Tuesday, March 16, 2021

THE JEWISH PYRAMID: KASUS BERNIE MADOFF DAN AZAB TRAGIS KELUARGANYA

Jika kalian mengikuti setiap “Bedah Kasus” yang gue sajikan di blog ini, maka kalian pasti sudah tak asing lagi dengan sosok psikopat. Nah kini pertanyaannya, bagaimana jika seorang psikopat tidaklah membunuh, melainkan melampiaskan ke-psikopat-annya ke hal lain. Seperti menipu misalnya?

Jawabannya ada pada pria bernama Bernie Madoff ini.

Siapa dia dan seperti apakah kasus yang menimpanya? Kita simak di Bedah Kasus edisi “Impostors Among Us” kali ini.

THE JEWISH DINASTY

Bernie Madoff membantu mendirikan NASDAQ yang menjadi salah satu pasar saham utama di Amerika

Pria bernama lengkap Bernard Lawrence Madoff ini lahir dari keluarga Yahudi. Ia tumbuh besar dalam kehidupan keluarga yang sederhana, bahkan ayahnya hanyalah seorang tukang pipa ledeng. Mungkin karena muak hidup miskin, ia kemudian bersumpah untuk meraih mimpinya untuk hidup kaya raya (ala sinetron-sinetron Indosiar). Dengan pekerjaannya sebagai penjaga pantai dan memasang sprinkler (penyemporot air), ia mendapatkan uang sebesar 5 ribu dolar (kini bernilai 600 juta rupiah) sebagai modalnya mendirikan perusahaan sendiri. Ia kemudian mendapat tambahan uang sebesar 50 ribu dolar dari mertuanya.

Perusahaannya yang berkutat di perdagangan saham mulai sukses, terutama setelah ia merintis penggunaan teknologi komputer dimana kemudian teknologinya ini diadaptasi menjadi NASDAQ, salah satu indeks saham terbesar di Amerika Serikat. Bahkan perusahaan-perusahaan bergengsi seperti Apple, Netflix, Amazon, Facebook, hingga Microsoft, semua memajang saham mereka di NASDAQ.

Karena reputasi Bernie sebagai salah satu pendiri NASDAQ, maka namanya pun semakin moncer di kalangan investor. Tercatat, perusahaan miliknya Madoff Securities menjadi salah satu perusahaan terbesar di Amerika. Tak terbilang banyaknya investor yang berlomba-lomba menanam saham di perusahaan tersebut karena dianggap amat menguntungkan. Bahkan, di suatu titik, Madoff Security menjadi perusahaan terbesar keenam di Wall Street, pasar saham Amerika.

Pundi-pundi penghasilan keluarga Bernie pun meroket hingga akhirnya merekapun tajir melintir bukan main. “Kelebihan” harta merekapun kemudian “disumbangkan” untuk kepentingan politik. Mereka mensponsori para politisi sebanyak ratusan ribu dolar dimana hal ini tentu saja mengangkat nama mereka dan membuat mereka memiliki banyak dukungan dari politisi. Tak hanya Bernie yang berkecimpung di dunia bisnis. Istrinya, Ruth, dan adiknya, Peter, juga ikut bekerja sama dengannya.

Namun lama-kelamaan bisnis Bernie ini mengundang kecurigaan. Pasalnya, perusahaan ini senantiasa mengalami keuntungan, bahkan presentasenya naik setiap tahun. Perusahaan ini menjanjikan laba atau keuntungan 13,5% hingga 20% per tahun bagi setiap uang investasi yang ditanamkan ke perusahaan teresebut. Semisal saja kita menanamkan uang 1 juta rupiah ke perusahaan tersebut, maka setahun kemudian, uang itu akan bertambah menjadi 1,2 juta rupiah. Semakin banyak uang yang diinvestasikan, maka keuntungan kitapun akan makin besar. Semisal jika kita menanamkan uang 100 juta rupiah, maka kita akan menerima keuntungan hingga uang kita menjadi 120 juta rupiah. Menggiurkan bukan?

Namun dimana-mana di dunia ini tak ada yang namanya bisnis yang selalu untung. Selalu saja ada pasang surut (namanya juga rejeki). Kadang mungkin perusahaan tersebut mendulang profit. Namun tentu ada kalanya waktu dimana bisnis kita seret, semisal di masa pandemi seperti ini.

Akan tetapi anehnya, hal tersebut tak pernah terjadi pada perusahaan Bernie. Selama puluhan tahun, perusahaan tersebut mengaku terus untung.


