Bencana Coronavirus memang bikin banyak
orang mager, apalagi yang terpaksa tinggal di rumah sambil WFH-an.
Banyak yang memanfaatkan waktu karantina ini dengan streaming film
online (ini sebabnya Netflix menjadi satu-satunya perusahaan yang
sahamnya naik di tengah krisis Corona yang bikin banyak usaha
bangkrut). Uniknya, salah satu film yang jadi high demand di kala
wabah ini justru sebuah film yang dibesut hampir 10 tahun lalu, yakni
“Contagion”. Tak hanya karena dibintangi artis-artis tenar dengan
akting mumpuni seperti Matt Damon, Kate Winslet, Judd Law, dan
Gwyneth Paltrow, namun film ini juga mengangkat tema yang kita alami
saat ini, yakni sebuah wabah virus yang mencabik-cabik dunia.
Banyak yang mengatakan, bahwa film ini
memiliki kemiripan yang amat menakutkan dengan situasi yang tengah
kita alami kala ini, padahal dibuat hampir 1 dekade lalu. Bagaimana
film ini bisa meramal dengan tepat apa yang kita alami saat ini dan
apa saja persamaan film ini dengan wabah virus Corona yang tengah
kita alami? Gue akan bahas tuntas di artikel ini.
SPOILER ALERT: ARTIKEL INI AKAN
MEMBAHAS FULL SPOILER TENTANG FILM INI!!!
1. ASAL MUASAL SANG VIRUS
Inilah
mungkin salah satu kesamaan yang paling membuat merinding di film
ini, bahkan membuat beberapa orang menjuluki film ini “profetik”
alias bisa meramalkan masa depan. Dalam ending film ini (gue udah
spoiler alert di atas lho ya) sekaligus menjadi twist cerdas dalam
film ini, diceritakan Day 1 atau asal mula infeksi ini terjadi.
Dikisahkan Patient Zero dalam film ini, Gwyneth Paltrow bersalaman
dengan seorang chef. Sebelumnya, sang chef sedang mempersiapkan
seekor babi untuk dimasak dan tidak mencuci tangannya dulu sebelum
bersalaman. Sang babi itu sebelum disembelih memakan sebuah pisang
yang dijatuhkan oleh seekor ...
Kelelawar.
Yap, virus dalam film ini (dinamakan
Mev-1) dikisahkan berasal dari seekor kelelawar, sama seperti
pendapat para ahli tentang asal muasal virus Corona yang kini melanda
dunia. Namun jauh lebih dalam dari itu, virus di film ini diceritakan
sebagai produk dari pengrusakan hutan. Diceritakan sebuah buldoser
meratakan hutan sehingga mengusir kelelawar yang bertempat tinggal di
pohon. Akibatnya iapun terbang ke dekat pemukiman dan menebar virus
tersebut.
Namun bagaimana bisa para penulis film
ini bisa meramalkan begitu tepat bahwa suatu saat nanti sebuah virus
berbahaya bisa muncul dari seekor kelelawar? Film ini konon
terinspirasi oleh virus Nipah yang merebak di Malaysia sejak tahun
1999. Kala itu, virus Nipah memang berasal dari air liur kelelawar
yang kemudian bisa menjangkiti babi. Kelelawar sendiri memang dikenal
sebagai carrier berbagai macam virus berbahaya. Dikatakan carrier
sebab virus tersebut tidak membahayakan sang kelelawar sendiri, namun
bisa membunuh manusia apabila tertular.
2. ISTILAH “SOCIAL DISTANCING”
Tak hanya terinspirasi oleh virus yang
benar-benar ada, film ini juga amat akurat karena menggunakan jasa
para ilmuwan dan dokter asli sebagai referensinya. Tak heran,
berbagai jargon-jargon yang kita dengar pada saat Corona mewabah
ternyata sudah diperkenalkan 10 tahun lalu melalui film ini. Salah
satu adalah “social distancing” yang diucapkan tokoh Dr. Ellis
Cheever yang diperankan aktor Laurence Fishburne. Jargon ini (bisa
kalian lihat di klip ini mulai dari menit ke 2.04) diucapkan olehnya
beserta saran-saran lainnya yang sudah kerap kita dengar di televisi
saat ini, yakni “tidak bersalaman”, “tetap di rumah”, dan
“rajin cuci tangan”. Tak asing kan guys?
Yang lebih creepy lagi, sosok sang
pewawancara di film ini adalah Dr. Sanjay Gupta, seorang koresponden
CNN. Kelak, 10 tahun setelah pembuatan film ini, ia juga akan
memberitakan tentang wabah virus, mirip dengan film ini, yakni
Coronavirus. Sehingga bisa dibilang perannya di film ini berubah
menjadi nyata.
3. DOKTER YANG MENGORBANKAN DIRINYA
Salah satu bintang film ini, yakni Kate
Winslet memerankan Dr Erin Mears yang berjuang menangani virus ini
namun pada akhirnya terinfeksi oleh penyakit ini dan meninggal. Tokoh
yang dimainkan oleh pemeran Titanic ini jelas menggambarkan garda
terdepan dalam perang melawan virus, yakni para dokter dan perawat,
yang naasnya, seringkali justru menjadi korban keganasan virus ini
sendiri. Seperti sudah diramalkan, kejadian serupa pun terjadi jika
kita menilik betapa banyaknya petugas medis yang tak hanya
terjangkit, namun juga meninggal, karena merawat pasien Covid-19.
