Perkembangan arsitektur gereja-gereja di Eropa memang memiliki sejarah yang panjang. Hingga kini bahkan penganut agama selain Kristen pun akan kagum melihat penampilan gereja-gereja di Eropa. Secara umum, ada empat gaya gereja di Eropa, yaitu Byzantium, Romanesque, Gotik, dan Barok. Aku pernah membahas gereja-gereja bergaya arsitektur Gotik dan Barok. Nah, kali ini aku akan membahas gereja-gereja bergaya arsitektur Romanesque. Gereja-gereja ini memiliki keunikan, yaitu bentuk bangunannya menyerupai puri atau kastil khas Eropa.
Istilah "Romanesque" pertama kali diciptakan pada tahun 1818 oleh Charles-Alexis-Adrien de Gerville untuk menggambarkan sebuah gaya arsitektur yang mendahului gaya arsitektur Gotik. Istilah ini juga dikenal dengan sebutan gaya “Roman” di Prancis, “Romanish” di Jerman, “Romanico” di Italia, dan “Romanesk” di Indonesia. Gaya ini berkembang di Eropa sejak tahun 800 (abad ke-9) hingga tahun 1100 (abad ke-12). Gaya ini kemudian lenyap (atau lebih tepatnya berevolusi) setelah munculnya gaya Gotik abad ke-12. Sesuai namanya, gaya arsitektur ini banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur Romawi kuno. Berikut ini beberapa ciri khasnya.
1. Adanya Busur Lengkung
Inilah ciri utama gaya Romanesque yang membedakannya dengan gaya lain, yaitu adanya busur lengkung. Busur lengkung adalah pertemuan antara dua pilar yang membentuk busur setengah lingkaran.
Inilah yang membedakan gaya ini dengan gaya Yunani Kuno, Gotik, hingga gaya Islam. Gaya Yunani Kuno tidak memiliki lengkungn pada pertemuan dua pilarnya, gaya Gotik memiliki lengkung berujung lancip (pointed arch), sedangkan gaya Islam memiliki lengkung berbentuk tapal kuda (horse-shoe arch).
2. Bangunan tampak bulky (sangat besar) dan kokoh
3. Bahan bangunannya berupa potongan-potongan batu berukuran besar dan berat.
Bahan ini membuat gereja bergaya Romanesque tahan lama karena kekuatannya. Oleh sebab itu, gaya ini juga sering dimanfaatkan untuk membuat benteng dan kastil.
4. Dinding sangat tebal dan masif (padat) untuk memperkuat struktur.
5. Memiliki jendela yang berukuran kecil.
Hal ini bertujuan agar dinding tidak roboh apabila jendela terlalu besar. Hal ini sangat berlawanan dengan gaya Gotik yang memiliki jendela berukuran sangat besar karena adanya teknologi “flying buttressess” yang menopang dinding.
5. Adanya arcade
Arcade adalah barisan busur (arches) yang berfungsi sebagai jendela.
Arcade yang tidak memiliki jendela (hanya dinding biasa) dan hanya berfungsi sebagai dekorasi disebut sebagai blind arcade.
6. Adanya vault
Vault adalah langit-langit yang berbentuk melengkung. Adanya vault ini memungkinkan dibuatnya atap dari batu untuk menggantikan atap dari kayu yang mudah terbakar.
Ada tiga jenis vault yang dikenal.
* Barrel vault, yaitu jenis vault yang paling sederhana dimana ada rusuk yang membagi langit-langit menjadi dua bagian secara horisontal.
* Groin vault, dimana ada rusuk yang membagi langit-langit menjadi empat bagian secara diagonal.
* Ribbed vault, dimana ada rusuk yang membagi langit-langit menjadi enam bagian (dua diagonal dan satu horisontal). Ribbed vault sudah merupakan ciri khas gaya gotik.
7. Fasad bagian depan umumnya “miskin” dekorasi.
8. Terdapat banyak menara, umumnya berujung lancip.
Nah, berikut ini adalah beberapa contoh gereja bergaya Romanesque. Ciri khasnya jelas, yaitu dari luar terlihat seperti puri atau benteng.
Gereja St. Michael (Qingdao, Cina)
Katedral Trier (Trier, Jerman)
Biara Maria Laach (Jerman)
Tum Collegiate Church (Polandia)
Katedral San Lorenzo (Genoa, Italia)
Gereja St. Martin (Koln, Jerman)
Notre-Dame-du-Mont-Cornadore, Saint-Nectaire (Prancis)
Katedral Southwell (Inggris)
Katedral Wormser (Jerman)
Biara Cerisy le Foret (Normandy, Prancis)
Katedral Speyer (Jerman)
Katedral Limburg (Jerman)
Gereja St. James (Lebeny, Hungaria)
Gereja Sainte-Gertrude (Nivelles, Belgia)
Husaby Church (Swedia)
Ják Church (Hungaria)
Katedral Tournai (Belgia)
Katedral Pisa (Italia)
Gereja ini adalah contoh gereja bergaya Romanesque paling terkenal. Siapapun pasti tahu Menara Pisa yang merupakan salah satu keajaiban dunia. Menara Pisa sebenarnya dirancang sebagai menara lonceng gereja ini. Bentuk gereja ini mungkin tak mirip dengan kastil atau puri, namun ciri khas berupa lengkung busur yang terdapat di fasad depan dan menaranya membuatnya digolongkan bergaya arsitektur Romanesque.
Dalam perkembangannya, terlihat sekali bahwa gaya ini kemudian berevolusi menjadi gaya gotik. Perhatikan saja persamaan Katedral Lisbon di Portugal yang masih bergaya Romanesque ini dengan Katedral Notre Dame di Paris yang bergaya Gotik.
Bentuk portal (pintu) gereja gotik pun berevolusi dari pintu gereja Romanesque. Perhatikan persamaan pintu bergaya Romanesque dan Gotik ini, yang berbeda hanya pada busurnya (busur lengkung digantikan busur lancip).
Bentuk menara gereja gotik juga berevolusi dari gereja Romanesque.
Begitu pula dengan bentuk jendela mawar (rose window) gereja Gotik juga berasal dari bentuk jendela roda (wheel window) gereja Romanesque.
Walaupun terlihat gagah namun secara pribadi, gereja-gereja bergaya Romanesque ini memang kurang “menggigit”. Tak heran, pamor gereja-gereja ini masih kalah dengan gereja-gereja bergaya Gotik yang legendaris. Tapi maklum lah, gaya ini kan muncul lebih dulu. Tanpa gaya ini, bisa dibilang gaya Gotik takkan lahir. Tapi unik juga ya melihat suatu gaya arsitektur bisa berevolusi dari satu bentuk ke bentuk lainnya?
ijin copy paste guys,GBU
ReplyDeleteterima kasih .dan sangat bermanfaat buat sya.
ReplyDeletesukses sellu
Blog yang menarik, mengingatkan saya akan Katedral di Florence , basilica ini didisain oleh Arnolfo di Cambio dan kubahnya oleh Filippo Brunelleschi. Menara loncengnya didisain oleh Giotto.
ReplyDeleteSaya mencoba menulis blog tentang katedral ini, semoga anda juga suka: http://stenote-berkata.blogspot.hk/2018/04/florence-di-piazza-del-duomo_11.html