“To Train Up a Child” adalah sebuah buku “edukasi” besutan Michael dan Debi Pearl yang ditulis pada tahun 1994. Buku ini memicu banyak kontroversi karena walaupun isinya berupa tips-tips untuk merawat anak, namun justru berujung pada sejumlah kematian tragis. Pasalnya, banyak pihak yang menganggap cara-cara yang ditawarkan dalam buku ini untuk mendidik anak-anak sangatlah kuno dan juga kontroversial, semisal memukul anak apabila mereka berbuat nakal dan juga mengurung serta tidak memberi makan anak untuk memberi pelajaran apabila mereka berani melawan orangtua. Padahal buku tersebut ditulis oleh sepasang pendeta yang juga bekerja bagi organisasi non profit atau LSM.
Seperti apakah kasus buku maut ini? Benarkah buku maut mengundang petaka hingga kematian bagi anak-anak karena cara-cara kontroversial yang ditawarkannya? Ikuti ceritanya pada Dark Case kali ini.
(ilustrasi) Sebuah buku dianggap menyebabkan serentetan child abuse atau penganiayaan anak di Amerika. Bagaimana ceritanya? |
Pertama-tama gue akan ceritakan dulu tentang
penulisnya. Michael Pearl yang lahir pada tahun 1945 adalah seorang
penulis yang cukup berprestasi. Bukunya yang berjudul “Good and Evil” yang diterbitkan pada 2006 memenangkan berbagai penghargaan, seperti “Independent Publishers Award” dan “ForeWord Book Award” pada 2009. Michael menikah dengan istrinya Deby pada tahun
1971 di mana mereka kemudian bersama-sama menulis buku mereka “To Train Up a Child” yang
diterbitkan pada tahun 1994. Michael dan Debi sendiri mengaku bahwa buku itu ditulis atas
pengalaman mereka sendiri mendidik 5 anak. Bahkan anak-anak kedua pasangan itu
mengaku bahwa mereka sangat menikmati masa kecil mereka yang indah bersama
kedua orangtua mereka. Mereka juga menampik bahwa orang tua mereka pernah
berbuat kasar kepada mereka.
Anehnya, buku “To Train Up a Child” sendiri kerap dianggap mempromosikan kekerasan dan penganiayaan terhadap anak-anak. Contohnya, buku tersebut menyarankan orangtua untuk menggunakan “tabung plastik” dengan diameter 6,4 mm untuk memukul anak-anak demi mengajarkan disiplin pada mereka. Kata yang digunakan adalah “to break the will” atau “mematahkan semangat mereka”. Buku itu juga mengajarkan orang tua untuk tidak memberi makan anak-anak mereka dan mengguyur anak-anak tersebut dengan siraman air dingin sebagai bentuk hukuman untuk mendidik mereka agar berperilaku baik.
Celakanya, ajaran yang cukup kontroversial dari
buku tersebut dianggap ikut bertanggung jawab atas kematian beberapa anak.
Tragisnya, semua kasus itu berkaitan dengan anak adopsi. Paling tidak sudah
tiga anak yang meninggal akibat buku tersebut. Mereka adalah Sean Paddock, Lydia Schatz, dan Hana Grace-Rose Williams. Dalam ketiga kasus tersebut, orang tua mereka
mengaku bahwa mereka membaca buku tersebut dan menerapkannya dalam proses
pendidikan anak mereka, sehingga berujung pada kematian anak-anak tersebut.
Ketiganya juga disekolahkan dari rumah atau “homeschooling” sehingga tak pernah
bermain dengan teman sebayanya secara normal.
Mari kita telisik satu demi satu
kasus-kasus yang dikaitkan dengan buku tersebut
Hana Grace dan kedua orang tua angkatnya |
Pertama adalah kematian Hana Grace. Hana Grace adalah
seorang gadis yang diadopsi dari Ethiopia oleh pasangan yang tinggal di Amerika
Serikat, yakni Carry dan Larry Williams pada tahun 2008 melalui sebuah agen adopsi bernama “Adoption Advocates International” (AAI) yang berbasis di Amerika Serikat. Sebelum diadopsi, Hana Grace tinggal
di sebuah panti asuhan di Addis Ababa, ibukota Ethiopia. Namun bukannya cinta
kasih yang dirasakan oleh gadis itu begitu diangkat anak, namun justru
kekerasan fisik yang dialaminya. Pasalnya Hana Grace seringkali dipukul oleh
kedua orang tua angkatnya dan dikurung di dalam lemari.
