Halo guys kembali lagi di review film horor ala Mengaku Backpacker. Kali ini gua agak rehat setelah kemarin marathon film-film India sampai 2 season review dan mulai melirik film-film lain seperti yang berbahasa Inggris ataupun berbahasa internasional lainnya. Salah satu keunggulan memiliki Netflix adalah kita bisa memilih film-film berbahasa asing yang mungkin takkan pernah kita temukan apabila kita tidak punya aplikasi streaming ini. Ada berbagai film dari berbagai negara yang akan gue perkenalkan, mulai dari Mesir, Perancis, Thailand, India, hingga Guatemala. Hmmm menarik kan? Ayo kita ikuti bersama review-review nya
1. BLUE ELEPHANT 2
Film pertama yang akan bahas adalah sebuah film
dari Mesir. Seperti kalian tahu bulan kemarin gue juga sempat menyinggung
sebuah film dari Mesir berjudul “122” dan gara-gara film tersebut gue jadi
tertarik menonton film-film berbahasa Arab. Walaupun ya harus gue akui memang
sulit sekali mencari barang berkualitas dari wilayah tersebut karena memang industri
perfilmannya tak semaju India ataupun Amerika. Salah satu film Arabia yang
digadang terbaik adalah film berjudul “Blue Elephant 2” ini.
Film ini adalah sebuah sekuel dan sangat sulit
untuk mencari film pertamanya. Walaupun gue yakin kita akan lebih memahami film
ini apabila kita sudah menonton film pertamanya, namun menurut gue hal ini
nggak begitu masalah karena film pertamanya sendiripun menurut reviewnya
biasa-biasa aja dan lebih parahnya lagi, jam tayangnya sekitar 3 jam. Namun
film sekuelnya ini jauh lebih singkat, hanya sekitar 2 jam.
Film ini menceritakan tentang seorang psikiater
yang sudah pensiun karena peristiwa yang terjadi pada film pertama (nantinya
akan dikupas kembali di film kedua ini kasusnya apa) dan harus kembali beraksi
ketika ia mendapatkan request dari seorang pasien rumah sakit jiwa yang
ketahuan membunuh suami dan anaknya. Namun sang wanita ini mengaku bahwa ia tak
pernah melakukan kejahatan tersebut. Siapakah yang benar dan apa yang
melatarbelakangi peristiwa mengerikan tersebut?
Film ini, seperti film “Bulbbul” yang gue
kemarin ceritakan, sangat mengandalkan visual yang Indah. Bahkan jika kita
tidak mengerti tentang ceritanyapun, yang jelas kita pasti akan terhibur oleh
keindahan sinematografi dari film ini. Memang kualitas film ini membuat gue
terpukau karena gue sama sekali nggak menyangka Mesir bisa memproduksi film sefantastis
ini.
Just look at that scene! |
Sesuai judulnya, sang tokoh utama harus mengkonsumsi obat halusinogen bernama “blue elephant” untuk mengetahui jawaban dari misteri-misteri yang menyelimutinya. Entah gue nggak begitu ngerti apa sih pesan moralnya, apakah secara eksplisit film ini menyarankan agar kita mengkonsumsi obat-obat terlarang agar bisa memperoleh inspirasi? Entahlah, tapi yang jelas adegan halusinasi akibat obat ini menurut gue sangatlah estetik (apalagi yang kedua) dan merupakan pencapaian sempurna dari film ini. Dari segi horor-pun film tidak mengecewakan dan ada satu adegan yang membuat gue mengernyit nyeri.
