Lahan pertanian di Hinterkaifeck ini menjadi saksi bisu salah satu kasus pembunuhan paling mencekam dalam sejarah Jerman
Hinterkaifeck adalah sebuah desa kecil
yang berada pada jarak 70 km dari kota Munich, Jerman. Desa terpencil
ini menjadi lokasi sebuah kasus pembunuhan paling misterius dalam
sejarah Jerman. Pada 31 Maret 1922, enam penghuninya ditemukan tewas
terbunuh. Mereka adalah keluarga Gruber yang mendiami sebuah lahan
pertanian dan peternakan di desa yang awalnya terpencil dan damai.
Berbagai fakta mengejutkan sekaligus
menakutkan ditemukan sepanjang penyelidikan, membuktikan bahwa
sesosok pembunuh misterius telah menghantui lahan pertanian itu
sebelum bahkan sesudah kasus pembunuhan itu, mengendap-endap di dalam
kegelapan malam, menunggu saat yang tepat untuk beraksi.
Dari bagaimana ia menghabisi keluarga
itu, jelas ia adalah seorang psikopat. Dan pelakunya mungkin adalah
seseorang yang tak pernah siapapun duga.
Dear readers, welcome to the Dark Case.
Lahan pertanian di Hinterkaifeck,
sebuah desa kecil di utara Jerman ini dihuni oleh beberapa keluarga
yang semuanya hidup harmonis. Seperti desa kecil pada umumnya, para
penghuninya saling mengenal. Salah satunya adalah keluarga Gruber
yang memiliki lima anggota. Andreas Gruber yang sudah berusia 60-an
tahun adalah sang kepala keluarga. Ia tinggal bersama istrinya,
Cazilia Gruber, anak perempuannya yang bernama Viktoria Gabriel dan
kedua cucunya, Cazilia (dinamai sama seperti neneknya) yang berumur 7
tahun dan Josef yang berumur 2 tahun. Viktoria sendiri menjanda
setelah suaminya yang bernama Karl Gabriel tewas pada Perang Dunia I
pada tahun 1914.
Kala itu tak ada yang menduga, bahwa
desa mereka yang sunyi senyap menjadi lokasi pembunuhan sadis paling
misterius dalam sejarah Jerman, ketika keluarga Gruber dan pembantu
mereka ditemukan terbantai.
Hal-hal aneh mulai terjadi di lahan
pertanian mereka sesaat sebelum pembantaian itu berlangsung. Enam
bulan sebelum peristiwa itu terjadi, pembantu mereka tiba-tiba
berhenti. Alasannya karena ia sering mendengar suara aneh dari loteng
dan mengira rumah tersebut berhantu. Loteng, sesuai dengan tradisi
Barat kala itu, dipergunakan sebagai gudang. Jadi seharusnya tak ada
yang mendiami loteng rumah tersebut. Namun nyatanya, sang pembantu
kerap mendengar suara langkah kaki dan aktivitas di bagian teratas
rumah tersebut.
Bukan itu satu-satunya hal aneh yang
terjadi. Andreas, sang kakek, menemukan sebuah koran yang tak pernah
ia beli, di dalam rumahnya. Dan yang paling menakutkan, beberapa hari
sebelum keluarga itu diserang, Andreas menemukan jejak kaki di atas
salju menuju ke kediamannya. Namun anehnya, sama sekali tak ada jejak
kaki yang mengarah keluar dari rumah. Pada saat yang sama, kunci
rumah juga tiba-tiba menghilang. Andreas juga mulai mendengar langkah
kaki dari atas loteng. Suatu malam, keluarga itu melihat seorang pria
tengah mengawasi mereka dari kejauhan, di balik hutan.
