Friday, July 23, 2021

BEDAH ENAM KASUS (PART 2) YANG TENGAH MENGHEBOHKAN AMERIKA SAAT INI: MULAI DARI PENYAKIT MENTAL BERUJUNG PEMBANTAIAN, ULAH MEMALUKAN TURIS AMERIKA DI ITALIA, HINGGA SKANDAL DIBALIK PERCERAIAN BILL GATES

Di edisi kedua gue akan membahas kasus keluarga keturunan Bangladesh yang tewas secara menggenaskan di Texas, kasus dua turis asal Amerika yang membunuh seorang polisi di Italia, Bill Gates yang digadang-gadang disebabkan oleh kedekatannya dengan Jeffrey Epstein. 

KASUS KEEMPAT: 

KEMATIAN KELUARGA PAKISTAN DI ALLEN, TEXAS

Kalian mungkin masih ingat akan kasus Menhaz Zaman, seorang pemuda keturunan Pakistan yang membunuh keluarganya sendiri di Kanada. Kejadian hampir sama terjadi di kota Allen di negara bagian Texas, AS di mana polisi menemukan seluruh anggota keluarga imigran asal Bangladesh tewas secara menggenaskan. Sebuah bukti mengejutkan didapatkan pihak berwajib dari akun Instagram salah satu korban yakni, Farhan Tauhid yang masih berusia 19 tahun. Dalam postingan Instagram tersebut, Farhan mengupload pengakuannya bahwa ia hendak bunuh diri dan mencabut nyawa seluruh keluarganya supaya mereka tidak malu dan sedih ketika menemukan tubuhnya tak lagi bernyawa.

Yang lebih mengejutkan, aksi sadis Farhan tersebut dibantu oleh kakaknya sendiri yang bernama Tanvir Tauhid, berusia 21 tahun, yang juga ikut bunuh diri dalam pembantaian naas itu. Padahal, keduanya tercatat sebagai mahasiswa di sebuah universitas di Austin Texas. Akan tetapi rupanya Farhan telah menderita depresi sejak usia remaja. Farhan dan Tanvir menghabisi seluruh keluarganya yang terdiri atas orang tua mereka, Towhidul Islam dan Irene Islam, adik perempuan mereka yakni Farbin Tauhid, serta nenek mereka Alfatun Nessa. Nasib paling tragis diterima oleh sang nenek yang berusia 77 tahun, pasalnya seharusnya kini ia sudah pulang ke negaranya, namun terjebak di Amerika Serikat karena wabah Coronavirus yang membuat Bangladesh mengalami lockdown.

Kejadian ini tentu membuat warga Texas, terutama mereka yang merupakan imigran dari Asia Selatan, menjadi syok. Pasalnya para imigran Asia dikenal sangat berbakti pada keluarga mereka. Akan tetapi tragedi seolah menodai reputasi tersebut. Apakah depresi dan trauma yang dialami oleh kedua kakak beradik ini juga disebabkan oleh karantina selama wabah coronavirus, entah kita mungkin takkan tahu. Namun kita hanya bisa berharap supaya kejadian yang sama tak akan terulang lagi.

Kasus ini juga membuktikan bahwa kita tak bisa meremehkan penyakit mental seperti depresi begitu saja. Jangan cuma menjawab, “Ah terima saja.” atau “Banyak-banyak bersyukur” dan malah membandingkan kehidupan mereka dengan orang lain. Namun kita juga harus memberi mereka pengobatan yang semestinya untuk mengobati depresi tersebut supaya tak berujung kepada tragedi.

SUMBER: WFAA


KASUS KELIMA: 

KEBRUTALAN MEMALUKAN TURIS AMERIKA DI ITALIA

Kasus yang terjadi tahun 2019 ini cukup membuat gue geram hingga sekarang. Kisah ini diawali dengan dua orang turis asal Amerika bernama Finnegan Elder yang berusia 19 tahun dan Gabriel Christian Natale-Hjorth yang berusia 18 tahun. Mungkin sekilas mereka tampak seperti pemuda-pemuda belia dengan masa depan cerah, namun yang terjadi justru sebaliknya. Mereka berdua ditangkap kepolisian Italia karena dituduh terlibat atas kematian seorang polisi bernama Mario Cerciello Rega pada 26 Juli 2019 dan alasannya benar-benar membuat semua orang marah.

