Episode yang lalu: Tomohiko akhirnya tiba di Nagasaki untuk meminta bantuan Miss Akagi, namun lagi-lagi ia mengalami mental breakdown. Setelah bertemu dengan Miss Akagi, lagi-lagi sang hantu menampakkan wujudnya. Kini Tomohiko mulai mengerti sedikit tentang apa yang terjadi terhadap dirinya.
Aku ingin bangun sepagi mungkin keesokan harinya, namun ketika aku menemukan Miss Akagi pagi itu, beliau sudah menyelesaikan ibadah paginya.
“Selamat pagi, Tomohiko. Basuhlah wajahmu dan sarapanlah. Jika sudah selesai, kita akan pergi bersama-sama ke kuil utama.”
Sebelumnya akan kujelaskan. Agama Buddha memiliki banyak sekte dan Miss Akagi adalah pemimpin salah satunya. Sekte yang beliau pimpin memiliki sejarah panjang, bahkan disebutkan dalam buku teks. Ada banyak orang di penjuru Jepang yang mengikuti sistem kepercayaan yang sama. Walaupun sistem kepercayaan mereka sama, namun karena kondisi geografis, baik bagian timur dan barat Jepang memiliki kuil utamanya sendiri-sendiri. Karena aku berada di Nagasaki, maka kami berkiblat pada kuil yang ada di barat, yang letaknya cukup jauh dengan kuil dimana Miss Akagi tinggal.
Miss Akagi memberikan dua alasan mengapa kami harus pergi ke kuil utama. Pertama karena aku nampaknya memiliki suatu “skill” atau ketrampilan yang rasanya harus diasah. Aku sendiri tak bisa menjelaskannya, namun beliau mengatakan hal itu penting. Alasan lainnya karena kami harus melakukan semacam upacara peringatan bagi arwah yang mengikutiku, agar ia menemukan kedamaian dan jalan menuju ke sisi yang lain. Nenekku adalah yang paling bahagia ketika mendengarnya, namun ayahku tampak tak begitu setuju karena beliau belum begitu mempercayainya.
“Tak apa-apa Yah,” kataku pada beliau, “Aku akan kembali.”