Pada 31 Maret 1922, keluarga itu
kedatangan seorang pembantu baru bernama Maria. Naasnya, pada malam
itulah pembunuhan sadis itu berlangsung. Pada malam itu, Andreas,
Cazilia istrinya, Viktoria putrinya, dan
Cazilia cucu perempuannya, dibunuh di dalam kandang kuda di lahan
peternakan mereka. Mereka dibunuh satu demi satu dengan menggunakan
sebuah “mattock” atau sejenis cangkul. Selesai menghabisi mereka
berempat, sang pembunuh dipercaya masuk ke rumah dan membunuh Maria
serta Josef, anak Viktoria yang masih berumur 2 tahun.
Warga kota sebenarnya mulai heran
ketika Cazilia, sang cucu perempuan, mulai absen tanpa keterangan di
sekolahnya. Para warga juga mulai bertanya-tanya ketika mereka tak
lagi melihat keluarga itu di ibadah Minggu pagi di gereja mereka.
Bahkan petugas pos-pun ikut merasa janggal ketika melihat surat-surat
yang diantarkannya seminggu lalu ke rumah mereka sama sekali belum
disentuh.
Namun tak ada satupun yang merasa
curiga, sebab cerobong keluarga Gruber kala itu masih mengeluarkan
asap, bukti bahwa seseorang masih menghuni rumah itu.
Keluarga Gruber, penghuni Hinterkaifeck yang bernasib naas
Suatu hari seorang mekanik bernama
Albert Hofner datang untuk memenuhi janjinya memperbaiki sebuah mesin
di kediaman keluarga tersebut. Ia mencoba mencari para penghuni
rumah, namun tak menemukan mereka. Pintu rumah mereka dalam keadaan
tertutup. Suara gonggongan anjing terdengar dari dalam. Karena sudah
mengenal baik keluarga Gruber, iapun memutuskan untuk memperbaiki
mesin itu. Ia juga sama sekali tak menaruh rasa curiga karena ia
masih bisa mendengar suara binatang ternak yang dipelihara di dalam
lumbung. Hari itu baginya terasa normal seperti hari-hari biasa.
Siang harinya, Albert pulang setelah
mesin itu berhasil ia perbaiki. Dalam perjalanannya, bertemu dengan
kepala desa Hinterkaifeck dan menceritakan tentang kondisi lahan
pertanian keluarga Gruber yang sunyi. Merasa curiga, ia-pun mengutus
kedua anaknya untuk menyelidikinya. Pada hari itu, para warga
menemukan kejutan mengerikan. Mereka menemukan mayat keluarga Gruber
tewas dibantai. Tak ada satupun yang selamat dari kejadian naas
tersebut.
Polisipun segera turun tangan. Karena
level kesadisannya yang mengejutkan, polisi lokal kewalahan dan
akhirnya meminta bala bantuan polisi dari kota Munich, yang terbiasa
menangani kasus besar. Namun sebelum mereka datang, warga desa yang
dikenal rajin bergotong royong memenuhi TKP bahkan memindahkan
jenazah para korban. Hal tersebut tentu merusak barang-barang bukti
di sana. Semua jenazah dan bukti yang tersisa kemudian dikirim ke
Munich untuk penyelidikan lebih lanjut. Sayang, pada Perang Dunia II,
kala terjadi pemboman di kota Munich, sehingga seluruh bukti tersebut
musnah.
Dari hasil penyelidikan kala itu
ditemukan bahwa seluruh harta milik keluarga tersebut masih utuh,
sehingga jelas perampokan bukanlah motifnya. Yang paling aneh,
penyelidikan membuktikan bahwa sang pelaku masih tinggal di rumah itu
selama beberapa hari setelah pembunuhan berlangsung, bahkan sempat
memberi makan hewan-hewan ternak di sana. Anjing keluarga Gruber
bahkan dipelihara dengan baik.
Seperti disebutkan tadi, salah satu
alasan mengapa para warga merasa tak curiga walaupun keluarga Gruber
lama tak menunjukkan batang hidung mereka. Hal ini karena cerobong
dapur keluarga tersebut masih mengeluarkan asap, membuktikan bahwa
seseorang masih menggunakan dapur itu untuk memasak. Seorang pria
konon melewati rumah tersebut saat malam hari dan mengaku ia mencium
bau yang amat menjijikkan dari asap perapian rumah tersebut.
