Karena
terus menemui jalan buntu, para ilmuwan kemudian memutuskan
memodifikasi percobaan “celah ganda” tersebut. Namun hasilnya pun
semakin aneh dan aneh.
“QUANTUM
ERASER” EXPERIMENT
Jika
tadi sensor diletakkan sebelum papan dimana lubang A dan B
berada, maka kini sensor diletakkan setelah papan
tersebut. Jadi foton diamati setelah ia keluar entah dari lubang A
dan B, bukan sebelumnya. Tapi hasilnya tetap sama, pola interferensi
tak terlihat dan yang terlihat hanya pola partikel biasa. Mau ditaruh
di depan atau belakang, partikel foton seakan tetap tahu dimana
sensor itu berada.
Sekarang
percobaannya lebih nyeleneh lagi. Setelah sensor, diletakkan alat
tambahan lain yang disebut “quantum eraser”. Jika sensor
bertujuan untuk mengetahui dimana partikel lewat (lubang A atau
lubang B), maka “quantum eraser” bertujuan untuk menghapus semua
informasi yang dihasilkan oleh sensor tersebut. Jadi jika ilmuwan
memutuskan menyalakan “quantum eraser”, alat itu akan
menghancurkan semua data yang diperoleh dari sensor tersebut sebelum
para ilmuwan bisa melihat hasilnya.
Bagaimana
hasilnya? Pola interferensi terlihat lagi.
Hal
ini secara filosofis, kembali mencengangkan. Percobaan “quantum
eraser” membuktikan bahwa partikel tak hanya “sadar” akan
kondisi sekelilingnya, ia juga bisa mengetahu “niat” dari para
ilmuwan. Jika para ilmuwan memang tidak berniat mengamatinya (dengan
menyalakan “quantum eraser”), maka walaupun ada sensor sekalipun,
foton akan berperilaku sebagai gelombang. Namun jika para ilmuwan
benar berniat mengamati foton (dengan mematikan “quantum eraser”),
maka ia berperilaku seperti partikel.
Ini
membuktikan masalahnya bukan si partikel mengetahui apakah ada sensor
atau tidak, tapi ia juga bisa tahu niat kita, kapan sensor itu
berfungsi atau tidak.
Seakan-akan
ia bisa membaca pikiran kita.
Namun
percobaan terakhir, yang jauh lebih rumit, membuktikan bahwa partikel
tak hanya memiliki kesadaran, bahkan bisa membaca pikiran kita, ia
juga bisa memutar balik waktu.
“DELAYED
CHOICE” EXPERIMENT
Modifikasi
eksperimen “celah ganda” yang paling rumit ini disebut “delayed
choice” dan dicetuskan oleh seorang fisikawan Korea Selatan bernama
Yoon-Ho Kim. Ia melibatkan peralatan rumit yang tak hanya melibatkan
1 layar saja, melainkan 5 layar. Di sini, sebuah alat laser
menciptakan foton yang kemudian diarahkan ke papan dengan “celah
ganda”. Di sini, percobaannya hampir mirip dengan percobaan “celah
ganda” biasa, namun di sinilah perbedaannya:
Tiap
foton yang telah melewati celah (A ataupun B) akan melewati sebuah
kristal yang terbuat dari bahan Beta Barium Borate (BBO). Kristal BBO
ini akan memecah satu partikel foton menjadi dua partikel foton,
masing-masing memiliki energi setengah dari partikel foton semula.
Perlu diingat, kedua foton ini berada dalam kondisi “quantum
entaglement” (akan gue jelaskan di artikel berikutnya tentang
“teleportasi”), tapi yang cukup kalian ketahui bahwa partikel ini
kembar, gitu aja.
Karena
katanya tiap partikel foton punya kesadaran, kita kasih aja mereka
nama. Anggap saja ada partikel A yang melewati celah A, kemudian
masuk ke kristal BBO dan terpisah menjadi dua, sebut saja Anna dan
Anny. Partikel B yang keluar melalui celah B akan terpisah juga
menjadi Budi dan Bono.