4. KEKACAUAN PANIC BUYING
Di film |
Kenyataan |
Dalam salah satu adegan film ini juga, digambarkan kekacauan sosial yang disebabkan oleh wabah ini yang menyebabkan para pembeli menyerbu, bahkan merampok, sebuah department store. Bisa kita lihat dalam adegan tersebut, rak-rak nampak kosong karena adanya panic buying, yang juga terjadi di kehidupan nyata akibat wabah Covid-19. Bahkan ada komentar di YouTube yang menceletuk bahwa kondisi di film ini kurang realistis sebab masih ada kotak-kotak sereal tersisa di rak, sementara di kehidupan nyata, semua kotak sereal tersapu habis tak meninggalkan sisa sedikitpun akibat panic buying. Lah, malah lebih parah kehidupan nyata dong ketimbang film-nya? Namun beruntung, pencurian serta kerusuhan yang terlihat di film ini tidak terjadi di kehidupan nyata.
Atau belum?
5. DIALOG YANG MUNGKIN BISA KITA DENGAR DIUCAPKAN SEKARANG OLEH ORANG-ORANG DI SEKITAR KITA
Dalam film ini terdapat dialog antara seorang pria bernama Dave dengan Dr. Erin Mears sebagai berikut:
Dave: "My wife makes me take off my clothes in the garage. Then she leaves out a bucket of warm water and some soap. And then she douses everything in hand sanitizer after I leave. I mean, she's overreacting, right?"
Dimana intinya, istri sang karakter ini, Dave, meminta suaminya mengganti pakaiannya begitu ia pulang ke rumah dan langsung mencucinya, juga menggunakan hand sanitizer. Terdengar tak asing?
6. “CONSPIRACY THEORY” YANG
MEMPERKERUH SUASANA
Tak hanya kondisi-kondisi medis
berhasil diramalkan oleh film ini, namun juga perilaku masyarakat dan
situasi sosial di tengah wabah juga ternyata cocok dengan kehidupan
sesungguhnya. Di film ini, sosok Jude Law memerankan tokoh antagonis
bernama Alan Krumwiede, seorang blogger yang begitu percaya pada
teori konspirasi. Ia juga mengambil keuntungan dari wabah ini dengan
menyatakan bahwa sebuah obat herbal bernama Forsythe bisa
menyembuhkan serangan virus Mev-1 yang merajalela di film ini.
Padahal klaim tersebut tidak memiliki bukti medis.
Well, pada zaman film ini dibuat (10
tahun lalu) mungkin belum ada istilah influencer ya, namun sekarang
ada banyak influencer (atau selebriti internet lainnya) yang
menyebarkan info yang tidak benar tentang Covid-19 kepada para
pengikutnya. Ambil contoh aja, ada tik-tokers asal Indonesia yang
memasukkan Dettol ke dalam diffuser. Tak hanya itu, di Amerika
Serikat sendiri para penganut teori konspirasi berpendapat bahwa
wabah pandemi Corona hanyalah hoax yang disebarkan pemerintah untuk
merebut kebebasan mereka. Duh.
7. KUBURAN MASSAL
Di film |
Kenyataan |
Mungkin inilah salah satu fakta menakutkan yang dengan tepat diramalkan oleh film ini, yakni karena banyaknya korban jiwa, dibuatlah kuburan massal untuk menampung para mayat yang tak bisa lagi dikubur dengan normal. Hal yang sama terjadi di New York dimana sebuah kuburan massal dipersiapkan untuk para korban keganasan virus Corona ini. Tak hanya itu, “ritual” pemakamannya pun cukup mirip. Di film, jenazah para korban virus dibungkus dalam plastik sebelum dikubur, sementara di kehidupan nyata, tak hanya dibungkus plastik, jenazah juga diletakkan di dalam peti sebagai langkah pengamanan tambahan.
Bisa dibilang satu-satunya hal yang tak akurat di film ini adalah betapa cepatnya pemerintah menangani krisis wabah Mev-1 di film tersebut, bahkan langsung menurunkan ilmuwan-ilmuwan topnya. Vaksin-pun bisa dengan cepat dibuat. Situasi di dunia nyata justru sebaliknya, dimana reaksi pemerintah (di dalam dan di luar negeri) amatlah lambat.
Well guys, sebagai penutup, nggak semua
kok detail dalam film “Contagion” ini sama dengan kehidupan
nyata, dan itu malah hal yang bagus. Dalam film ini, virus Mev-1
membunuh 26 juta warga dunia sedangkan jumlah fatalitas virus Corona
dalam kehidupan nyata (semoga saja) takkan setinggi itu.
Mungkin karena pembuat film berasumsi POTUS adalah Obama sehingga dia ngga bakal main2 dalam menangani virus, bukan.. you-know-lah yang serba blunder dalam menghadapi corona (bahkan nyuruh suntik disinfektan ke orang2 sehat biar aman dari corona).
ReplyDeleteTambahan nih bang, satu lagi ketidakakuratan dalam film contagion adalah ngga adanya adegan orang2 berantem di supermarket memperebutkan tisu toilet
Bagian terbaiknya malah g sama :((
ReplyDeletejangan lupa endingnya, dimana pemerintah nyembunyiin vaksin asli, karena emang langka dan susah dibuat. jadi cuma di sebar di kalangan elit. ga kebayang kalo itu beneran ada di dunia nyata
ReplyDeleteSatu tahun kemudian, lagi banyak vaksinasi sekarang
DeleteTapi kemungkinannya juga bukan nol sih.
-BN