Entah apa yang dimasak sang pembunuh
malam itu.
Bahkan yang paling membuat merinding,
kala Albert Hofner memperbaiki mesin keluarga Gruber, dipercaya sang
pembunuh masih berada di sana, mengawasinya. Menurut penuturan
Albert, ketika ia datang, ia melihat pintu rumah tertutup dan anjing
keluarga tersebut menggonggong dari dalam rumah. Ketika ia pergi,
anjing itu sudah berada di luar, bahkan tali lehernya terikat dengan
rapi di sebuah pohon, seolah seseorang mengajaknya jalan-jalan.
Namun siapakah pelaku pembunuhan sadis
tersebut? Bak bayangan, ia muncul dan kemudian menghilang. Tak ada
bukti tersisa yang mampu mengungkapkan misteri identitasnya. Namun
ada dugaan kuat tentang siapa pelakunya.
Jika kalian jeli, maka sedari awal
seharusnya kalian melihat sebuah kejanggalan dalam cerita ini. Apakah
kalian memperhatikannya?
Gue beri kesempatan satu lagi. Baca
paragraf pertama dan kelima dari artikel ini dengan seksama.
Jika kalian siap, akan gue berikan
jawabannya.
Foto lawas keluarga Gruber
Dari awal diceritakan bahwa Viktoria
adalah janda dan suami Viktoria yang bernama Karl Gabriel meninggal
dalam Perang Dunia I pada tahun 1914. Namun anehnya, pada 1922,
Viktoria memiliki seorang anak laki-laki berusia 2 tahun. Bayi itu
lahir enam tahun setelah kematian suaminya.
Lalu siapakah ayah anak itu?
Warga desa menduga bahwa Viktoria
terlibat hubungan terlarang, justru dengan ayahnya sendiri. Hubungan
incest inilah kemungkinan yang didengar sang pembantu (yang melarikan
diri karena menganggap rumah itu berhantu) di loteng, karena tentu
Viktoria dan ayahnya melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Mungkin
saja ini hanyalah pikiran kotor para penghuni desa, namun yang jelas,
suami Viktoria jelas bukan ayah Josef dan ada laki-laki lain yang
menjalin hubungan terlarang dengan wanita itu hingga ia mengandung.
Fakta ini seakan menjadi kepingan
sempurna untuk menyusun puzzle ini. Skandal ini jelas adalah sebuah
motif yang kuat untuk menghabisi seantero keluarga.
Bagaimana jika sang pembunuh adalah
suami Viktoria dan menantu Andreas, yakni Karl Gabriel?
Banyak yang menduga bahwa Karl Gabriel
sesungguhnya masihlah hidup. Ia mungkin diduga terbunuh, padahal
selamat (toh, jumlah korban Perang Dunia I amatlah banyak dan tak
semua bisa dipastikan kebenarannya). Mungkin ia tertangkap oleh musuh
dan dipenjara. Mungkin saja ia berhasil kabur namun karena
keterbatasan teknologi komunikasi saat itu ia tak bisa menghubungi
keluarganya. Mungkin saja ia terjebak di negara lain, ada banyak
kemungkinan.
Namun bagaimana jika ia berhasil
menemukan jalan pulang dan kembali ke Hinterkaifeck? Tentu ia
mengharapkan cinta dari istrinya begitu ia sampai. Bisa dibayangkan,
begitu terkejutnya ia begitu kembali dan menemukan bahwa istrinya
ternyata tak setia. Maka tak heran, dengan teramat sadis Karl
kemudian menghabisi keluarga istrinya itu tanpa ampun. Apalagi jika
ia sempat mendengar rumor bahwa Andreas, mertuanya sendiri, menjalin
hubungan incest dengan istrinya. Pasti itu akan meningkatkan
amarahnya dan terbukti pada level kesadisannya, dimana ia ikut
membunuh anggota keluarga lain yang tak berdosa.