THE GLASS PYRAMID

Perdagangan saham memang menawarkan keuntungan yang menggiurkan, namun tetap saja kita harus berhati-hati

SUMBER GAMBAR

Di Amerika, kedudukan para investor dilindungi oleh sebuah badan negara bernama U.S. Securities and Exchange Commission (disingkat SEC). Pada 1999, seorang analis finansial bernama Harry Markopolos memberi tahu SEC bahwa menurut hasil analisisnya, mustahil bagi perusahaan Bernie tersebut terus mendulang kesuksesan selama puluhan tahun tanpa mengalami kerugian sedikitpun. Namun klaimnya ini terus-menerus diabaikan oleh SEC bahkan ketika ia berkali-kali mendatangi mereka pada tahun 2000, 2001, 2005, dan 2007 dengan bukti di tangannya. Kelak pada 2012 setelah kebohongan Madoff terkuak, ia menulis sebuah buku berjudul “No One Would Listen” untuk menuangkan pengalamannya itu.

Lanjut pada 2001, seorang wartawan finansial bernama Erin Arvedlund menulis sebuah artikel di majalah Barron yang berjudul "Don't Ask, Don't Tell" yang mempertanyakan metode bisnis Bernie Madoff hingga bisnisnya selalu sukses. Namun karena nama tenar Bernie, para investor tak bergeming dan tetap saja mempercayainya hingga aliran investasi selalu saja masuk ke kantung Bernie Madoff. Peringatan Erin-pun lagi-lagi bernasib sama Harry, yakni selalu diabaikan. Tak heran banyak pihak mengacuhkan peringatan Harry dan Erin, sebab Bernie mendapat backingan para politisi yang disokong oleh dana kampanye dari keluarga Madoff.

Pada 2004, seorang srikandi lain, yakni seorang pengacara yang bekerja di SEC bernama Genevievette Walker-Lightfoot juga mulai mencurigai ada yang tidak beres dengan Madoff Securities, perusahaan yang didirikan oleh Bernie tersebut. Iapun kemudian menghubungi atasannya, yakni Mark Donohue dan melaporkan bahwa ia menemukan keanehan dari perusahaan tersebut. Namun Mark dan bosnya, yakni Eric Swanson malah meminta Genevievette untuk menghentikan penyelidikannya. Yang mencurigakan, tak lama sesudahnya, Eric Swanson, bos SEC tersebut menikah dengan Shana Madoff yang tak lain adalah putri Peter Madoff sekaligus keponakan Bernie Madoff.

Tak heran, dengan kesuksesan yang diklaim oleh Bernie Madoff, banyak organisasi- organisasi terkemuka hingga bank-bank dari berbagai penjuru dunia menanamkan saham mereka di perusahaan tersebut. Tercatat investor seperti Royal Bank of Scotland, BNP Paribas, Bank Austria, AXA, Korea Life Insurance Co., Royal Bank of Canada, Allianz Global Investors, hingga The Central Bank of Ireland semuanya tak ragu berinvestasi di perusahaan itu hingga ratusan juta dolar. Tak hanya itu, HSBC, perusahaan terkemuka asal Inggris bahkan menanamkan hingga 1 miliar dolar (14 triliun rupiah).

Aktor terkenal seperti Kevin Bacon, Kyra Segdwick, dan Eric Roth (penulis naskah “A Star is Born”) juga memasrahkan uang mereka untuk diinvestasikan di sana. Bahkan mungkin yang paling tragis (or not, you decide), Bernie mencari “mangsa” justru dari kaumnya sendiri, yakni kaum Yahudi. Ia berhasil membujuk berbagai lembaga-lembaga amal yang dikelola umat Yahudi untuk mempercayakan uang mereka padanya, termasuk salah satu di antaranya adalah Wunderkinder Foundation milik sutradara termashyur Steven Spielberg. Banyak juga yang mempercayakan dana pensiun mereka kepada Bernie untuk dapat diinvestasikan, antara lain seluruh penduduk kota Fairfield di negara bagian Massachusets (AS) dan kota Dorset County di Inggris.

Namun skema berkalang dusta milik Bernie Madoff akhirnya runtuh, justru karena sebuah event yang tak terduga: krisis finansial yang menimpa Amerika Serikat pada 2007-2008.

