Wednesday, March 17, 2021

TRAGEDI KOLONI JAMESTOWN: SEJARAH PARA IMIGRAN AWAL AMERIKA YANG TERNODA KANIBALISME

 

Kini negara Amerika Serikat memang dikenal sebagai negara adidaya yang maju. Namun status itu tidaklah diraih secara instan. Bahkan, pada awal mulanya, berdirinya negara Amerika Serikat (diawali dengan kepindahan para imigran Eropa ke benua tersebut) justru diselubungi peristiwa-peristiwa tragis nan mengerikan. Salah satunya adalah peristiwa kanibalisme yang konon merebak di salah satu koloni kulit putih pertama di Amerika di kota Jamestown.

Pada tahun 1607, sejumlah koloni dari Inggris datang untuk mencoba peruntungan baru di benua yang baru saja ditemukan oleh Christopher Columbus tersebut. Namun celakanya, usaha mereka ternyata tak berjalan lancar hingga tercatat pada 1609-1610 mereka mengalami bencana kelaparan yang amat parah. Dari 500 penduduk kota Jamestown kala itu, hanya 61 yang berhasil selamat. Tak hanya itu, demi bertahan hidup, aksi kanibalisme pun terpaksa mereka lakukan.

Bagaimanakah kisah tragis penduduk Jamestown ini bisa terungkap? Apa yang sesungguhnya terjadi kala itu? Dan mengapa tragedi tersebut justru menjadi titik penting yang membawa Amerika Serikat menjadi negara sukses seperti sekarang ini?

Kita simak saja sejarahnya di Dark History kali ini.

CHAPTER 1 : THE TRAGEDY


Di daerah yang berawa-rawa inilah koloni Jamestown didirikan

Pada 2012 lalu, para arkeolog yang menggali situs kota Jamestown menemukan bukti tak terbantahkan tentang rumor kanibalisme yang merebak pada abad ke-16 kala salah satu koloni kulit putih di Amerika itu berdiri. Bukti tersebut merupakan tengkorak dan tulang belulang milik seorang gadis cilik berusia 14 tahun. Temuan itu mereka namai sebagai “Jane”.

Namun ada hal yang mengejutkan yang mereka temukan saat mengekskavasi tulang-belulang gadis malang tersebut. Pasalnya di tulang-tulang “Jane” tersebut ditemukan bekas potongan dan sayatan pisau, seolah-lah daging dari jenazah gadis itu dikupas dari tulangnya. Tak hanya itu, tengkorak kepalanya juga terlihat bekas-bekas potongan kapak, seolah-olah ada yang berusaha memecah kepalanya untuk mendapatkan otak di dalamnya. Ada pula bekas-bekas sayatan di rahangnya, membuktikan bahwa ada yang berusaha mencabut lidahnya untuk dimakan. Selain itu, seperti korban kanibalisme pada umumnya, terlihat bekas tulangnya yang dipecah untuk dibuka, biasanya untuk mengambil sumsum tulangnya (yang amat kaya gizi) dari dalamnya.

Yang mengerikan, para arkeolog yang memeriksanya tak bisa memastikan, apakah “Jane” sudah meninggal kala perbuatan itu dilakukan, ataukah masih hidup.

Penemuan tragis tulang-belulang “Jane” sebagai penduduk koloni pertama Jamestown membuktikan bahwa rumor kanibalisme yang terjadi di koloni tersebut yang menguar selama berabad-abad rupanya memang benar adanya. Namun bagaimanakah cerita sebenarnya hingga kisah tragis itu mampu terjadi?


CHAPTER 2: THE FIRST COLONY


Lukisan yang menggambarkan pertemuan kaum kulit putih Eropa dengan suku Powhatan

Pada 1606, hanya beberapa tahun setelah penemuan benua Amerika oleh Christopher Columbus, para kolonis Inggris mulai berlayar ke dunia baru. Tentu saja, rencana para kolonis tersebut bak bermain dadu alias berjudi semata, sebab mereka belum pernah menginjakkan kakinya ke Amerika dan sama sekali tak tahu kondisi alam apa yang akan mereka hadapi. Kala itu, tiga kapal berlayar membawa para pria yang siap merengkuh hidup baru di benua tersebut, yakni kapal-kapal bernama Susan Constant, Discovery, dan Godspeed, semuanya berada di bawah kepemimpinan Kapten Christopher Newport.