Kedua bocah tersebut ternyata hendak mencari barang haram berupa kokain ketika tengah berpelesir di negara lain, namun justru salah sasaran dan malah berdagang dengan seorang informan polisi. Akibatnya mereka berduapun segera digrebek oleh pihak berwajib. Tak ayal, kedua bocah itupun melawan, bahkan menusuk sang polisi sebanyak 11 kali hingga ia pun meregang nyawa dan tewas. Mereka kabur ke hotel, namun dalam waktu singkat segera tertangkap oleh kepolisian Italia. Bukti yang memberatkan berupa pisau yang digunakan untuk menusuk Mario masih tersimpan rapi di dalam hotel mereka

Tentu saja kasus ini menimbulkan kemarahan warga Italia. Sebagai tamu yang berkunjung ke negara tersebut, sudah sepantasnyalah mereka menghormati hukum dan adat istiadat yang berlaku, bukannya berbuat seenaknya, seolah-olah mereka masih berada di kampung halaman mereka. Bukannya menikmati panorama Italia yang begitu indah dan membantu perekonomian setempat, namun mereka malah asyik membeli narkoba, sampai tega membunuh seorang penegak hukum setempat.

Kedua bocah tak beradab tersebut beralasan bahwa mereka sama sekali tidak tahu bahwa Mario adalah seorang polisi. Alasannya sederhana, karena Mario kala itu sedang terlibat dalam operasi penyamaran dan memakai seragam preman. Mereka mengaku kala itu mengira bahwa mereka tengah diserang oleh anggota mafia sehingga mereka pun melawan. Halangan bahasa pun menjadi salah satu faktor dalam peristiwa tersebut, pasalnya kedua bocah tersebut sama sekali tidak mengerti perkataan Mario ketika ia memperkenalkan diri sebagai seorang polisi.

Namun alasan tersebut tidak begitu saja diterima pihak berwajib. Kita logika saja, apabila memang mereka berusaha mempertahankan diri, maka mungkin 1 atau 2 tusukan saja cukup, kemudian kabur untuk menyelamatkan diri. Namun nyatanya ada 11 luka tusukan dalam tubuh Mario, menandakan bahwa pembunuhan itu dilakukan dengan teramat keji.

Kala itu memang hanya hanya Finnegan yang menusuk sang polisi, namun Gabriel sang rekannya juga ikut bertanggung jawab karena sidik jarinya ditemukan di pisau tersebut. Diduga ia berusaha menyembunyikan pisau di kamar hotel itu supaya tidak ditemukan polisi. Akibatnya, setelah proses pengadilan panjang penuh sensasi, pada 2021 kedua bocah itu akhirnya diberi hukuman maksimal, yakni penjara seumur hidup. Keputusan ini disambut baik dengan gegap gempita oleh rakyat Italia yang sejak awal memang dibuat marah oleh aksi keji kedua turis tersebut. Selayaknya hal ini menjadi pelajaran bagi kita untuk tetap menghormati semua wilayah yang kita kunjungi dan jangan melanggar hukum apapun!

SUMBER: REUTERS


KASUS KEENAM: 

APAKAH BILL GATES DICERAIKAN ISTRINYA KARENA TERLIBAT SKANDAL PEDOFIL?

Salah satu berita paling mengejutkan di Amerika Serikat saat ini adalah perceraian orang terkaya di dunia, yakni Bill Gates dengan istrinya, Melinda, walaupun mereka telah menikah selama puluhan tahun. Hal ini mungkin membuktikan bahwa kekayaan tak selamanya membuat kita bahagia, pasalnya keluarga terkaya di duniapun sampai bercerai. Namun ada selentingan kabar miring mengenai alasan perceraian tersebut, yakni kedekatan Bill Gates dengan Jeffrey Epstein. Benarkah ada kaitan antara bos Microsoft tersebut dengan dengan sang pedofil terkenal tersebut?

Pertemuan pertama antara Bill dengan Jeffrey yang terekam kamera terjadi pada September 2013 ketika mereka hadir di acara yang diadakan oleh Walikota New York kala itu, Michael Bloomberg. Pertemuan tersebut konon menjadi titik awal “persahabatan” Bill Gates dengan Epstein. Namun berita kedekatan mereka berdua tentu membuat Melinda Gates istrinya resah. Pasalnya siapa tak mengenal nama Jeffrey Epstein sebagai seorang pedofil kelas kakap yang memiliki bisnis perdagangan gadis di bawah umur?

Bill Gates sendiri mengaku bahwa ia tak dekat dengan sang pedofil, namun bukti berkata lain. Majalah New York Times dengan terang-terangan melaporkan bahwa Bill Gates sesungguhnya telah mengenal Epstein semenjak 2011, bahkan secara rutin bertemu dengannya. Padahal kala itu Epstein sudah pernah dipenjara di Florida atas tuduhan memperdagangkan garis-garis di bawah umur, sehingga Bill Gates tahu dengan benar reputasi pria itu yang sesungguhnya. New York Times juga melaporkan bahwa tak hanya Bill Gates, namun dua orang yang cukup memiliki posisi tinggi di dalam perusahaan Microsoft juga terlibat dengan sang raja pedofil tersebut.

