Nama Madame de Montespan mungkin tidak
seterkenal Marie Antoinette, sang ratu Prancis yang bernasib tragis karena
memicu Revolusi Prancis. Namun kedua nama tersebut sama-sama memiliki sejarah
kelam. Madame de Montespan dikenal sebagai wanita simpanan Raja Louis XIV dimana
ia mendominasi politik di istana Versailles, bahkan lebih populer ketimbang
sang ratu alias istri sah dari Raja Louis sendiri. Terlahir dalam keluarga
bangsawan yang borjuis, Madame de Montespan tentulah memiliki gaya hidup bergelimpang
kemewahan. Tapi justru bukan gaya hidupnya mewah dan skandal seksnya yang mencuri
perhatian publik kala itu, namun tuduhan serius (pada masa Eropa kuno) yang
dilontarkan kepadanya.
Yakni bahwa ia mengguna-guna sang raja untuk
mendapatkan posisinya tersebut, bahkan mempraktekkan ilmu gaib sebagai seorang
penyihir wanita.
Apakah benar wanita yang dijuluki “the true
queen of France” alias “ratu sejati Prancis” pada masa pemerintahan Louis XIV
ini memang benar seorang penyihir? Ataukah itu hanya gosip miring, sama seperti
yang dialami oleh Marie Antoinette, yang akhirnya berujung pada eksekusinya?
Mari kita bahas bersama-sama dalam Dark History kali ini.
Madame de Montespan dan anak-anaknya |
Madame de Montespan memiliki nama asli Françoise-Athénaïs de Rochechouart. Ia lahir pada Oktober 1640 dari sang ayah yang bernama Gabriel de Rochechouart dan
ibu bernama Diane. Karena namanya yang panjang, ia lebih suka dipanggil dengan nama
Athenais. House de Rochechouart, yakni marga keluarga Athenais sendiri merupakan salah satu
keluarga bangsawan tertua di Prancis. Bahkan darah biru mereka hingga kini karena
masih diwarisi oleh kaum keturunan raja-raja, tak hanya di Prancis, namun juga
di Spanyol. Italia. Bulgaria, Portugal, Belgia, dan Luxemburg.
Pada usia 20 tahun, Athenais menjadi dayang bagi
Putri Henrietta Anne yang merupakan saudara ipar dari sang raja Louis XVI. Kemudian
berkat koneksi yang dimiliki ibunya, Athenais akhirnya naik pangkat dengan ditunjuk
sebagai dayang bagi istri sang raja, yakni Ratu Maria Teresa. Pada 1663, Athenais menikah
dengan seorang pria bernama Louis Henry yang bergelar Marquis de Montespan.
Setelah pernikahannya dengan bangsawan muda itupun, ia mewarisi nama belakang
suaminya sehingga iapun disebut dengan sebutan Madame (Nyonya) de Montespan.
Kala itu muncul desas-desus bahwa sebenarnya
Athenais tidak pernah mencintai suaminya itu. Sesungguhnya ia jatuh cinta pada
seorang pria bernama Louis de La Trémoille yang juga keturunan bangsawan. Tapi sayang,
kekasihnya itu kemudian melarikan diri ke Spanyol setelah kalah duel. Athenais
yang patah hati ditinggalkan belahan hatinya itu kemudian dijodohkan dengan
sang bangsawan muda bermarga Montespan tersebut. Mereka berdua kemudian tinggal
di sebuah rumah kecil dekat dengan Istana Versailles dimana Athenais bekerja.
Karena kecantikannya, Athenais alias Madame de
Montespan-pun cukup populer di kalangan para penghuni istana. Tak hanya itu, Athenais
yang terjebak dalam pernikahan tanpa cinta diam-diam memiliki ambisi lain,
yakni untuk merebut hati sang raja demi meraih kekuasaan. Cara yang ditempuhnya
pun begitu sadis. Demi meraih tujuannya tersebut, pertama Madame de Montespan mencoba
bersahabat dengan sang ratu, Maria Theresa, yang kala itu tengah hamil.