Pada 26 April 1607 mereka akhirnya mendarat di Teluk Chesapeake di tempat yang kini menjadi negara bagian Virginia di Amerika Serikat.Para kolonis tiba di lokasi yang mereka sepakati cukup strategis untuk mendirikan sebuah kota. Kala itu sekitar 104 orang (semuanya laki-laki) mendirikan kota pertama mereka di tanah Amerika yang dinamai Jamestown. Wilayah tempat berdirinya kota tersebut mereka pilih karena dianggap strategis dalam hal pertahanan. Tak heran, kala itu para pendatang dari Eropa tersebut harus bersaing dengan penduduk asli Amerika kala itu (dulu dinamakan suku “Indian”). Namun sayangnya, lokasi tersebut ternyata tidak cocok untuk bercocok tanam, cukup jauh dengan sumber air, serta sulit untuk mencari hewan buruan. Tak hanya itu, sebagian besar kolonis rupanya berasal dari kaum bangsawan sehingga kebanyakan tak pernah bekerja kasar, apalagi tahu caranya bertani ataupun berburu. Segera, bekal bahan makanan merekapun semakin menipis.

Para pendatang tersebut awalnya mengharapkan perdagagan (barter) dengan suku asli penghuni wilayah tersebut, yakni suku Powhatan. Namun ternyata bukannya akur, permusuhan malah pecah di antara suku Powhatan dan kaum kolonis dari Inggris tersebut. Insiden demi insiden membuat suku Powhatan kini memusuhi para pendatang, bahkan mereka tak segan-segan menculik dan membunuh kaum kulit putih tersebut.

Pada 1608, sang kapten, Christopher Newport, yang pada tahun sebelumnya kembali ke Inggris setelah mengantar para kolonis, kini kembali ke Jamestown dengan membawa persediaan makanan. Harusnya ini membawa kabar gembira bagi para kolonis di Jamestown. Namun celakanya, tak hanya membawa bahan makanan, sang kapten juga membawa 100 orang baru. Tentu saja ini berarti ada lebih banyak mulut untuk diberi makan.

Awalnya sang kapten mengira koloni di Jamestown akan sukses, itulah sebabnya dia pede membawa 100 kolonis baru. Namun begitu menyaksikan kondisi menggenaskan di koloni tersebut, sang kapten kemudian memutuskan kembali ke Inggris untuk membawa suplai makanan baru. Iapun menepati janjinya, belum ada setahun iapun kembali dengan suplai makanan kedua, disertai kedatangan dua wanita pertama di koloni tersebut, yakni Mistress Forrest dan pelayannya, Anne Burras.


CHAPTER 3: THE PRINCESS

Beruntung, kali ini pada pelayaran ketiga Christopher, ia membawa serta seorang kapten baru bernama John Smith yang didaulat memimpin kota Jamestown. John Smith rupanya orang yang amat berwibawa dan pandai berdiplomasi sehingga ia mampu bernegosiasi dengan kaum asli Amerika lain, yakni suku Nansemonds. Namun rupanya hal ini tidak disukai oleh suku Powhatan sehingga mereka mengirim salah satu satrianya, yakni Opechancanough untuk menculik dan membunuh John Smith. Namun ternyata usaha itu berhasil dihentikan oleh putri dari sang kepala suku Powhatan yang memohon pada ayahnya agar mengampuni nyawa John Smith.

Nama putri itu adalah Pocahontas, yang kemudian kisahnya melegenda dan diangkat menjadi film Disney berjudul sama. Whoooooo is that girl I see ... staring straight back at me ... when will myyyyy reflection shows ... who I am insiiiiiiide ...

Ekspresi readers: “Woi bang! Salah lagu, itu lagunya Mulan bukan Pocahontas!”


Lukisan yang menggambarkan Pocahontas menyelamatkan John Smith. Perbuatannya ini, walaupun sederhana, memicu Butterfly Effect hingga berujung pada berdirinya Negara Amerika Serikat seperti saat ini

Ya habis gimana dong gue nggak tau lagunya Pocahontas hiks. Nah, berkat bantuan Pocahontas yang cantik jelita, Kapten John Smith pun mulai mendapat kepercayaan dari suku Powhatan dan merekapun berhenti memusuhi kaum kulit putih di Jamestown. Namun celaka, suatu hari John Smith mengalami kecelakaan yang cukup parah sehingga iapun harus dibawa ke Inggris untuk dirawat. Kini, tanpa kemampuan berdiplomasi dari John Smith, suku Powhatan kembali memusuhi dan menyerang penduduk Jamestown tanpa ampun.