Tapi ada yang kurang masuk akal.
Cazilia adalah putri kandungnya sendiri, namun mengapa ia tega
membunuhnya? Gue sendiri berteori bahwa kematian Cazilia adalah
kecelakaan. Cazilia, menurut penyelidikan polisi, masih hidup setelah
serangan itu. Terbukti pada luka di kepalanya yang membuktikan ia
menjambak rambutnya sendiri hingga tercabut dari kepalanya. Mungkin
saja, Cazilia kala itu tanpa sengaja terkena hempasan kapak, namun
masih bertahan hidup. Justru ia tewas karena shock melihat ibu dan
kakek neneknya sudah bergelimpangan menjadi mayat dengan kondisi
menggenaskan.
Itu juga menjelaskan mengapa Josef,
bayi berusia dua tahun yang tanpa dosa, ikut-ikutan dibunuh. Jelas
bagi Karl, jika ia benar pembunuhnya, balita itu adalah bukti
ketidaksetiaan istrinya. Ketidakberuntungan juga menimpa Maria yang
juga menjadi “collateral damage” atau korban sampingan dari
pembunuhan itu karena ia berada di tempat dan waktu yang salah.
Teori bahwa Karl sebagai sang pembunuh
juga diperkuat dengan fakta bahwa ia masih tinggal di rumah itu
beberapa hari setelah kematian anggota keluarganya. Ia jelas mengenal
dengan baik rumah itu. Bahkan, ia masih mengayomi binatang peliharaan
keluarga itu, yakni seekor anjing, juga rajin memberi makan
hewan-hewan ternak yang dibesarkan di peternakan itu.
Namun ada pula teori kedua. Ada seorang
lelaki lain di desa itu yang diduga sebagai ayah dari anak Viktoria,
yakni seorang duda bernama Lorenz Schlittenbauer. Buktinya adalah
inisial LS yang ditulis oleh Viktoria di akta kelahiran putranya.
Lorenz juga termasuk salah satu warga desa yang pertama menemukan
mayat keluarga Gruber dan memindahkan mereka demi alasan kemanusiaan.
Mungkin alasan dibaliknya adalah justru ia ingin merusak TKP agar
kasus itu tak terpecahkan. Ide itupun sempat tercetus di kepala
polisi, namun setelah penyelidikan lebih lanjut, Lorenz dilepaskan
karena ketiadaan bukti.
Teori ketiga adalah seorang pembunuh
berantai bernama Paul Muller. Paul adalah seorang serial killer yang
beraksi di Amerika Serikat dan membunuh korban-korbannya dengan
kapak. Kapak, merupakan senjata yang mirip dengan “mattock”,
senjata pembunuhan keluarga Gruber. Sama dengan kasus di
Hinterkaifeck, Paul membunuh hanya demi memenuhi hasrat pribadinya
dan sama sekali tak memiliki motif untuk merampok, sehingga
meninggalkan semua harta korbannya.
Ada yang menduga bahwa Paul, yang
seorang imigran dari Jerman, sudah memulai aksi sadisnya sebelum ia
pindah ke Amerika Serikat. Mungkin saja, kala itu ia tengah lewat di
peternakan keluarga Gruber dan tertarik tinggal di sana sementara,
mematai-matai mereka selama beberapa bulan, sebelum akhirnya
melampiaskan nafsu kejinya. Tapi, apakah Paul sebagai sosok pembunuh
berantai yang tak diragukan kesadisannya, juga penyayang binatang?
Kenapa ia malah memelihara dengan baik hewan-hewan yang ada di sana?
Ilustrasi "mattock" senjata pembunuhan kala itu
Satu lagi hal yang sangat disturbing
bagi gue di kasus ini adalah, siapapun pelakunya, ia adalah psikopat
sejati. Kalian mungkin masih ingat artikel tentang tes psikopat yang gue
muat bertahun-tahun yang lalu di blog ini, tentang perbedaan seorang
psikopat dan orang normal.