Kedekatannya dengan Madame de Montespan membuat sang ratu begitu mempercayai
sahabat barunya itu, bahkan Maria Theresa sampai mengundangnya untuk makan malam
bersama sang raja. Namun sang ratu segera menyesali keputusannya tersebut, sebab
kesempatan itu digunakan sebaik mungkin oleh Madame de Montespan untuk mendekati
hati sang raja.
Raja Louis ke XIV |
Menyandang nama seorang dewi Yunani sepertinya
memang cocok bagi Athenais, sebab ia memang dikenal memiliki kecantikan
luar biasa yang tak tertandingi pada masanya, bahkan di kalangan kaum kulit
putih Eropa yang sudah dikenal rupawan. Madame de Montespan memiliki mata biru yang
mempesona, rambut berwarna pirang yang terurai jatuh ke pundaknya, serta tubuh indah
dengan lekuk yang menggoda. Sang raja pun segera mabuk kepayang akan pesonanya,
bahkan rela melupakan istrinya sendiri yang tengah hamil.
Bahkan konon, dalam suatu kesempatan, Madame de
Montespan menangkap basah sang raja tengah mengintipnya saat mandi. Namun
bukannya buru-buru menutup aurat, ia malah menjatuhkan handuk yang dikenakannya
untuk mengekspos keindahan tubuhnya, semua demi memancing nafsu syahwat sang
raja. Wow, benar-benar binal ya!
Rencana Madame de Montespan inipun sukses hingga
sang rajapun takluk dan jatuh ke dalam pelukannya. Pada 1669, Madame de
Montespan tercatat melahirkan anak pertamanya, benih dari hubungan terlarangnya
dengan sang raja. Anak pertama tersebut adalah seorang anak perempuan bernama Louise-Françoise. Pada 1670, sang madam
kemudian melahirkan anak keduanya yakni Louis-Auguste, sedangkan anak ketiganya lahir pada 1672 dan
diberi nama Louis-César .
Kedudukannya sebagai selir kesayangan sang raja tak
disia-siakan oleh Madame de Montespan. Besar dalam keluarga bangsawan tentunya
membuat Athenais gemar bergelimang kemewahan. Memanfaatkan kebaikan hati sang
raja, Athenais meminta “jatah” harta benda yang tak terbilang sedikit. Bahkan
tercatat, Raja Louis XIV menghadiahkan istana Château
de Clagny sebagai kediaman sang
madam bersama anak-anaknya. Sang raja yang sudah telanjur mabuk kepayang pada
sang selir, rela mengutus arsitek terkenal dan kenamaan untuk membangun rumah
mewahnya tersebut. Bahkan saking megahnya, rumah tersebut dibangun oleh 1.200
pekerja dan menghabiskan biaya 2 juta livre, jumlah yang sangat mencengangkan
pada masa tersebut. Tak hanya itu, pemandangan taman istana tersebut juga tak
kalah memukau, sebab menghadap istana Versailles yang amat indah.
Sketsa salah satu rumah mewah yang dibangun sang raja demi istri simpanannya |
Pada 1673, ketiga anak dari hubungan
perselingkuhannya dengan sang raja tersebut akhirnya diberi gelar de Bourbon,
yakni marga keluarga raja-raja Prancis yang berasal dari House of Bourbon. Suami
resmi Madame de Montespan pun tak mampu berkutik dan tak bisa berbuat apa-apa,
karena saingannya adalah sang raja. Ia hanya bisa menyaksikan dengan miris
perselingkuhan istrinya di depan mata. Bahkan atas koneksi tinggi dari keluarga
kerajaan, Madame de Montespan akhirnya menceraikan suami resminya. Padahal
seperti kita tahu, pada masa tersebut hukum agama Katolik berlaku di kerajaan
Prancis dan ajaran Katolik amat menentang perceraian, seperti terbukti saat
Paus menolak perceraian Raja Henry Tudor dari Inggris.