Anna
dan Budi, masing-masing akan masuk ke layar D0, akhir cerita.
Namun
Anny dan Bono masih memiliki perjalanan yang panjang. Baik Anny dan
Bono masing-masing memiliki 3 kemungkinan. Kita bahas dulu Anny dari
celah A (kita tandai perjalanannya dengan garis merah). Anny
dipantulkan Prisma dan bisa menempuh 3 jalur:
1.
Anny dipantulkan cermin MA1 dan akhirnya berujung di layar D4
2.
Anny menembus lurus cermin MA1, tapi dipantulkan cermin MA2, dan
dipantulkan lagi oleh cermin MAB dan akhirnya tiba di layar D2
3.
Anny menembus lurus cermin MA1, dipantulkan cermin MA2, tapi menembus
lurus cermin MAB dan tiba di layar D1
Jadi
Anny, seperti semua partikel yang keluar dari celah A, bisa berakhir
di layar D1, D2, dan D4. Perhatikan di gambar sebenarnya ada 5 layar,
D0 sampai D4. Namun foton yang keluar dari celah A takkan pernah
sampai di layar D3.
Sekarang
kita bahas bagaimana nasib Bono. Bono dari celah B (kita tandai
perjalanannya dengan garis biru) dipantulkan Prisma dan bisa menempuh
3 jalur:
1.
Bono dipantulkan cermin MB1 dan akhirnya berujung di layar D3
2.
Bono menembus lurus cermin MB1, tapi dipantulkan cermin MB2, dan
dipantulkan lagi oleh cermin MAB dan akhirnya tiba di layar D1
3.
Bono menembus lurus cermin MB1, dipantulkan cermin MB2, tapi menembus
lurus cermin MAB dan tiba di layar D2
Jadi
Bono, seperti semua partikel yang keluar dari celah B, bisa berakhir
di layar D1, D2, dan D3. Namun foton dari celah B takkan pernah
sampai di layar D4
Kesimpulannya,
hasil dari keempat layar adalah berikut:
1. Di layar D1 dan D2: kita takkan bisa menebak darimana asal foton tersebut, sebab foton dari celah A dan B bisa sama-sama tiba di layar-layar ini
2. Di layar D3: kita bisa menebak bahwa semua foton dari layar ini pastilah dari celah B
3. Di layar D4: kita bisa menebak bahwa semua foton dari layar ini pastilah dari celah A
Lalu
bagaimana polakah yang terlihat di tiap layar?
Di
layar D1 dan D2 terlihat pola interferensi, sedangkan di layar D3 dan
D4, terlihat pola partikel.
Berarti,
foton Anny dan Bono, apabila mereka sampai di layar D1 dan D2 akan
berperilaku seperti gelombang. Akan tetapi jika Anny dan Bono sampai
di layar D3 dan D4, mereka akan berperilaku seperti partikel.
Alasannya? Karena di layar D3 dan D4 mereka bisa diamati darimana
asalnya (foton di D3 selalu dari celah B, foton di D4 selalu dari
celah A), sedangkan di layar D1 dan D2, tidak bisa.
Mungkin
kalian ingat, “Bang, kan masih ada satu layar lagi di D0 tempat
Anna dan Budi mangkal. Di sana kan bisa dilihat polanya apa,
gelombang apa partikel?”
Nah
di sinilah letak masalahnya. Ketika dilihat, di layar D0 tertera pola
campuran antara interferensi dan partikel. Jreng jreng jreng!!!
Artinya,
pasangan dari setiap foton yang berperilaku seperti gelombang di D1
dan D2, juga akan berperilaku seperti gelombang di D0. Sebaliknya,
pasangan dari setiap foton yang berperilaku sebagai partikel di D3
dan D4, juga berperilaku seperti partikel di D0. Karena itulah hasil
di D0 merupakan gabungan dari semua layar D1-D4.
Satu-satunya
cara agar ini terjadi, adalah setiap partikel foton tersebut pergi ke
masa lalu dan memberitahukan pasangan fotonnya agar bertindak sama.
