Titik
mengulurkan sebungkus arem-arem kepada kakaknya, Yuli. “Kau mau?”
“Huh,
tidak usah.” Ia mencibir, “Pasti itu kau beli di terminal tadi.
Jajanan tidak sehat, palingan juga tidak enak. Aku lebih suka makan
di rumah saja.” ujarnya sambil mengunyah sirih.
Titik
tersenyum sembari mengupas bungkus daun pisang arem-arem itu
memakannya. Sudah biasa ia menghadapi keketusan kakaknya. Bahkan
mungkin hanya ia sajalah yang tahan terhadap kelakuan kakaknya.
Karena sikapnya itulah barangkali, hingga kini Yuli masih saja belum
menikah, padahal usinya sudah lanjut. Titik sendiri seorang janda dan
memutuskan merawat kakaknya setelah kematian suaminya dan anak-anak
akibat erupsi Merapi beberapa tahun lalu. Kini ia tinggal di rumah
kakaknya di Magelang.
Titik
menoleh mendengar suara ribut-ribut di belakang.
“Apa
ya yang anak-anak itu ributkan?” Titik menoleh.
“Huh,
dasar kelakuan anak-anak zaman sekarang!” Yuli menggumam dengan
kesal karena keributan anak-anak itu membuatnya susah tidur. “Tak
tahu sopan santun.”
***
“Mama!”
tunjuk Naura, gadis cilik yang kini dipangku ibunya, “Lihat ada
kebakaran.”
Hervina
segera menoleh dan menyaksikan rumah yang mereka lewati dilalap api.
Kobaran bara yang merah dengan kepulan asap hitam pekat membumbung ke
angkasa terlihat dari jendela. Vina segera memeluk anaknya.
“Tenanglah,
Nau.” Vina berusaha menenangkan anaknya, “Sejam lagi kita akan
sampai ke rumah.”
***
“Apa
tidak sebaiknya kita berhenti?” tanya Syefira dengan cemas.
“Sepertinya dia terluka.”
“Mana?
Mana?” sang kernet juga dengan penasaran melongok ke jendela
belakang.
Mereka
semua terpekik ketika tiba-tiba seseorang tiba-tiba menerkam tubuh
pria itu hingga jatuh ke tanah.
“Astaga!
Apa yang terjadi?” jerit Tara.
Kami
melihat, seiring bus menjauh. Beberapa orang lain juga ikut
menerkamnya, seolah mereka begitu marah.
“Lihat
kebakaran di samping itu,” tunjuk Foo, “Mungkin pria itu yang
bertanggung jawab dan membuat marah penduduk.”
“Ah,
kasihan sekali.” ujar Tara, “Apa tak sebaiknya kita berhenti dan
menolongnya?”
“Tak
usah, kita kan harus mengejar waktu. Bukankah kita mau melihat sunset
di Borobudur?” Bima tampak tak setuju dengan usul itu.
Rima
menoleh ke arah pria yang duduk paling belakang. Anehnya, ia sama
sekali tak terlihat terganggu dengan kejadian tadi. Ia hanya duduk
diam memangku ransel coklatnya yang cukup besar.
Tiba-tiba
sang sopir mengerem busnya dengan mendadak. Mereka hampir saja terjatuh
ke arah depan jika saja tak segera berpegangan pada bangku mereka.
“Apa-apaan
sih?” nenek di depan mereka langsung berdiri dan marah-marah.
Penumpang
lain, yakni ibu dan anaknya serta nenek yang duduk bersamanya juga
tampak kebingungan.
“Raga!”
panggil sang sopir, “Cepat periksa ke depan! Ada orang di tengah
jalan?”
“Tengah
jalan?” sang kernet segera maju memenuhi perintah sang sopir.
Mereka
maju mengikuti kernet itu. Benar juga, di jendela depan sopir
terlihat tubuh seorang wanita tergeletak di tengah jalan.
“A ...
apa dia masih hidup?” ujar Rima cemas.
“Aku
seorang perawat,” wanita yang tadi memangku anaknya berdiri, “Aku
bisa menolongnya.”
“Tidak,
jangan!” cegah Foo, “Ini sangat .... aneh.”
“Aneh?”
Rima menatapnya, “Aneh bagaimana?”
“Ini
jalan utama kan? Bagaimana mungkin ada wanita tergeletak di jalan
seperti ini dan tak ada seorangpun yang menolongnya.”
“Kau
benar.” Rima menatap kembali ke depan, “Aku pernah mendengar
modus operandi perampok yang pura-pura terluka di jalan atau
mengalami kecelakaan, lalu ketika pengendara mobil turun untuk
menolongnya, anggota gerombolannya akan muncul untuk merampok.”
“Ta
... tapi ia kelihatan benar-benar terluka ...” bisik Vina dengan
ngeri.
Raga
turun dan mengecek kondisi wanita itu. Ia berlumuran darah. Raga lalu
memegang bahu wanita itu untuk membalik tubuhnya, namun tiba-tiba ...
“AAAAAAAAARGH!!!”
wanita itu tiba-tiba bangkit dan langsung menggigit leher Raga.
Tidak,
ia tidak hanya menggigitnya.
Ia
mengunyahnya.
Seakan
berniat memakannya.
Dan di
sekitarnya, makhluk-makhluk serupa mulai bermunculan.
“I ...
itu zombie!!!” teriak Bima.
BERSAMBUNG
Lanjutkeun bang
ReplyDeleteBang update lagi hal-hal lucu dong. Kaya pas dulu tuh judul lagu teraneh kalau gasalah postingannya, kocak bgt.
ReplyDeletelnjut kan suhu
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteChapter 1 nya di mana ya? Kok nggak ada?
ReplyDelete