Akan tetapi tentu saja hubungan gelap ini
menimbulkan banyak kontroversi, baik dalam masyarakat Prancis maupun petinggi
Gereja Katolik. Para pastur secara terang-terangan menentang asmara terlarang
antara sang raja dengan selirnya ini karena jelas melanggar norma agama. Namun
merekapun tak bisa berbuat apa-apa sebab sang Raja Louis XIV merupakan penguasa
absolut monarki Prancis kala itu
Walaupun mendapat tantangan banyak pihak, namun
Raja Louis XIV sama sekali tak malu menampakkan kemesraannya dengan sang selir.
Bahkan tercatat mereka kemudian memiliki dua anak baru yakni Francois Marie dan
juga Louis Alexander.
Namun tak selamanya Madame de Montespan berada
di atas angin. Kejatuhannya mulai mengintai ketika pada tahun 1677 muncul
kehebohan di kalangan rakyat Prancis tentang isu yang disebut dengan “L’affaire des Poisons”. Apakah
itu?
Dibakar hidup-hidup adalah hukuman bagi para tertuduh penyihir di zaman Eropa kuno |
“L’affaire des Poisons” adalah skandal besar yang terungkap di Prancis antara tahun 1677 hingga 1682, di mana banyak laki-laki dan perempuan, bahkan yang berasal dari darah biru atau aristokrat sekalipun, ditangkap atas tuduhan ilmu sihir. Bahkan, tuduhan tersebut juga menyelusup sampai ke dalam istana Versailles. Kasus ini dimulai pada 1675 di mana seorang wanita bernama Madame de Brinvilliers dituduh membunuh ayahnya sendiri, Antonine, demi mendapatkan harta warisannya. Bahkan ia juga tega membunuh dua kakak kandungnya sendiri demi memuluskan rencananya tersebut.
Madame de Brinvilliers sempat
kabur, namun ia kemudian ditangkap dan disiksa di dalam penjara. Akibat tak
tahan lagi akan siksaan yang diterimanya tersebut, ia pun mengakui kejahatannya
dan kemudian dihukum mati. Hukumannya pun terbilang sadis, yakni ia disuruh
untuk meminum air sebanyak 16 pint (di mana 1 pint setara dengan setengah liter),
kemudian Ia pun dipenggal dan tubuhnya dibakar di atas tungku. Perlu diingat
bahwa di masa Eropa kuno, hukuman mati dengan cara dibakar hidup-hidup hanya
diperuntukan bagi penyihir dan memang, kasus ini amat berat kaitannya dengan ilmu
sihir.
Perlu dicatat bahwa pada masa kuno, penduduk
Eropa takut setengah mati akan keberadaan para penyihir tersebut. Kasus Madame de Brinvilliers
sempat menimbulkan paranoia bagi masyarakat yang khawatir bahwa kasus tersebut
bukanlah satu-satunya. Terungkap kasus dimana para peramal dan juga ahli
alkimia (alkimia adalah sebutan bagi prekursor ilmu kimia yang masih terpaku
pada ilmu sihir untuk menjelaskan reaksi-reaksi kimia) yang menjual ramuan-ramuan
“magis” berbau klenik. Salah satu yang dijual adalah “inheritance powder” yaitu
sebutan bagi racun yang digunakan untuk merebut harta warisan seseorang,
seperti yang dibeli Madame de Brinvilliers.
Karena begitu merisaukan masyarakat, maka
seorang letnan polisi bernama Gabriel Nicolas de La
Reynie kemudian diutus untuk
menyelidiki kasus tersebut. Dari hasil penyelidikannyalah terungkap sosok
bernama Catherine Monvoisin yang menjual ramuan
tersebut. Yang lebih mengejutkan, sang “penyihir” yang mendapat julukan “La
Voisin” tersebut memiliki para pelanggan tetap yang berasal dari Istana
Versailles.
Yakni sang Madame de Montespan,
selir kesayangan sang raja.