Mengapa?
Karena perjalanan Anny dan Bono begitu panjang (mantul sana mantul
sini), otomatis waktu yang mereka perlukan untuk sampai di layar jauh
lebih lama ketimbang waktu yang dibutuhkan Anna dan Budi yang
langsung sampai ke layar D0. Perbedaan waktu tersebut mungkin sangat
singkat, hanya beberapa nanodetik (sekitar sepersejuta detik), tapi
tetap saja partikel yang mengenai layar D1-4 berada di masa depan
ketimbang pasangan mereka di D0.
Bila
kalian masih bingung apa kaitannya dengan time travel, gue akan
jelaskan begini.
Masih
ingat kan Anny dan Anna kembaran? Anna tiba di layar D0, sedangkan
Anny katakanlah tiba di D4. Dengan demikian, Anny berperilaku seperti
partikel, karena ia sudah “ketahuan” datang dari celah A. Tapi
Anna, yang tiba di layar D0 beberapa nanodetik sebelum Anny, ternyata
juga berperilaku seperti partikel. Nah, bagaimana Anna tahu Anny
bakalan “diamati' dan harus jadi partikel? Jawabannya yang mungkin
adalah Anny kembali ke masa lalu dan memberitahu Anna tentang apa
yang bakal terjadi padanya.
Semisal
percakapan mereka: “Sis, ini gue Anny! Gawat nih gue jatuh di D4
dan gue harus jadi partikel. Lu juga harus jadi partikel ya begitu
sampai di D0” dan Anna-pun menjawab, “OK!”
Hal
sebaliknya katakanlah terjadi pada Budi dan Bono. Budi tiba di layar
D0, sedangkan Bono katakanlah tiba di D1. Dengan demikian, Bono
berperilaku seperti gelombang, karena ia nggak “ketahuan” datang
dari celah A atau B. Tapi Budi, yang tiba di layar D0 beberapa
nanodetik sebelum Bono sampai di D1, berperilaku juga sebagai
gelombang.
Penjelasan
yang mungkin, lagi-lagi, Bono kembali dari masa depan dan memberitahu
Budi tentang nasibnya: “Bro, ini gue Bono! Tenang bro gue jatuh di
D1 nih jadi lu bisa jadi gelombang begitu sampai di D0” dan
Budi-pun menjawab, “OK!”
Aneh?
Seorang fisikawan lain bernama John Archibal Wheeler pernah melakukan
eksperimen yang jauh lebih aneh lagi.
COSMIC
INTERFEROMETER EXPERIMENT
Cahaya yang berasal dari Bima Sakti ini sesungguhnya berasal dari 25 ribu tahun yang lalu |
Bagaimana
jika kita melakukan eksperimen “celah ganda” bukan menggunakan
foton buatan, melainkan cahaya bintang? Semua eksperimen di atas
dilakukan menggunakan foton yang berasal dari mesin laser, dengan
kata lain foton-foton itu “dibuat” hanya beberapa detik sebelum
eksperimen. Bagaimana jika sebuah teleskop mengarahkan foton dari
bintang yang jaraknya jutaan atau bahkan milyaran tahun cahaya dari
Bumi, lalu melakukan percobaan untuk membuktikan apakah ia gelombang
atau partikel?
Jawabannya
tetap sama. Apabila foton dari bintang itu diperlakukan tanpa adanya
pengamat, hasilnya berupa gelombang. Namun jika diamati, hasilnya
berupa partikel. Tapi di sinilah letak keanehannya. Keputusan bagi
cahaya bintang itu untuk tiba ke Bumi dalam bentuk partikel atau
gelombang tak bisa dilakukan di tengah jalan. Maksudnya, nggak bisa
bintang mengeluarkan foton dalam bentuk gelombang di luar angkasa,
kemudian ketika tiba di Bumi dan tahu dia akan diamati, tiba-tiba
berubah menjadi partikel. Foton harus berupa partikel atau gelombang
semenjak
dia dikeluarkan dari bintang, tak bisa berubah di tengah jalan.
