutnya mereka pada
orang tua mereka, anak-anak ini membutuhkan waktu dua tahun untuk merencanakan
pelarian mereka. Pada malam dimana mereka dibebaskan, ada dua anak
sebenarnya berhasil melarikan diri melalui jendela. Namun satu anak menjadi
takut dan memutuskan kembali. Beruntung, sang gadis satunya masih memiliki
keberanian dan akhirnya berhasil memanggil polisi.
Kembali
ke pasangan Turpin. Setelah kejahatan mereka terbongkar, tak perlu menunggu
lama hingga mereka akhirnya ditangkap polisi. Untuk menggambarkan betapa
seriusnya kejahatan mereka, kita bisa melihat dari dengan besarnya uang jaminan
yang harus mereka bayar. Biasanya ketika kasus masih dalam proses pengadilan,
tersangka bisa memilih untuk membayar uang jaminan untuk bisa tetap bebas dan
tidak menunggu dalam kurungan. Uang jaminan biasanya besarnya bervariasi
berdasarkan tingkat kejahatannya. Semisal untuk kejahatan ringan, besarnya bisa
berkisar hingga 10 ribu dolar US (hampir 140 juta rupiah). Untuk kejahatan yang
lebih serius, seperti pembunuhan semisal, uang jaminan bisa mencapai 1 juta
dollar (hampir 14 M). Nah, bisakah kalian tebak uang jaminan untuk pasangan
Turpin ini?
12
juta dollar, atau setara 167 miliar rupiah! Tentu ini membuktikan mereka dianggap
amat berbahaya sehingga tak bisa dibiarkan lolos ataupun menghirup udara bebas
sesedikit apapun.
Ketika
diadili, pasangan Turpin memperoleh 13 dakwaan penyiksaan, 13 dakwaan
penyekapan, 13 dakwaan “child abuse”, dan yang lebih menjijikkan, sang ayah
mendapat dakwaan pelecehan seksual atas salah satu anak gadisnya yang masih
berumur 14 tahun kala itu. Ew!
Beruntung,
proses peradilan dipercepat dengan adanya barang bukti tak terbantahkan, yakni
diari yang dibuat oleh masing-masing anak selama mereka disekap. Yap, ternyata
selama ini tanpa sepengetahuan orang tua mereka, anak-anak ini mencurahkan
seluruh isi hati mereka dan penyiksaan yang mereka alami setiap hari dalam buku
harian. Akhirnya, pada April 2019, David dan Louise Turpin, pasangan orang tua yang
tega menyekap dan menyiksa buah hati mereka sendiri, akhirnya dijatuhi hukuman
seumur hidup. Mereka berdua dipisahkan di dua penjara yang berbeda sesuai jenis
kelamin mereka.
Keputusan
ini ternyata disambut baik oleh keluarga Turpin yang lain. Saudara-saudara
perempuan Louise sebenarnya selama ini cemas dengan kondisi keponakan-keponakan
mereka. Keluarga Louise tahu bahwa ia dan suaminya memiliki anak, namun mereka
tak pernah diperbolehkan untuk melihat, apalagi mengunjungi mereka. Uniknya,
pada anniversary pernikahan mereka, pasangan Turpin sebenarnya mengadakan acara
besar-besaran untuk merayakannya. Salah satu pengisi acara yang diundang bahkan
berfoto dengan pasangan Turpin dan anak-anaknya. Pada saat itu ia melihat
anak-anak keluarga Turpin dalam kondisi yang normal dan terawat, walaupun beberapa menurutnya
terlihat “amat muda” (yang ironisnya, ini karena kondisi malnutrisi anak-anak
itu). Seperti sebelumnya, dalam acara itu, anak-anak keluarga Turpin tak berusaha
meminta tolong karena merasa terlalu ketakutan.
Lalu
apakah penyebab kedua pasangan ini “menggila” hingga tega menyiksa anak-anak
mereka sendiri? Toh, ada peribahasa “segalak-galaknya induk macan takkan pernah
memangsa anaknya sendiri”. Ternyata penyebabnya dapat dirunut di masa lalu
Louise, sang ibu, yang teramat tragis. Menurut pengakuan adik Louise yang
bernama Elizabeth Flores, ia mengaku bahwa dirinya, Lousie, serta seorang
sepupunya yang bernama Patricia kerap mengalami penyiksaan seksual semenjak
kecil oleh kakek mereka sendiri. Yang lebih bejat lagi, ternyata ini semua
terjadi atas se-”izin”ibu mereka, yakni Phyllis, yang ternyata tega “menjual”
kegadisan mereka pada sang kakek dengan membiarkannya memperkosa mereka dengan
imbalan uang tunai. Perbuatan sang ibu yang menjijikkan itu mungkin terpatri di
benak Lousie dan menjadi semacam “teladan” sehingga ia sendiri tak memiliki
rasa keibuan yang mengayomi. Yang lebih naas lagi, semenjak pengalaman
traumatis itu, Lousie menjadi terobsesi dengan ilmu hitam seperti ilmu sihir,
ritual pegikut setan, hingga memainkan papan Ouija untuk memanggil arwah. Ini
menunjukkan kerusakan yang dialami jiwa Louise sudah sedemikian parah.
Bagaimana dengan kondisi anak-anak keluarga Turpin
sekarang ? Setelah diselamatkan, mereka mendapatkan perawatan dari para dokter
dan psikiater, serta menunggu untuk diadopsi keluarga baru yang diharapkan
mampu merawat dan menyembuhkan trauma lama mereka. Yang tragis, bahkan setelah
apa yang mereka alami, anak-anak ini mengaku bahwa kadang mereka masih merindukan
orang tua mereka, sebuah bukti bahwa anak-anak itu mengalami “Stockholm Syndrome”.
Namun mungkin itu justru sesuatu yang baik. Natascha Kampusch, seorang wanita
Austria yang mengalami nasib hampir serupa, yakni diculik dan dikurung dalam
loteng selama 8 tahun, mengatakan bahwa satu-satunya cara agar anak-anak ini
bisa “move on” adalah dengan memaafkan orang tua mereka. Dengan begitu, hati
mereka akan mendapatkan sedikit kedamaian dan bisa memulai kehidupan baru.
Kisah
ini memang luar biasa tragis, namun gue berharap, keluarga mereka mendapat awal
yang baru dan kesempatan untuk mencicipi kehidupan normal yang bahagia setelah
mereka akhirnya bebas.
Sumber: Wikipedia
Sumber: Wikipedia
Gila, gak kebayang ortunya kenapa bisa kek gitu. Bagusnya dihukum mati aja harusnya
ReplyDeleteMerinding banget bacanya ga kebayang orang tua sendiri yang lakuin ya ampun 😥
ReplyDeleteðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
ReplyDeleteyang selama ini merasa orang tuanya galak, abusive, dsb, mari kita bersyukur bahwa nasib kita masih lebih baik dari mereka ðŸ˜
Tega amat ni ortu,
ReplyDeleteUpdate: Ternyata keluarga asuh mereka jauh lebih sadis daripada ortu mereka karena mereka sering dilecehkan secara seksual dan akhirnya keluarga asuh mereka juga dipenjara
ReplyDelete