Tapi kalau boleh mengkritik paruh pertama dan
kedua film ini cukup memuaskan, namun tak diikuti dengan paruh ke-3 yang menurut
gue membosankan dan mengecewakan. Bahkan klimaksnyapun membuat gue geleng-geleng
kepala. Ya kali kita udah dihadapkan pada sosok antagonis yang begitu
menakutkan, eh malah pas endingnya bisa dikalahkan dengan begitu mudahnya. Ngomong-ngomong
soal sosok antagonisnya, pada saat pertama kali menonton film ini gue sama
sekali nggak mengerti lho akan seperti apa film ini. Apakah film ini akan
bergenre supranatural, thriller kriminal seperti film-film pembunuhan, atau
malah sebuah film psikologi thriller yang akan membuat kita mempertanyakan
kewarasan sang tokoh utama? Namun ketika jawaban itu tersajikan dan sang sosok
antagonis terungkap identitas, langsung deh gue “Ya iyalah, inikan film Timur
Tengah”. Penasaran? Lihat aja filmnya deh.
Secara keseluruhan gue agak terbagi sih
opininya. Film ini memang memiliki sisi-sisi bagus yang cukup menegangkan dan
juga fantastis secara sinematografi, akan tetapi endingnya justru sangat
mengecewakan. Gue hanya bisa memberi skor 3,5 CD berdarah untuk film ini
2. THE CHORD
Lagi-lagi dari Mesir, film ini mengisahkan
seorang detektif yang menyelidiki sebuah kasus pembunuhan di mana tersangkanya
adalah dua gadis bersaudara yang menyimpan misteri. Siapakah sang pembunuh
sebenarnya? Film kriminal ini menurut gue memiliki premis yang amat simple.
Buat kalian yang tidak begitu menyukai film kriminal sebaiknya menjauhi film
ini karena plotnya yang amat pelan alias “slow burning”. Kisah investigasi oleh
sang polisi juga melibatkan intrik asmara yang sama sekali tak melibatkan
adegan aksi apapun di film ini. Namun subplot dimana sang polisi yang menjadi
tokoh utama film ini mengalami halusinasi akibat trauma masa lalunya menurut
gue cukup menarik.
Harus gue peringatkan, film ini agak membosankan
di awal. Percaya atau tidak, gue sampai ketiduran dua kali saat menyaksikan
film ini. Namun jika kalian bersabar, kalian akan mendapatkan imbalannya karena
adegan terakhirnya yang memiliki plot twist mencengangkan. Memang film ini
kurang memuaskan pada awalnya, namun memiliki ending yang menurut gue cukup bagus.
Gue kasih film ini skor 3,5 CD berdarah.
3. BODY AT BRIGHTON ROCK
Film berikut adalah sebuah film indie Amerika yang
agak-agak bergenre komedi pada awalnya, walaupun akhir-akhirnya menjadi lebih
serius. Film ini menceritakan tentang seorang penjaga hutan kurang
berpengalaman yang tersesat dan menemukan mayat misterius. Konflik mulai muncul
ketika ia disuruh untuk menjaga mayat tersebut di tengah hutan yang gelap
gulita, padahal ia sama sekali tak mengetahui apa penyebab kematian orang
tersebut. Apakah ia dibunuh dan pembunuhnya masih berkeliaran, ataukah ia
meninggal karena sebab-sebab alami?
Film ini memang kurang cocok disebut sebagai horor karena kurang menegangkan (kecuali bagian z … eh, spoiler deh). Bahkan gue agak bingung sih sama genre film ini karena kadang kita diberi sisi supranatural, kadang kita diberi sisi yang logis. Namun film ini memiliki akhir yang yang menurut gue cukup bagus dan sebuah plot twist (yang kalo gue sih ketebak, tapi nggak tahu kalian). Untuk ukuran film indie film ini menurut gue cukup memuaskan dan kreatif, walaupun yah, perlu gue akui musiknya bikin kesel.
Gue kasih film ini 3,5
CD berdarah.
4. OXYGEN
Film ini baru saja dirilis di Netflix dan
membuat gue tertarik karena skornya yang begitu tinggi. Film Perancis ini
mengisahkan tentang seorang wanita yang tiba-tiba terbangun dalam sebuah peti cryogenic
yang digunakan untuk mengawetkan tubuhnya. Percaya bahwa ia diculik, ia kemudian
berusaha meloloskan diri dengan bantuan AI yang mengoperasikan peti tersebut.