Jadi
jika bintang tahu cahayanya akan diamati di Bumi, maka semenjak
semula ia mengeluarkan foton-nya dalam bentuk partikel. Tapi ketika
ia tahu bahwa ia akan dijadikan eksperimen di Bumi, namun tanpa
pengamat (seperti di “celah ganda” tapi tanpa sensor), maka ia
akan melepaskannya dalam bentuk gelombang.
Masalahnya
adalah, perlu waktu jutaan tahun bagi sebuah bintang untuk cahayanya
bisa sampai ke Bumi. Semisal jika bintang yang digunakan dalam
percobaan Wheeler berjarak 10 juta tahun cahaya dari Bumi, maka butuh
10 juta tahun pula bagi cahaya itu dari detik ia dihasilkan di
bintang itu hingga menempuh perjalanan sampai ke Bumi.
Dengan
kata lain, keputusan bintang tersebut untuk melepaskan foton itu
dalam bentuk partikel atau gelombang, dilakukan jutaan tahun sebelum
eksperimen itu diadakan, atau bahkan sebelum manusia ada.
Di
sini kita bisa mulai memahami anehnya cara kerja alam semesta, bahwa
berbagai percobaan justru membuktikan bahwa zarah sekecil partikel,
penyusun terkecil alam semesta ini, memiliki kesadaran, membaca
pikiran, bahkan memutar kembali waktu.
Jika
perjalanan waktu merupakan sebuah hal yang “lumrah” di jagad raya
ini, bisakah kita melakukannya?
RETROCAUSALITY
Benarkah perjalanan waktu merupakan hal yang lumrah dialami zarah partikel dan merupakan bagian hukum alam? Dan benarkah "waktu" sebenarnya mengalir terbalik? |
Apa
yang terjadi pada eksperimen “Delayed Choice” dan “Cosmic
Interferometer” tak hanya seakan mustahil, namun juga
mengobrak-abrik tatanan hukum alam yang sudah sedemikian anggun dan
logis. Salah satu hukum alam (yang diamini bahkan oleh Ilmu Fisika)
adalah “Hukum Sebab-Akibat” atau “Causality”. Hukum ini
berbunyi bahwa sebab akan menimbulkan akibat. Jika kita melakukan A,
semisal mendorong pintu, maka akibatnya B terjadi, semisal pintu
terbuka. Namun hasil dari dua percobaan itu malah menunjukkan bahwa
“akibat” ternyata menimbulkan “sebab”. Masa lalu ternyata
disebabkan oleh masa depan. Konsep absurd ini disebut
“retrocausality” atau “kausalitas terbalik”.
Mulai
pusing? Jika iya stop di sini dan baca kembali. Pahami benar-benar
artikel ini sebab artikel lanjutannya akan jauh lebih memuyengkan.
jadi ingat film Quantum leap di sebuah stasiun tv swasta tahun 1993 yg lalu,tentan dr sam beckett yang melakukan perjalanan waktu memperbaiki sebab akibat dengan cara dia loncat ke tubuh orang lain
ReplyDeleteLu keren sih bang Dave,hal serumit ini jadi bisa d pahami otak sederhana ane wkwkwkwkwkwk
ReplyDeleteAnjaayy berasa kayak dikuliahin dosen tpi ngerti ama paham banget, soalnya dikasih contoh yg real dan sederhana. Super bang Dave lanjutkan, jdi download pdf novel suoernova gara2 bang Dave nih. Hihi
ReplyDeleteGak sia2, gw masih ngikutin blog lu ampe sekarang dave, makin ke sini, artikel lu tambah keren aja,
ReplyDeletegw suka creepypasta/cerita horor di blog lu, tapi jujur gw lebih seneng pas elu mbahas hal2 ginian...
Suka tema² kayak gini, semoga selanjutnya akan tetap ada
ReplyDeleteGood penjelasannya mudah dipahami
ReplyDelete