Pertama adalah Boris Nikolic, seorang penasehat Bill Gates sekaligus ahli bioteknologi. Bahkan Boris diketahui begitu dekat dengan Epstein hingga namanyapun muncul di surat wasiatnya setelah ia ditemukan mati “bunuh diri”. Bahkan kabar yang lebih menghebohkan mengemukakan bahwa Bill Gates menaiki pesawat pribadi Epstein pada tahun 2013 dari New Jersey ke Palm Beach, Florida. Perlu dicatat bahwa pesawat jet tersebut seringkali digunakan oleh Epstein untuk mengangkut tamu-tamu agungnya untuk dijamu ke pulau pribadinya di Virgin Island demi menikmati jasa prostitusi gadis-gadis di bawah umur. Bahkan pesawat tersebut oleh pihak pers sebagai “Lolita Express”.

Ingat bahwa kala itu Bill Gates merupakan pria terkaya di dunia dengan kekayaan hingga 56 miliar dolar. Pastilah itu membuat Epstein berliur karena ia tentu mengincar klien-klien dengan kekayaan tinggi. Bill Gates sempat menampik tuduhan tersebut dan mengaku dalam sebuah wawancara bahwa ia tak pernah pergi ke Florida dan kedekatannya dengan Epstein hanyalah sebatas pada penggalangan dana demi filantropi.

Hubungan kedekatan Bill Gates dengan Epstein dicerca habis-habisan oleh istrinya Melinda. Bahkan ia mengaku, bahwa tanpa latar belakangnya sebagai raja pedofil-pun, Melinda-sudah terlanjur ilfil dengan pria tersebut karena menganggapnya sebagai pria yang sangat menyebalkan dan memiliki manner yang sangat buruk, terutama pada saat makan malam. Epstein sendiri rupanya ingin dikenal dekat dengan Bill Gates, bahkan membesar-besarkan hubungan kedekatannya dengan mengaku bahwa ia adalah konsultan pajak dari sang miliuner tersebut, walaupun hal itu lagi-lagi ditampik Bill Gates mentah-mentah.

Hubungan Bill Gates dan Epstein sepertinya mulai kandas pada tahun 2014 dimana Bill Gates diketahui berhenti berbicara dengan Epstein. Tak jelas apa alasannya, namun hal itu itu tak serta merta membuat hubungan Epstein dengan perusahaan Microsoft menjadi putus. Pasalnya Bill Gates bukanlah satu-satunya link-nya ke perusahaan besar tersebut. Catatan telepon Epstein membuktikan bahwa ia menyimpan nomor milik seseorang bos Microsoft bernama Nathan Myhrvold. Bahkan majalah Vanity Fair pada 2019 menyebut bahwa kedua orang tersebut adalah teman lama, dimana Epstein mengunjungi Nathan dengan gadis-gadis cantik yang disebutnya sebagai model-model Rusia. Seperti biasa, gadis-gadis ini juga kemungkinan merupakan gadis-gadis di bawah umur.

Sebelumnya, pada tahun 2003, majalah yang sama menyebut Nathan sebagai salah satu pengusaha yang makan malam bersama Epstein di rumah mewahnya di Manhattan. Pada 2019 majalah itu juga menyinggung bahwa Nathan terang-terangan mengunjungi Epstein di rumahnya di Florida dan New York. Yang lebih menghebohkan lagi, pada 1996 dan 1997 tercatat Nathan pernah ikut menumpang dalam pesawat pribadi milik Epstein. Entah untuk tujuan apa, tapi kalian pasti udah tahu dong.

Mungkinkah semua skandal ini menjadi mengapa alasan Bill dan Melinda memutus biduk rumah tangga mereka setelah puluhan tahun bersama? Kita tunggu saja jawabannya semoga cepat terbongkar supaya kita ada bahan ghibah (lho???)

Oh ya, omong-omong soal Jeffrey Epstein nih, kalian mungkin masih ingat dengan Ghislaine Maxwell, kaki tangan Epstein yang kini tertangkap dan mendekam di penjara. Nah, menurut kabar, pihak sipir penjara kini mengawasi sang narapidana ini dengan ketat, bahkan keberadaannya diperiksa 30 menit sekali ketika ia sedang tidur. Mungkin tujuannya supaya dia itu tidak “bunuh diri” seperti bosnya ya?

SUMBER: THE DAILY BEAST, NEW YORK TIMES

3 comments:

  1. Emang kesehatan mental gk boleh di remehin sih, bisa fatal akibatnya, apalagi klo bawa2 orang lain 😨

    ReplyDelete
  2. Hayuk lah bang Dave kita ngeghibah, soalnya ngeghibah bareng bang Dave itu beda dari yang lain 🤭🤭🤭🤭
    Lebih berkelas 😎

    ReplyDelete
  3. Bagian ketiganya mana nih Dave??🤭

    ReplyDelete