Akan tetapi situasi bertambah genting ketika ia menyadari bahwa pasokan oksigen
di peti tersebut mulai habis. Parahnya lagi, ia mengalami amnesia dan tak ingat
siapa dirinya. Bisakah ia memecahkan misteri tentang identitasnya dan keluar
dari peti tersebut sebelum oksigennya habis?
Film ini lebih ke fiksi ilmiah sih ketimbang
horor. Film ini juga amat klaustrofobik karena lokasinya hanya di satu tempat
saja, yakni di peti yang sempit. Bahkan pemeran utamanya hanya satu orang saja dan
pemeran pembantunya hanya tampil dalam bentuk suara. Menurut gue premis ini
cukup unik dan mirip-mirip lah dengan film-film solo lainnya seperti “Buried”
dari Ryan Reynolds, “Phone Booth” dari Colin Pharrel, dan “Locke”-nya Tom
Hardy. Walaupun lokasinya cuma satu saja, namun tetap saja membuat film ini
menegangkan dan menarik sang tokoh utama selalu mengalami masalah-masalah yang
harus dipecahkan dengan kepintarannya. Film ini juga memiliki plot twist
bertubi-tubi yang cukup setimpal dan membuat gue maklum mengapa film ini sampai
diberi skor yang tinggi.
Gue kasih film ini skor 3,5 CD berdarah.
5. THE MAID
Film ini juga mendapat skor yang lumayan bagus
di Netflix sehingga gue tertarik untuk menyaksikannya. Film ini menceritakan
tentang seorang pembantu yang datang ke sebuah rumah mewah karena pembantu-pembantu
sebelumnya mengundurkan diri. Pasalnya mereka sering dihantui oleh sosok menakutkan
di dalam rumah tersebut. Mampukah sang pembantu bertahan dan memecahkan misteri
dibalik penampakan sang hantu?
Film ini pada awalnya memang hanya mengandalkan jumpscare-jumpscare
yang sering gue lihat di film-film Indonesia ataupun Asia lainnya. Namun begitu
menjelang pertengahan kita disajikan dengan sebuah revelasi yang mengubah sudut
pandang kita dan mengubah film ini yang dari awal bergenre supranatural menjadi
genre lainnya (nggak akan gue sebutin supaya nggak spoiler).
Pergeseran genrenya menurut gue cukup menarik
dan kreatif, sayang eksekusinya kurang mantap. Ada adegan yang sering
diulang-ulang dan membuat gue bosan,
bahkan klimaksnya pun menurut gue kurang setimpal. Walaupun perlu gue akui,
film ini udah cukup kreatif mengolah genre rumah berhantu yang itu-itu aja. Gue
kasih film ini skor 3,5 CD berdarah.
6. THE WIFE
Kali ini sebuah film horor India, film ini
mungkin bisa kalian bayangkan sebagai “Paranormal Activity” apabila nggak
bergenre found footage. Film ini menceritakan sepasang suami istri yang pindah
sebuah apartemen, namun menemukan bahwa apartemen tersebut dihantui hingga
menimbulkan korban jiwa. Apakah alasan sang hantu misterius tersebut meneror
mereka?
Pertama gue perlu peringatkan bahwa film ini slow
burning banget. Emang sebagian besar orang nggak terlalu menikmati film
berjenis ini karena menawarkan horor yang secara perlahan-lahan disingkapkan,
nggak seperti film-film penuh jumpscare yang biasanya setannya nongol secara
tiba-tiba. Namun perlu gue ingatkan, film ini menurut gue terlalu slow, bahkan
untuk ukuran film slow burning sekalipun. Gue kasih gambaran aja sih, hingga 40
menit pertama film ini, setannya cuman nongol buat ngapain coba? Cuman buka lemari
dapur doang! Ya ampun, ngapain sih setan-setan pada suka buka-buka lemari
dapur? Itu kan adegannya udah klise banget, please deh. Bayangin sih nunggu 40
menit di sebuah film horor dan horornya cuman setan buka lemari doang.
