Inilah nasib jadi pekerja kantoran dengan gaji pas2an. Pengennya liburan ke Bali, tapi karena bugdet minim akhirnya aku maen ke Yogyakarta yang cuma satu jam perjalanan dari hometown-ku Solo. Seperti biasa, kereta komuter Prameks (Prambanan Ekspress) yang jadi andalan. Hanya dengan tiket 10 ribu, kita bisa jalan-jalan ke Yogya. Enak kok, hampir tiap jam selalu ada keretanya yang berangkat ke Yogya.
Aku awali perjalananku dari stasiun Balapan Solo. Hmm…kenapa dinamain stasiun Balapan? Soalnya daerah ini dulunya sering dijadiin tempat balapan merpati. Bahkan, hingga kini masih ada kampung bernama “Kandang Doro” alias “kandang merpati” di dekat stasiun.
Hari Minggu adalah waktunya liburan. Jadi nggak heran walaupun masih pagi, tapi kereta menuju Yogyakarta sudah penuh. Hampir saja aku nggak kebagian tempat duduk. Penumpang dr stasiun Purwosari lebih sial lagi karena jelas nggak akan kebagian tempat duduk. Karena melihat ada ibu2 sedang berdiri menggendong anaknya akhirnya aku tawarkan tempat dudukku ke ibu itu (hehehe hitung2 amal). Aku memilih duduk di bawah. Eh ternyata nggak buruk2 amat. Asik malah, bisa bebas.
Perjalanan satu jam tak terasa terlewati. Aku turun di stasiun Tugu. Tempat-tempat wisata di Yogyakarta emang enak karena letaknya dekat dengan stasiun Tugu, antara lain Malioboro, Benteng Vredenburg, Istana Presiden (Gedung Agung), Keraton, dll. Nah kali ini tujuan liburanku adalah Taman Sari, yaitu pemandian raja pada zaman Mataram Islam dulu. Aku sengaja ke Taman Sari karena di sana banyak bangunan tua. Untung aja aku bareng temenku yang asli anak Yogya, jadi dia tau jalan2 tikus disitu. Kami sampai di Taman Sari lewat jalan belakang, yaitu melewati reruntuhan bangunan tua. Reruntuhannya keren bgt. Kata temenku daerah itu emg suka dijadikan lokasi pre wedding.
Kamipun mencari jalan menuju Taman Sari melalui daerah perkampungan yang padat. Nah, ternyta kami melewati masjid bawah tanah yang terkenal di Yogya. Di sini, banyak lorong-lorong bawah tanah dengan tangga seperti ini.
Keren banget kan? Akupun mengikuti temenku menyusuri lorong masjid bawah tanah itu menuju Taman Sari. Ada kelompok band jalanan mengamen di dalam lorong. Wah dasar Yogya kota seni, pengamennya aja keren2. Karena langit-langit lorong itu begitu rendah, aku pikir kalo ada bule pasti harus menunduk jalannya. Eh ternyata dugaanku meleset. Di depan kami ada sepasang bule yang berjalan dengan santainya tanpa kejeduk.
Sekeluarnya dr lorong km harus berjalan sebentar hingga sampai di depan Taman Sari. Kayak begini nih pintu depannya. Tuh juga ada dua bule yang kuceritain tadi.
Tiketnya murah banget kok, cuma 3ribu. Kami langsung masuk ke area kolam. Temenku bercerita kalo dulu disini adalah tempat mandi para selir dan dari atas menara, sang raja memilih selir yang diinginkan. Ini dia kolam di Taman Sari.
Berjalan sebentar dan kami masuk ke sebuah lapangan berpasir (mirip keraton di Solo). Konon pasir-pasir yang ada di keraton Yogya dan Solo dibawa langsung dari pantai Parangtritis, daerah kekuasaannya Nyi Roro Kidul. Biar kerasa aura mistisnya katanya.
Wah terus dimana keluarnya dong? Ternyata jalannya menuju ke perumahan penduduk. Apa nggak risih ya penduduk disini tiap hari ada turis2 lewat depan rmh? Tp nggak apa2 juga sih biar bule2 tau rasanya tinggal di kampung hehehe.
Abis dari Taman Sari, kami langsung jalan2 ke Malioboro, itu lho jalan paling terkenal seantero Indonesia. Huft parkirnya susah banget ternyata, secara hari Minggu jadi suasananya rame banget. Setelah parkir di depan pasar Beringharjo, kami pun langsung berjalan-jalan di nol kilometernya Yogya. Ini adalah gedung BI (ada becaknya, berasa Yogya banget!).
Ini kantor pos Yogyakarta (pas juga ada dokar lewat hehehe).
Dan ini suasana titik nol Yogyakarta dengan latar belakang gedung BNI.
Kami juga sempat maen ke benteng Vrendenburg.
Dan ini adalah Gedung Agung, yaitu Istana Presiden yang terletak di Yogyakarta.
Kebetulan di Malioboro lagi ada acara dan ada banyak artwork dipajang disana.
Pulangnya aku langsung meluncur ke stasiun Tugu. Seperti biasa, pulangku naek kereta Prameks. Tapi kereta prameks sore pasti VERY VERY crowded! Sumpah! Nggak mungkin bisa dapet tempat duduk. Begitu masuk ke kreta aku langsung berasa naek kereta subway di New York kayak di film2 Hollywood. Soalnya disini kudu desak2an ama penumpang yang laen. Sejam perjalanan ke Solo akhirnya aku lalui dengan berdiri. Ketika hampir nyampe stasiun Solo aku colak-colek penumpang di sebelahku.
“Mas tadi dimintain karcis nggak?”
Eh ternyata kalo jam sibuk gini kondekturnya nggak muter meriksa karcis. Yah tau gini nggak usah beli karcis aja tadi sekalian. Tapi maklum juga sih, bisa kegencet entar kondekturnya kalo maksain meriksa karcis pas kereta penuh gini hehehe. Tapi pengalaman itu tentunya tidak menyurutkan keinginanku untuk berpelesir lagi ke Kota Pelajar yang sarat objek wisata itu.
wah reviewnya bagus bgt mas. aku yg orang jogja aja jarang2 kesana. terakhir kesana waktu masih smp (skitar 20 taun yg lalu) diajak temen yg kebetulan rumahnya ga terlalu jauh dr tamansari
ReplyDeleteHahaha sama dong bro,,,aku sendiri yg orang solo aja seumur-umur baru sekali masuk keraton solo, itupun gara2 diajak sodara yg datang dr luar kota dan udah bertahun2 yg lalu,,,
Deletethx, infonya gan
ReplyDeleteKa mau tanya. Saya besok jalan ke jogja, nginap di daerah malioboro gitu. Mau trip ke taman sari, enaknya naik apa ya kalo kesana? Mendingan grab apa naik becak aja? Apa mending nyewa motor sekalian? Mohon infonya. Makasih
ReplyDeletebesok ada event apa ya di jogja pas libur gini
ReplyDelete