Penurunan GDP Amerika Serikat yang terlihat jelas pada grafik ini sebabkan oleh adanya krisis finansial pada tahun 2007-2008

Pertama, kita tilik dulu bagaimana Bernie Madoff mendapatkan semua uangnya hingga ia menjadi seorang miliuner. Pertama, ia menerima dana-dana yang dipercayakan dari berbagai pihak kepadanya untuk diinvestasikan ke pihak lain supaya mendulang keuntungan. Tadi gue sudah sebutkan, Bernie menjanjikan laba hingga 20% untuk semua investasi yang masuk. Seperti yang gue jelaskan tadi, jika gue memasukkan dana 100 juta, maka setahun berikutnya gue akan mendapat 120 juta. Nah, logikanya jika kita mendapat laba sebanyak itu, apakah kita akan langsung mengambilnya setelah setahun? Tentu saja tidak, bukan? Jika kita tahu investasi kita menguntungkan, maka kita akan tetap menyimpannya di situ untuk terus berlipat ganda. Apabila kita menyimpan selama 2 tahun, maka uang kita (termasuk labanya) akan berbunga lagi hingga totalnya menjadi 144 juta.

Namun di sinilah letak kelicikan Bernie. Ia tahu bahwa di dunia ini tak ada satu perusahaan pun yang bisa memberikan keuntungan 20% tiap tahunnya. Ia tahu bahwa laba itu senantiasa naik turun karena tak ada yang namanya abadi. Namun, tentu investor takkan mau menanamkan uang mereka di perusahaan yang nantinya bisa mengalami rugi. Karena itulah Bernie memilih tidak melakukan apa-apa.

Ya, dia sama sekali tak menginvestasikan uang yang sudah dipasrahkan kepadanya. Ia justru menumpuknya dan mempergunakannya untuk memperkaya dirinya sendiri dan juga mencukupi gaya hidup mewah keluarganya. Namun katakanlah jika salah seorang investor tidak terlalu “tamak” dan mengambil uang berserta bunganya hanya setelah setahun berinvestasi (katakanlah dia seperti gue menanamkan uang 100 juta). Darimana Bernie mendapatkan 20 juta sebagai bunga hasil “usahanya” jika memang uang itu tak pernah berputar?

Jawabannya adalah dari uang investor lain yang disetorkan kepadanya. Skema penipuan seperti itu disebut dengan nama Skema Ponzi.

Peristiwa krismon yang menimpa Amerika Serikat menyebabkan para warganya berbondong-bondong menarik dana segar dari investasi dan simpanan finansial mereka

Semisal katakanlah lu adalah penipu bernama Ponzi dimana lu meyakinkan orang-orang untuk menanamkan modal pada lu yang nantinya akan dikembalikan dengan bunga 20%. Lalu salah satu korban lu, A, terayu dan memberikan duitnya. Kemudian ada lagi B yang juga terbujuk rayuan lu dan memberikan uangnya. Nah kini A meminta uangnya kembali setelah setahun dengan harapan dia dapat uangnya + bunga 20% tapi duitnya sebenarnya tetap karena lu nggak apa-apain (nggak lu puter atau investasiin di tempat lain).

Nah darimana lu dapet tambahan duit bunga 20% itu untuk membayar A? Jawabannya adalah dari uang B. Jadi kini uang B berkurang 20% karena dipakai membayar A. Kini A, yang sudah mendapat keuntungan, percaya pada lu dan memberitahu teman-temannya. Kini lu punya nasabah lain, yakni C, D, E, dan F (waduh kalo pake nama-nama gini kek inisial pelaku video syur hehehe). Anggap aja keenam-enamnya memasukkan uang 100 juta jadi total lu punya duit 600 juta sekarang. Karena lu punya banyak duit, lu gunakan untuk kepentingan lu sendiri, semisal beli rumah 500 juta.

Tapi kini muncul masalah. Tiba-tiba A sampai F secara berbarengan minta duit mereka bersama bunganya selama setahun. Total, lu harus memiliki duit 600 juta + 120 juta total bunganya atau 720 juta. Tapi boro-boro lu bisa balikin modal awal mereka, masalahnya lu kini hanya punya 100 juta doang karena duitnya udah telanjur lu pake foya-foya.

Nah, inilah yang terjadi pada Bernie Madoff.

Tanpa siapapun sangka-sangka, pada tahun 2007 terjadi krisis finansial dahsyat yang melanda Amerika Serikat. Semua indeks saham jatuh dalam semalam. Karena pasar saham jatuh, banyak perusahaan bangkrut dan hampir 9 juta orang menjadi pengangguran. Kini demi mencegah kerugian lebih jauh (dan juga karena banyak dari investor Bernie butuh uang cash karena ekonomi mengalami resesi), secara serentak mereka semua segera mencairkan uang yang mereka simpankan di Madoff Securities.