Bahkan gue perlu memperingatkan kalian bahwa
film ini hanya menakutkan pada 5 menit terakhirnya saja. Yap, 5 menit terakhir saja
(apa malah 1-2 menit terakhir ya). Ending film ini menurut gue cukup fantastis,
kreatif, dan juga sangat memuaskan dari keseluruhan film. Tapi sayang, kenapa
nggak dari awal film ini dibikin sehoror mungkin, kenapa baru di menit-menit
terakhirnya doang?
Karena gue lebih suka film yang endingnya
memuaskan daripada daripada film yang
awalnya bagus tapi endingnya jelek, maka gue kasih film ini skor 3,5 CD berdarah
7. INITIATION
Kualitas film indie ini sangatlah di luar ekspektasi
gue. Film ini sejak awal menarik perhatian gue karena bergenre slasher. Duh
sekarang udah jarang kali ya film-film slasher ala 90-an seperti “Scream” dan
“I Know What You Did Last Summer” sehingga film ini cukup membuat gue
bernostalgia.
Film ini menceritakan tentang sebuah kasus
pemerkosaan di sebuah kampus yang disembunyikan oleh pihak kampus hingga
akhirnya seorang sosok misterius muncul dan membunuh satu demi satu
mahasiswanya. Siapakah sosok pembunuh berantai itu dan apa motifnya?
Lagi-lagi perlu gue peringatkan kalo film ini
merupakan film indie, jadi jangan terlalu berharap banyak akan kualitas sinematografi
yang wow ataupun yang lain-lain. Tapi jangan salah, jalan ceritanya sama sekali
tidak mengecewakan, bahkan plot twistnya tak bisa ditebak. Keunggulannya yang
lain, film ini juga sarat akan pesan moral mengenai tindak pelecehan seksual
yang dialami wanita, bahkan di tempat yang seharusnya dipenuhi oleh orang-orang
berpendidikan tinggi seperti di dalam kampus.
Gue kasih film ini skor yang cukup tinggi, yakni
4 CD berdarah.
8. CIRCLE
Film ini memiliki premis sangat simpel, yakni
beberapa orang tiba-tiba tersadar dan berada dalam sebuah lingkaran, dimana
tiap menit mereka harus menentukan siapa di antara mereka yang harus mati. Jika
mereka tidak memilih, maka mereka akan terbunuh secara random. Film ini menurut
gue cukup menegangkan, kreatif, dan juga cerdas. Bayangin aja sih “The Cube”
ketemu “Battle Royale”.
Film ini rasanya emang nano-nano, ada kecewanya,
ada juga senengnya. Rasa puasnya pasti ketika tokoh yang kita benci mati dan
dapat karmanya, tapi sedihnya ya jika tokoh favorit kita jadi korbannya. Gue
peringatkan sih endingnya mungkin bakal bikin gue kesel walaupun perlu kita
akui, untuk bisa lolos dari permainan ini emang diperlukan kecerdikan.
Gue kasi film ini skor 3,5 CD berdarah karena
gue amat menikmatinya.
9. BENNY LOVES YOU
Film yang bener-bener bikin gue ngakak
sengakak-ngakaknya, bayangin aja deh Chucky tapi bonekanya cute dan innocent
macam “Ted”. Film ini menceritakan seorang pemuda yang tak kunjung bisa dewasa
dan mengalami berbagai permasalahan dalam hidupnya. Suatu malam bonekanya yang
menjadi temannya semenjak kecil tiba-tiba hidup dan berusaha “membalas budi”
dengan mengatasi semua permasalahn tersebut, termasuk dengan membunuh semua
saingannya.