Penyihir pada masa Eropa kuno mampu membuat ramuan dan guna-guna demi memenuhi tujuan jahat mereka |
Entah memang benar ataukah hanya kabar burung semata,
Madame de Montespan disebut-sebut melakukan ritual pemujaan setan demi
melancarkan kesuksesannya untuk merayu sang raja. Sang selir itu konon
memanggil Iblis dan kemudian berdoa kepadanya (macam Conjuring) demi mendapatkan
cinta sang raja. Untuk mewujudkan rasa syukurnya, maka Madame de Montespan rela
mengorbankan bayi-bayi tak berdosa yang baru lahir dan menggunakan darah mereka
dalam sebuah upacara ritual setan yang amat kejam dan mengerikan.
Konon, ia akan menggorok leher sang bayi,
kemudian darahnya dan juga tulang yang telah dihancurkannya akan digunakan
sebagai ramuan cinta untuk menaklukan hati sang raja. Selama 13 tahun, makanan Raja
Louis XIV telah diracuni dengan ramuan asmara tersebut sehingga sang raja pun mabuk
kepayang kepada sang selir. Bahkan selama 13 tahun ini, ribuan bayi telah
dikorbankan demi melancarkan rencana tersebut. Diisukan sekitar 2.500 jenazah
bayi ditemukan di taman rumah La Voisin sebagai bukti kekejiannya. Tak hanya
itu, Madame de Montespan dirumorkan mandi dengan darah bayi-bayi tersebut demi
menambah kecantikannya.
Tentu saja berita tersebut kontan langsung mencengangkan publik dan memicu skandal besar. Masyarakatpun seakan setuju dengan rumor “guna-guna istri muda” yang berhembus kencang tersebut, mengingat sang raja rela mencampakkan istri sahnya, yakni sang baginda ratu yang kala itu tengah hamil, demi cintanya pada sang selir.
Skandal “L'affaire des
Poisons” ini juga melibatkan seorang pria bernama Eustache Dauger
yang nanti akan kita bahas di artikel berikutnya, karena berkaitan erat
dengan kisah menarik lain, yakni “The Man in the Iron Mask”.
La Voisin kemudian didakwa atas tuduhan
ilmu sihir dan dibakar hidup-hidup pada tahun 1680. Isu tersebut memaksa
kerajaan Prancis melakukan penyelidikan besar-besaran dan menghukum sekitar 36
orang, dimana 34 orang dihukum mati sementara dua lainnya tewas karena siksaan
yang sangat mengerikan.
Akibat isu skandal yang sangat menghebohkan
publik itu, pada 1691 Madame de Montespan-pun ditendang keluar dari Istana Versailles.
Sang rajapun tak lagi tertarik pada dirinya bahkan ilfil mendengar berita kabar
burung yang sangat mengerikan tersebut. Lalu bagaimana dengan nasib sang madam
sendiri setelah terusir dari istana? Ia pun pensiun dan memberikan sebagian
besar hartanya kepada rumah sakit dan badan amal, kemudian masuk ke dalam
biara, mungkin sebagai bukti pertobatannya. Athenais akhirnya meninggal tahun
1707 pada umur 67 tahun, jauh dari kemewahan yang dulu menggelimpanginya. Akan
tetapi tidak pernah jelas, apakah benar tuduhan “guna-guna” yang dilancarkan
kepada sang madam tersebut, ataukan mungkin pengakuan La Voisin disebabkan oleh
siksaan berat yang diterimanya, sehingga iapun terpaksa memberikan nama random untuk
memuaskan pihak penyelidik. Hingga kini, pertanyaan itupun tak terjawab.
SUMBER: WIKIPEDIA
SPECIAL THANKS TO MY SUPPORTERS:
Rio Ali Adithia
Junwesdy Sinaga
Maulii Za
THANKS TO MY SUPPORTERS (12 JUNE - 12 JULY 2021)
Kurnia Rahmad , Sinyo Kulik , Adhitya Sucipto , Ciepha Ummi , Riani Azhafa , Kay Indar , Nashki 19 , Ema Rahmawati , Aulia Pratama Putri , Jefry . Sharnila Ilha
Guna-guna istri muda ala Perancis jaman baheula 😖😖😖😖😖
ReplyDeletedan mirisnya di abad 21 pola pikir tablo semacam ini masih di imani masyarakat kita🗿
ReplyDelete