John Ratcliffe, kapten dari kapal Discovery berusaha menggantikan peran John Smith untuk memimpin koloni. Sayang, ia tak seterampil John Smith sehingga iapun ditangkap dan dibunuh oleh kepala suku Powhatan. Kini, tanpa pemimpin, koloni Jamestown berusaha membentengi kota mereka. Namun celakanya, dengan benteng itu, mereka justru tak bisa bebas keluar masuk. Apabila ada anggota koloni yang berani keluar untuk berburu atau mencari makanan, maka dijamin suku Powhatan akan membunuh mereka.

Namun Kapten Christopher Newport tak membiarkan penduduk koloni Jamestown sendirian. Kala itu ia kembali ke Inggris untuk membawa suplai makanan ketiga menggunakan kapal bernama “The Sea Venture” yang diikuti 8 kapal kecil lain yang membawa para anggota koloni baru. Pada 2 Juni 1609, iring-iringan itu berangkat. Namun sayang, kapal-kapal yang membawa sekitar 500 kolonis dan juga persediaan makanan tersebut diterjang badai di Bermuda. Kapal Sea Venture karam, sementara kedelapan kapal kecil lainnya selamat, dimana satu kapal kembali ke Inggris karena tak kuat menahan badai, sedangkan 7 lainnya selamat tiba di Jamestown. Celakanya, kapal-kapal yang selamat merupakan kapal-kapal yang membawa tambahan jumlah koloni (hingga 300 orang). Sedangkan, kapal Sea Venture yang membawa bahan makanan justru tenggelam.

Mereka kala itu belumlah sadar bahwa kapal Sea Venture menjadi korban kekejaman Segitiga Bermuda, sebuah wilayah misterius di Samudra Atlantik dimana kapal-kapal yang melewatinya hilang secara misterius.

Kondisi Jamestown pada 1609 tentu saja bertambah buruk. Tak hanya mereka bermusuhan dengan suku Powhatan sehingga nyawa mereka terancam, kini musim dingin juga datang menjelang. Aklibatnya, mereka makin kekurangan bahan makanan. Hal ini masih ditambah lagi dengan kedatangan koloni baru dan karamnya persediaan makanan yang dikirimkan kepada mereka.

Akibatnya tentu tak terpelakkan, yakni bencana kelaparan yang melanda penduduk Jamestown.


CHAPTER 4: THE CANNIBALS OF AMERICA

Kuburan massal di Jamestown yang membuktikan peristiwa kanibalisme di koloni pertama Amerika itu

Selama didera musim dingin, penduduk Jamestown begitu putus asa hingga rela membongkar rumah mereka dan membakar kayunya untuk menghangatkan diri. Mereka juga memakan semua binatang yang mereka temukan dalam kota mereka, seperti kuda, kucing, anjing, hingga tikus. Kondisi mereka bisa dibilang tak jauh berbeda dengan Donner Party.

Kehabisan makanan dan tak punya pilihan lain, mereka pun terpaksa menjadi kanibal. Para korban yang meninggal selama masa kelaparan itu mereka gali dan mereka konsumsi dagingnya. Salah satu korbannya adalah Jane, yang menjadi pembuka artikel ini dimana pada tulangnya ditemukan bukti-bukti kanibalisme.

Akhirnya setelah mimpi buruk musim dingin berakhir, pada 7 Juni 1610, anggota koloni yang tersisa memutuskan untuk #kabur. Merekapun berlayar kembali ke Inggris, meninggalkan koloni mereka yang terkutuk.

Sementara itu di Inggris, reputasi Kapten John Smith menjadi naik daun berkat buku yang ditulisnya mengenai petualangannya di benua Amerika, termasuk pertemuannya dengan sang putri Indian yang cantik, Pocahontas. I can show you the world ... shinning shimmering splendid .... Tell me, princess, now when did you last let your heart deciiiiiiide ....

Ekspresi readers: “Dih Bang itu lagunya Aladdin bukan Pocahontas!”

Yah salah lagi, balik ke cerita. Cerita John Smith ini menjadi membuat banyak pihak rela mengucurkan tambahan dana demi mendanai koloni-koloni selanjutnya ke Amerika. Akhirnya pada 1 April 1610, tiga kapal lain, membawa persediaan bahan makanan hingga dokter, dikirimkan kembali dari Inggris ke Jamestown. Salah satunya adalah seorang bangsawan bernama Thomas West yang lebih dikenal dengan gelarnya sebagai Baron De La Warr atau Lord Delaware. Atas jasa-jasanya nanti, namanya diabadikan menjadi salah satu negara bagian Amerika, yakni Delaware.

Ketika kapal Lord Delaware bertemu dengan kapal-kapal para pengungsi dari Jamestown, iapun memaksa mereka untuk berbalik kembali ke Amerika. Keputusannya kala itu terdengar kejam, apalagi mengingat kengerian yang telah mereka alami akibat bencana kelaparan di Jamestown. Namun Lord Delaware saat itu cukup pede bahwa usahanya kali ini untuk mengkolonisasi Amerika akan berhasil.