Gue biasanya nggak begitu demen horor komedi,
tapi film ini bener-bener pengecualian. Bisa dibilang film ini emang sekualitas
B movie. Sinematografinya acak-acakan, aktingnya pas-pasan, adegan
bunuh-bunuhannya nggak meyakinkan, dan plotnya bego banget. But that’s the
joke, justru kekonyolan film ini yang membuat kita tertawa terbahak-bahak.
Jelas, gue terhibur banget nonton film. Bahkan
jika kalian memilih menonton satu film saja dari semua film di list ini, gue
sarankan kalian nonton ini aja. Pasti nggak akan mengecewakan. Gue kasi film
ini skor 4,5 CD berdarah.
10. THE WOMAN IN THE
WINDOW
Gue lihat film ini lagi trending di Netflix,
makanya gue penasaran. Salah satu alasan lain gue menonton film ini karena
diperankan oleh Amy Adams, yang jika kalian mengikuti Justice League Trilogy,
berperan sebagai Lois Lane. Film ini menceritakan tentang seorang wanita yang
mengalami agarophobia alias takut untuk keluar dari rumahnya. Suatu hari ia menyaksikan
adegan pembunuhan di rumah tetangganya, namun tak ada satupun yang mau mempercayai
apa yang dilihatnya ini. Apakah benar terjadi pembunuhan di rumah tetangganya
ataukah itu hanya halusinasinya semata?
Film ini awalnya membuat gue skeptis, pasalnya
premisnya sangat mirip dengan film-film seperti “Rear Window” dan juga “Disturbia”.
Menurut gue sih kurang kreatif. Tapi perkiraan gue ternyata meleset. Walaupun
premisnya udah sering digarap film lain, namun film ini tetap diolah dengan
cara berbeda, termasuk dengan menambahkan plot twist mengejutkan yang
ditampilkan di pertengahan dan akhir film. Keunggulan lain film ini adalah akting
Amy Adams yang jelas tak perlu diragukan lagi. Oya, ada pula cameo yang bikin
gue ngakak karena dih, ngapain nyewa aktor seterkenal dia cuman buat jadi tokoh
figuran yang munculnya seuprit kek gini.
Gue kasih film ini skor yang tinggi yakni 4 CD
berdarah karena jelas bakal memuaskan, apalagi jika kalian penggemar film-film
thriller berplot twist ala-ala “Girl On The Train” dan “Gone Girl”.
11. LA LLORONA
Ini bukan film dari Conjuring Universe lho yang
berjudul sama (dan tahun rilisnya juga sama). Namun film ini sama-sama
mengangkat La Llorona, legenda Amerika Latin tentang seorang wanita yang
menenggelamkan anak-anaknya.
Film ini amat unik karena datang dari negeri
yang menurut gue sangat jarang menelurkan film horor (atau film apapun sih),
yakni Guatemala. Gue amat tertarik nih menonton film-film dari negara-negara
kecil seperti ini. Film berbahasa Spanyol ini berdasarkan sebuah konflik nyata,
yakni adegan genosida yang menimpa suku Maya di Guatemala. Film ini mengisahkan
seorang diktator pelaku genosida yang mendapatkan vonis dari pengadilan, namun
kemudian vonis itu ditolak oleh Mahkamah Agung karena korupsi di negara
tersebut. Namun diktator ini mulai mendapatkan karmanya ketika ia mengalami
peristiwa-peristiwa menakutkan setelah seorang pembantu pindah ke rumahnya.
Oke, hal ini pertama kali gue lakukan, tapi gue
akan memberikan skor dulu pada film ini barulah menjelaskan alasannya. Gue kasi
film ini skor 5 CD berdarah. Lho kok perfect banget bang?
Gue harus memperingatkan bahwa skor yang gue berikan
itu adalah murni opini pribadi gue karena film ini berani mengangkat tema yang
begitu tabu, yakni genosida. Film ini gue kasih skor bagus lebih karena pesan
moralnya sih ketimbang unsur horornya (yang lebih ke creepy). Film yang
mengangkat tema kesadaran tentang apa yang dialami korban genosida adalah hal
yang sangat jarang (terakhir mungkin “His House”). Film ini jalan ceritanya
sangat mudah diikuti dan tidak memiliki twist apapun, lebih mengandalkan atmosfer
seram yang dibangun dalam film ini.