Tak hanya itu, sebagai hukuman atas perbuatan
nakalnya (itupun jika memang benar ia berbuat nakal), ia seringkali tidak
diberi makan. Bahkan ia berjalan di dalam rumah dengan kondisi telanjang dan
hanya mengenakan sebuah handuk. Tak pernah sekalipun ia diberi pakaian yang
sepantasnya. Yang lebih tragis lagi, Hana Grace sering dipaksa untuk tidur di
kandang peternakan dan hanya dimandikan menggunakan selang air. Hana juga tak
pernah disekolahkan oleh kedua orangtua angkatnya. namun hanya diberi
pendidikan di rumah.
Sebagai tambahan, Carry dan Larry, orang tua
angkat Hana Grace juga memiliki 7 anak kandung. Namun yang mengherankan (atau
mungkin tidak mengherankan), anak-anak kandung mereka mengaku tak pernah
mengalami kekerasan sekalipun oleh orang tua mereka.
Kisah Hana Grace berakhir tragis ketika pada
tahun 2011 iapun meninggal karena hipotermia. Kita tahu bahwa hipotermia
merupakan penyakit yang disebabkan karena kedinginan, sehingga bisa kita
simpulkan bahwa kematian Hana Grace disebabkan oleh kondisi hidupnya yang tidak
layak, seperti tidur di tengah malam tanpa selimut di atas lantai kandang atau
dimandikan dengan air dingin hanya dengan berbekal sebuah selang air. Otopsi
juga membuktikan bahwa kematian Hana Grace disebabkan oleh kelalaian orang tua
mereka, sehingga Carry dan Larry pun akhirnya dipidana pada tahun 2013
Lydia dan kedua orang tua angkatnya |
Kasus kedua yang berkaitan dengan buku naas
tersebut adalah kasus yang menimpa Lydia Schatz. Dia adalah anak berusia 7 tahun yang berasal
dari Liberia. Sama seperti halnya Hana Grace, ia juga diadopsi oleh pasangan
asal Amerika Serikat, yakni Kevin dan Elisabet Schatz. Mereka tinggal di kota Paradise di California.
Namun bukannya merasakan hidup bak surga lewat kehangatan kasih sayang orang
tuanya, Lydia justru mengalami siksaan demi siksaan yang berujung kepada
kematiannya. Padahal, bersama Lydia, pasangan tersebut juga mengadopsi dua anak
lain dari Liberia pada 2007. Bahkan pada tahun tersebut, pasangan tersebut
diwawancarai oleh Kanal Berita Amerika NBC 24 di mana mereka membicarakan
tentang kasih sayang mereka dan juga proses adopsi. Tentu saja keputusan mereka
mengadopsi anak dari Afrika menimbulkan simpati dan kekaguman masyarakat, yang
menjadi alasan mengapa mereka diwawancarai oleh kanal berita tersebut
Namun yang terjadi justru sebaliknya. Lydia
justru ditemukan meregang nyawa dan akhirnya meninggal di rumah sakit akibat
luka-lukanya. Konon Lidya dipukuli dan juga dicambuk dengan tabung plastik
sesuai dengan saran dalam buku tersebut. Bahkan siksaan itu berjalan selama 9
jam non-stop di mana Kevin memukuli dan menghajar tubuh anak tersebut sementara
istrinya Elisabeth memeganginya supaya ia tak melawan. Yang lebih tragis, Lydia
dihukum hanya karena ia salah menyebutkan kata dalam bahasa Inggris. Padahal
seperti kita tahu, Lydia adalah anak yang berasal dari Afrika, sehingga
sangatlah wajar apabila ia tak mampu berbahasa Inggris dengan baik ketika pertama
kali tiba di Amerika Serikat.
Yang membuat geram, tak hanya Lydia yang
mengalami siksaan tersebut. Ingat bahwa Lydia diadopsi bersama dengan kedua
adiknya? Tubuh kedua adiknya yang kala itu berumur 7 dan 11 tahun itu juga
ditemukan penuh dengan luka pukulan akibat siksaan dari kedua orangtua angkat
mereka. Namun beruntung, nyawa mereka berdua masihlah bisa diselamatkan.
