Whoaaa .... balik lagi dengan review novel misteri ala Mengaku Backpacker. Kali ini gue bakal membahas novel misteri bergenre remaja berjudul “Ten” dari penulis muda berbakat Gretchen Mc Neil. Sayang buat kalian yang berniat baca novel ini mungkin harus dirundung kekecewaan, sebab sejauh ini, gue baru nemu versi bahasa Inggrisnya di Gramedia. Yang versi terjemahan Indonesia belum ada. Namun ini nggak menghentikan gue buat merekomendasikan novel keren ini ke kalian.
“Ten” bisa dibilang adalah versi modernnya novel Agatha Christie “Then There Were None”. Premisnya hampir sama, yakni menceritakan sekelompok remaja yang berlibur ke sebuah pulau hanya untuk menemui kematian mengerikan di tangan seorang pembunuh misterius yang mengincar mereka satu demi satu.
“Ten” menceritakan dilema yang dihadapi tokoh utamanya, Meg yang memiliki masalah dengan sahabatnya bernama Minnie. Pasalnya mereka berdua naksir cowok yang sama, yakni TJ. Celakanya, mereka bertiga bertemu kembali ketika mereka bersama tujuh remaja lainnya (Ben, Gunner, Kumiko, Vivian, Lori, Nathan, dan Kenny) diundang ke sebuah pesta di pulau terpencil. Namun tak diayal, satu persatu dari mereka tewas terbunuh secara misterius dan pelakunya tak lain adalah salah satu dari mereka. Namun siapa? Bisakah Meg menyelamatkan diri sebelum ia sendiri menjadi korban?
Cerita bergenre misteri slasher ini emang nggak ada matinya guys, selalu menarik walaupun mau didaur ulang berapa kalipun. Di sini tokoh Meg digambarkan memiliki hubungan yang unik dengan Minnie, sebab walaupun memiliki sahabat yang “super-annoying” bahkan agak psikopat, Meg tetap saja bersabar dan mengalah. Jalan ceritanya menarik dan mudah diikuti. Begitu pula dengan endingnya, ketika identitas sang pembunuh terungkap, gue cuman bisa melongo soalnya bener-bener nggak ketebak.
Banyak sih yang mengkritik novel ini terlalu menjiplak jalan cerita novel Agatha Christie. But who cares? Yang penting ketika eksekusi dimana sang pelaku terungkap tetap saja menjadi kejutan yang memuaskan buat gue. Namun bila ada yang harus dikritik dari novel ini adalah banyaknya penggunaan bahasa slang yang gue pikir hanya bisa dimengerti remaja Amrik darimana novel ini berasal. Apalagi gue baca versi Inggrisnya guys jadi ada banyak kalimat yang gue kaga ngerti maksudnya. Gue harap siapapun translator yang nantinya akan menerjemahkan cerita ini ke bahasa Indonesia akan lebih berhati-hati dengan hal itu. Selain itu dari segi motif si pelaku udah terlalu “mainstream” menurut gue. Dan endingnya, hmmm ... agak kurang masuk akal. Lihat sajalah nanti mana yang gue maksud, takutnya kalo gue ceritain di sini jadi spoiler haha.
Ini dia rincian nilai yang gue kasih:
Karakterisasi
Jalan cerita
Ending
Total gue berani kasih 4,5 tisu WC berdarah dari maksimal nilai 5.
Intinya: so recommended!
Hampir sama kaya "Air Terjun Pengantin" ? wkwkwkw
ReplyDeletewkwkwkwk...,napa diganti jadi tisu WC berdarah tuh bang?,CD berdarahnya emang mana?,udah dicolong apa
ReplyDelete-L
kan CD berdarah buat review film
Deleteini kan review buku
sangat menarik :)
ReplyDelete