Celakanya, uang itu sudah tidak ada lagi.


THE FALLEN

Uang yang dipercayakan pada Bernie Madoff pun lenyap menguar tanpa jejak akibat bisnis penipuan yang ia lancarkan

SUMBER GAMBAR

Sebagai gambaran, jumlah uang yang diinvestasikan di Madoff Securities (baik dari berbagai perusahaan, bank, ataupun individual) semuanya berjumlah total 18 miliar dolar (hampir 253 triliun rupiah). Jika menghitung bunga yang mereka janjikan, maka jumlah uang yang seharusnya Bernie bayarkan pada investor bisa mencapai 65 miliar dolar (sekitar 914 triliun rupiah). Namun kini uangnya yang tersisa di rekening Bernie hanya tinggal 234 juta dolar (“hanya” 3 triliun rupiah). Jelas, itu takkan cukup membayar semua yang meminjamkan uang kepadanya.

Akhirnya pada 9 Desember 2007, Bernie mengaku pada kedua putranya Mark dan Andrew, bahwa semua kesuksesannya hanyalah kebohongan belaka. Seluruh kehidupan mewah yang mereka nikmati semua berasal dari hasil menilep uang yang dipercayakan para investor kepadanya. Dan celakanya, ia kehilangan semua uang itu.

Sehari setelah itu, Mark dan Andrew melaporkan perbuatan ayah mereka kepada polisi dan hanya dalam hitungan hari, Bernie Madoff ditangkap polisi. Keluarga Madoff yang awalnya hidup kaya raya tiba-tiba jatuh miskin karena semua harta mereka disita, termasuk apartemen mewahnya di Upper East Side, sebuah kawasan elite khusus kaum jetset di Manhattan, New York; sebuah rumah liburan yang menghadap pantai di Montauk; sebuah rumah di Prancis dan Florida, dua jet pribadi, dan sebuah yacht (kapal mewah). Semuanya berjumlah 170 juta dolar tapi sayangnya tetap tak cukup untuk menutupi kerugian yang ditimbulkan aktivitas haram Bernie.

Pada 2009, Bernie mendapat hukuman yang amat mengejutkan atas aksi penipuannya, yakni selama 150 tahun. 150 tahun! Untuk membayangkan betapa lamanya itu, ia akan bebas paling cepat pada tahun 2139 dan Bernie yang sudah berusia sepuh akan berumur 201 tahun saat dilepaskan. Jelas impossible bukan?

Namun mengapa hukuman yang diterimanya begitu berat? Bahkan pembunuh saja yang mendapat hukuman seumur hidup masih bisa kok menerima pembebasan bersyarat. Ini karena nilai uang yang digelapkan Bernie memiliki nominal yang amat mencengangkan, yakni 65 miliar dolar? Seberapa besar itu? Well, seluruh pemasukan (GDP) seantero negara Kroasia saja hanya senilai 60 miliar dolar, jadi seluruh uang yang ia tilep senilai dengan pendapatan sebuah negara kecil selama setahun!

Tak hanya korporasi-korporasi besar saja yang dirugikan oleh ulah Bernie, namun juga lembaga-lembaga amal dan orang-orang tak bersalah yang kehilangan harta mereka. Bila kalian ingat, tercatat penduduk kota Fairfield dan Dorset County di Inggris mempercayakan seluruh dana pensiun mereka dan uang itupun hilang. Tak jarang orang-orang yang kehilangan harta mereka akibat ulah Bernie kini jatuh miskin dan hidup terlunta-lunta di jalanan. Lembaga-lembaga amal Yahudi yang ditipu Bernie juga akhirnya bangkrut dan terpaksa menutup rumah sakit ataupun badan amal lain yang mereka kelola.

Mark Madoff, putra Bernie yang tahu apa-apa tentang bisnis haram ayahnya ikut kena getahnya hingga mengakhiri hidupnya

SUMBER GAMBAR

Namun rupanya Bernie telah mendapatkan azabnya sendiri. Di dalam penjara, Bernie dikenal sering diintimidasi oleh sesama tahanan. Hanya beberapa bulan masuk, ia langsung terlibat perkelahian dengan sesama napi dan diserang hingga mengalami patah tulang. Pada 2010, hanya dua tahun setelah penangkapan Bernie, anak tertuanya, yakni Mark, ditemukan bunuh diri di rumahnya di New York. Rupanya Mark sudah kepalang malu dengan ulah memalukan ayahnya itu.