Katakanlah kalian ingin membunuh seseorang dan ia bersembunyi di dalam lemari, apa yang akan kalian lakukan?
Jika kalian memutuskan mendobrak lemari dan membunuhnya di sana, kalian justru normal.
Namun jika kalian memilih menunggu hingga korban kalian akhirnya keluar, kalian termasuk psikopat.
Yap, yang dilakukan sang pembunuh,
mulai dari bersembunyi di loteng, meninggalkan jejak (koran dan jejak
kaki di atas salju), menatap rumah mereka dari kejauhan, bahkan
tinggal di rumah itu setelah pembunuhan seakan tak terjadi apa-apa,
adalah ciri-ciri seorang psikopat sejati. Ia memilih menunggu,
ketimbang langsung beraksi. Bahkan ia masih terbilang santai, bahkan
mengamati Albert yang tengah memperbaiki mesin di pertanian itu,
mungkin sembari memainkan “mattock”-nya, menimbang-nimbang apakah
ia hendak membunuhnya juga atau tidak.
Kesabaran psikopatik yang tak normal
itulah yang membuat dirinya bisa dianggap gila dan amat berbahaya.
Entah apa yang sebenarnya terjadi pada
keluarga Gruber di rumah peternakan mereka di Hinterkaifeck atau
siapa sang pelaku sebenarnya. Kita hanya bisa menduga sebab semua
bukti sudah lenyap dan kasus itu sendiri terjadi hampir seabad yang
lalu. Siapapun pelakunya jelas perilakunya membuktikan bahwa sosok
psikopat tak selalu brutal dan temperamental. Ia juga bisa sabar,
perhitungan, dan teramat santai.
Sumber artikel: Wikipedia
Sumber gambar: Bizarrepedia, Red PigTools
Duh nyesel baca :(( jadi parno kan
ReplyDeleteSelalu waspada gaes, jgn lupa selalu kunci pintu, semoga kita semua selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa
Merinding banget bacanya ðŸ˜
ReplyDeleteSalah satu kasus yg terseram bagi saya, sengaja ya min foto2 seramnya gk ditampilkan :P
ReplyDeleteSebenarnya gue ada foto2 TKPnya sih tapi ada gambar mayatnya jadi ragu mau gw publish. Nanti gue tampilin deh di versi videonya di channel youtube mengaku backpacker.
DeleteSatu hal yang jelas, pembunuhnya itu seseorang yang dikenal baik sama keluarga Gruber. Soalnya anjing mereka (yang kemungkinan besar anjing penjaga) jinak sama si pembunuh bahkan setelah mencium bau darah majikannya di badan si pembunuh.
ReplyDeleteSatu lagi teori menurutku, keluarga Gruber nyembunyiin seseorang di loteng (kemnungkinan seseorang berkebangsaan yahudi). Orang itulah yang akhirnya jadi ayahnya Josef dan suaranya didengar oleh Maria. Sedangkan jejak kaki di salju itu, jejak kakinya si pembunuh (mungkin dia juga memburu si yahudi). Pas kejadian, karena si prmbunuh ga bisa nemuin orang yang ngumpet, dia membantai seluruh keluarga sebagai 'hukuman' dan pergi.
Terus si yahudi balik lagi ke tempat persembunyiannya, nemuin keluarga yang ngebantu semua tewas, dan ngegantiin hidup di sana sampe dia bisa keluar dengan aman.
Tapi pas si Albert dateng, dia ketakutan nd akhirnya kabur
Wah kejadiannya kira2 20 tahun sebelum perang dunia 2 jadi gue ga tau sih apa saat itu udah ada sentimen anti yahudi, tapi gue setuju ama teori anjingnya dan dan memperkuat dugaan juga kalo ka menantu pelakunya
DeleteUps, bacanya ga teliti.
DeletePas baca si menantu meninggal di medan perang, langsung yang kecantol di otak WW2 nd jaman Nazi 😂
Merinding bacanya :((
ReplyDelete