Lagi-lagi perlu gue ingatkan bahwa ini hanyalah
pendapat pribadi gue, kalo kalian nonton mungkin kalian akan merasa bosan dan biasa
saja, bahkan mungkin berkata “Ah, cuma begini doang?”. Namun gue perlu
mengangkat jempol buat film-film yang bertema berat seperti ini, apalagi
dihasilkan sebuah negara yang masih asing bagi industri film dunia seperti
Guatemala.
Dan yang jelas, film ini jauh, jauh, JAUH lebih
bagus ketimbang film bertema sama tentang La Llorona yang hanya menjadi
cash-grab di Conjuring Universe dan kurang menghargai mitologi asli sang La
Llorona sendiri.
12. FRANKENSTEIN ARMY
Gue awalnya tertarik menonton film ini gara-gara
heboh ada tuduhan bahwa game Resident Evil: Village” yang baru saja dirilis
(yang ada vampire mom tuh) memplagiasi adegan film ini. Tapi menurut gue tanpa
kontroversi tersebut bakalan jarang ada yang tahu tentang film ini karena emang
hidden gem banget.
Film ini berkisah tentang segelintir tentara
Rusia yang ditugaskan untuk misi penyelamatan pada masa Perang Dunia II. Namun
siapa sangka di sana mereka malah berhadapan dengan makhluk-makhluk mengerikan
setengah mesin setengah manusia hasil eksperimen NAZI Jerman.
Film horor bertema perang emang jarang. Terakhir
yang gue lihat adalah “R Point”, “Ghosts of War”, dan “Overlord” tentu saja.
Nah, bayangin aja sih ini “Overlord” campur “Tetsuo Iron Man” namun dibikin
found footage. Emang sih konsepnya agak aneh. Masanya pada tahun 40-an tapi kok
kameranya udah HD gitu/ padahal setahu gue kamera zaman jadul segitu masih
hitam putih. Terus tokoh-tokohnya orang Rusia tapi ngomongnya pake bahasa
Inggris (walau pake aksen Rusia sih). Tapi ya sudahlah, namanya juga pilem
blockbuster Hollywood, mana ada yang masuk akal?
Emang sih film ini seru banget.
Monster-monsternya cukup kreatif dan plotnya juga nggak mengecewakan. Ada gore
sih tapi menurut gue porsinya kurang banyak. Endingnya juga gue pikir bakal ada
pertempuran gede-gedean lawan monster-monster mesin ini, tapi ternyata enggak.
Namun endingnya sudah cukup memuaskan kok buat gue.
Gue sangat merekomendasikan film ini, ada pesan
moral yang unik serta kita juga bisa melihat kekejaman perang yang
sesungguhnya, dimana anak-anak dan wanita dibunuh tanpa tedeng aling-aling. Gue
cuman heran sih kenapa nggak dulu-dulu film ini viral, padahal kualitasnya
cukup bagus, walaupun yah film ini nggak sempurna dan masih ada kekurangan
disana-sini.
Gue kasi skor 4,5 CD berdarah karena gue sangat
menikmatinya.
Oxygen mantep ya. Awalnya sih 5 menit pertama bener kata bang dave, serasa 'ah udah basi konsep nya, mirip banget Burried' tapi makin kesana makin beda dan bener2 beda banget. Tiap menit ada aja yg bikin penasaran nya
ReplyDeleteBlue elephant part pertama ada di yutub sih bang, cuma yaa resolusinya gitu deh wkwkwk
ReplyDeleteBang Dave, pernah nonton Film Anime PERFECT BLUE nggak? coba deh, seru itu. Psikologi Thriller
ReplyDelete