Ketika diwawancarai, pasangan itu mengaku bahwa
cara yang mereka lakukan untuk mendidik anak, termasuk yang menewaskan nyawa
Lidya, mereka anut dari buku kontroversial yang mereka baca tersebut. Akibat
perbuatan biadab mereka, Kevin dan istrinya Elizabeth akhirnya dihukum masing-masing
22 dan 13 tahun penjara
Yang mengejutkan, buku kontroversial ini masih dijual bebas walaupun sudah diketahui memakan korban jiwa |
Kasus terakhir yang dikaitkan oleh buku pembawa
maut tersebut adalah kasus yang menimpa Sean Paddock, seorang bocah berusia 4 tahun yang tewas dicekik
oleh ibunya sendiri yang bernama Lynn Paddock. Sama seperti kedua kasus di atas,
Sean adalah anak adopsi. Sama pula seperti kasus yang dialami Hana Grace dan
juga Lidya, ia juga dipukul dengan menggunakan tabung plastik seperti saran
yang dibaca oleh ibunya lewat buku tersebut. Sean meninggal pada 2006 dan
ibunya akhirnya dihukum penjara seumur hidup pada tahun 2008. Lynn juga
mengadopsi 5 anak lain dimana beberapa dari mereka juga mengaku mengalami abuse
atau penyiksaan dari ibu angkat mereka itu.
Seorang pengacara bernama Michael Ramsey yang menyelidiki
kasus-kasus tersebut menyebut buku “To Train Up a
Child” sebagai “buku yang
sangat berbahaya dan jahat”. Seorang pediatrician (dokter anak) bernama Dr. Frances Chalmers
juga menyebut bahwa walaupun penulisnya mungkin berniat baik, namun orang tua
bisa salah memahami isinya sehingga berujung pada kekerasan.
Dalam websitenya, Michael Pearl sebagai sang
penulis sendiri menolak semua alegasi yang dituduhkan kepadanya. Ia mengatakan
bahwa ajaran buku adalah tentang cinta dan kasih sayang serta tak pernah
mengajarkan tentang kekerasan. Ia mengambil contoh dimana tabung plastik yang
disarankannya untuk memukul anak-anak sangatlah tipis sehingga tidak akan
menyakiti anak-anak tersebut.
Namun celakanya pada 2001 buku tersebut telah
terjual hingga 670 ribu kopi dan kata lain lebih dari setengah juta
penduduk Amerika Serikat telah membaca buku tersebut dan mungkin telah
menerapkannya kepada anak-anak mereka
Nah, pelajaran apakah yang bisa kita petik dari kasus ini? Yang pertama, cara-cara kekerasan seperti memukul anak sudah terlalu kolot untuk diterapkan untuk mendidik anak pada masa kini. Bukan malah mendisiplinkan, cara tersebut justru malah membuat anak-anak menjadi dendam atau pun merasa rendah diri. Orang tua hanya cukup melimpahi mereka dengan cinta dan kasih sayang, walaupun tentu saja tetap disertai dengan ketegasan dan disiplin agar hidup mereka nantinya menjadi lebih baik. Terakhir, tentu saja sebelum menuruti semua saran apapun, dari buku ataupun internet, tetap saja kita menyaringnya menggunakan hati nurani kita
SUMBER: WIKIPEDIA
SPECIAL THANKS TO MY SUPPORTERS:
Rio Ali Adithia
Junwesdy Sinaga
Maulii Za
THANKS TO MY SUPPORTERS (12 JUNE - 12 JULY 2021)
Kurnia Rahmad , Sinyo Kulik , Adhitya Sucipto , Ciepha Ummi , Riani Azhafa , Kay Indar , Nashki 19 , Ema Rahmawati , Aulia Pratama Putri , Jefry . Sharnila Ilha
Dari pengalaman aku ngasuh anak orang bertahun-tahun dan di keluarga yang berbeda, macam2 cara orangtua mendidik anak-anak nya. Ada yang dengan cara kasar, cara lembut penuh kasih sayang, ada yang terlalu cuek, terlalu memanjakan, sering juga bikin repot yang ngasuh 🙃
ReplyDelete