Di antara para kolonis baru yang menginjakkan kaki ke Amerika kala itu adalah seorang pria bernama John Rolfe. Dia-lah yang nantinya akan membuat peruntungan para penduduk Jamestown berubah. Saat itu, salah satu “temuan” bangsa Eropa kala mendarat di Amerika pertama kali adalah tanaman tembakau. Tanaman tembakau pada masa itu sudah biasa dipergunakan oleh penduduk asli Amerika, namun masih amatlah asing bagi bangsa Eropa.

Kaum kolonis kala itu, didorong keingintahuan mereka, mendatangkan beberapa tanaman tembakau ke Eropa untuk diperkenalkan. Namun ternyata penduduk Eropa tak menyukai rasa pahit dari tembakau-tembakau tersebut. John Rolfe kemudian memiliki ide untuk menyilangkan tanaman-tanaman tembakau ini supaya menghasilkan varietas yang lebih manis dan lebih disukai oleh penduduk Eropa. Ia kemudian berhasil menciptakan varietas tembakau unggul itu dan membawa tanaman itu kembali ke Amerika supaya bisa diperbanyak.

Rencananya rupanya berhasil. Tanaman tembakau hasil persilangan tersebut subur ditanam di tanah Amerika (karena memang sesuai iklim dan kondisi tanahnya). Hasil panennya yang melimpah kemudian dikirimkan ke Eropa dengan harga tinggi, membawa pemasukan dan peruntungan bagi koloni Jamestown yang tadinya sekarat. Tak hanya itu,karena kesuksesan John Rolfe, iapun berhasil menikahi Putri Pocahontas.

Ekspresi readers: “Haduh Bang Dave pasti mau nyanyi lagi ...”

Gue: “A whole new woooorld ... a new fantastic point of view ....”

Ekspresi readers: “BANG UDAH DIBILANG BUKAN ITU LAGUNYA!”

Tak hanya sukses membalik kondisi Jamestown menjadi kota yang kaya raya, kedatangan para koloni ini juga membawa berkah (buat mereka) karena kehadiran Lord Delaware yang pandai berperang hingga bisa mengalahkan suku Powhatan. Berkatnya, para pendatang kulit putih tak lagi diganggu dan dibantai oleh penduduk asli Amerika. Berkat kesuksesan koloni Jamestown-lah (walaupun didera masa lalu kelam), koloni-koloni lain pun berdiri di benua Amerika dan akhirnya membentuk apa yang kita sebut sebagai negara Amerika Serikat.

Apa yang pernah terjadi pada koloni Jamestown memang tragis, namun mereka masihlah lebih beruntung ketimbang koloni Roanoke di tempat yang kini menjadi negara bagian North Carolina, Amerika Serikat. Pada 1587-1590, koloni Roanoke tiba-tiba lenyap. Sekitar 100-an kolonis seolah menguap tanpa jejak. Tak ada pemakaman, tak ada jenazah, koloni tersebut ditinggalkan begitu saja. Satu-satu petunjuk akan lenyapnya para kolonis tersebut adalah kata “Croatoan” yang terukir di salah satu pohon di lokasi tersebut. Kini, kisah lenyapnya koloni Roanoke menjadi subjek banyak Teori Konspirasi, bahkan ada yang menganggap menghilangnya koloni tersebut akibat diculik alien.

Benarkah hal tersebut? Yang jelas, lenyapnya koloni Roanoke dan kanibalisme yang dialami koloni Jamestown (ditambah pula tragedi Donner Party) membuktikan betapa kejamnya sejarah Amerika dan betapa sulitnya perjuangan untuk membangun sebuah bangsa

SUMBER: WIKIPEDIA, NATIONAL GEOGRAPHIC



5 comments:

  1. Bang salah tau, lagunya pocahontas tuh yg ini
    Let it go let it goo, ken hod it bek enimoorr

    Btw, keren banget njir sejarah amerika. Walaupun smua bangsa psti pnya sejarah yg memilukan. Alhamdulillah Indonesia gak smpe makanin teman atau mayat teman. Walaupun zaman itu juga susah huhu~ terhuraa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kamu gak tau tragedi teman makan teman yang legendaris di Indonesia, sampe punya banyak haters dari Sabang sampai Merauke plus dapet predikat Pelakor 😏

      Delete
  2. Aku ngeship Pocahontas sama John Smith tapi ternyata nikahnya sama John Rolfe :')

    ReplyDelete