Tragisnya, kedua anak Bernie sendiri sebenarnya tak ada sangkut pautnya dengan penipuan yang dilakukan oleh ayah mereka dan punya usaha sendiri yang halal. Namun mereka tetap ikut kena getahnya dan mendapat hujatan serta bullying dari masyarakat. Seolah tak cukup tragis, satu-satunya anak Bernie yang tersisa, yakni Andrew, meninggal karena kanker pada 2014. Azab demi azab memang senantiasa menghampirinya. Terakhir, istrinya Ruth yang awalnya masih setia mengunjungi suaminya akhirnya memutuskan tali silaturahmi karena terlalu kecewa oleh perbuatan Bernie yang menyebabkan kematian kedua anaknya.

Sosok-sosok lain yang ikut membantu skema Ponzi sang pebisnis Yahudi tersebut juga kena ganjarannya. Peter, adik Bernie yang membantu kakaknya menipu ribuan orang akhirnya dijatuhi hukuman penjara. Sementara itu Shana, putri Peter dan juga keponakan Bernie, dilepaskan karena dianggap hanya dimanfaatkan sebagai pion demi keuntungan trah Madoff. Memang, aksi House of Madoff ini bak House of Medici atau Borgia masa kini.

Pada 2019 Bernie sempat meminta ampunan dari presiden AS kala itu, Donald Trump, mungkin karena mereka berdua sama-sama pengusaha yang berkecimpung di dunia bisnis. Namun Trump sama sekali tak menanggapinya. Pada 2020, ia dikabarkan mengalami gagal ginjal dan meminta untuk dilepaskan dari penjara. Namun sayang, hakim sama sekali tak mengabulkannya sehingga kemungkinan besar, Bernie akan meninggal dalam penjara, sendirian, tanpa keluarganya.

Tentu saja, seperti sosok Elizabeth Holmes terdahulu, Hollywood segera saja terinspirasi oleh kisah hidup menghebohkan Bernie Madoff. Tercatat pada 2013, kisah Bernie Madoff menginspirasi film “Blue Jasmine” dimana aktor Woody Allen didaulat memerankan sang penipu. Selain itu, pada 2017 HBO merilis film “The Wizard of Lies” dimana aktor kenamaan Robert de Niro memerankan Bernie sedangkan aktris senior Michelle Pfeiffer memerankan Ruth, istrinya.

Apa yang menimpa Bernie Madoff ini layaknya menjadi introspeksi bagi kita. Kita senantiasa waspada dan berhati-hati jika ada yang menawari investasi yang berbunga berlipat ganda hanya dalam waktu singkat dan dengan laba yang amat besar pula. Jangan-jangan itu semua hanya skema piramida Ponzi yang pada akhirnya, bak sebuah piramida yang dibangun dari kartu yang rapuh, akan runtuh jua.

Uniknya, ketika para pialang saham di NASDAQ ditanya, mengapa mereka bisa tak menyadari skema Ponzi yang dilancarkan Bernie Madoff selama bertahun-tahun, mereka hanya menjawab “No one throw a rock into a glass house” atau “tak ada yang melempar batu di rumah yang terbuat dari kaca”. Apa artinya itu, kalian sendiri yang menyimpulkan.

SUMBER: WIKIPEDIA

5 comments:

  1. Mencoba menyimpulkan tapi IQ 7 hamba g nyampe😂😂😂

    Jd mrk selalu berhati-hati gitu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kesimpulan:Bernie dpt modal 55 dolar trus dia mendirikan NASDAQ jd namanya melejit.Dia jg mendirikan Madoff Security yg menjanjikan 20% laba/thn.Jd byk investor yg investasi kesana.Bernie jg menyumbangkan dana ke politikus biar ada dukungan.Tp sebenernya dia sm adiknya,Peter,g pernah investasiin uangnya.Jd klo ada yg mo nyairin duit mereka ambil dr duit investor lain buat dikasih ke org yg mo nyairin.Knp mereka bs ketauan ? Karena krisis pd thn 2007 membuat org buru2 nyairin duit tp mereka g ada duit karena semua investor mo nyairin & mereka jg pake duit para investor ini demi hidup mewah.G ada yg tau soal teknik mereka yg bernama Skema Ponzi ini karena mereka selalu hati2.

      Delete
  2. Di Indonesia juga marak sistem gini dan sedihnya banyak yg terjebak dan jadi korban.

    ReplyDelete
  3. aku taunya, "Those who live in glass houses should not throw stones".

    ReplyDelete
  4. UPDATE: Bernie Madoff meninggal di penjara

    ReplyDelete