Ketika
jagad maya lebih memilih untuk menghujat Ferdian Paleka (he deserved
it by the way), gue malah lebih tertarik pada kasus lain, yakni Roy
Kiyoshi. Baru-baru sang peramal indigo itu tertangkap polisi tengah
mengonsumsi narkoba. Bukan narkobanya yang membuat gue kaget (hari
gini artis mana sih yang nggak pake narkoba, Young Lex doang kali),
namun klaimnya sebagai artis indigo, yet dia masih ketangkap juga.
Kalo beneran dia indigo harusnya doi bisa dong meramal kalo dia
bakalan tertangkap?
Namun
sebuah postingan di Twitter yang di-share di status salah satu temen
gue membuat gue berpikir ulang.
Yap,
status ini membuat gue berpikir tentang multiverse. Bagaimana jika
Roy mengambil keputusan lain yang berujung terciptanya multiverse?
Kita mungkin bisa menjawab rasa keingintahuan kita (atau at least
gue) tentang multiverse dengan cara yang lebih ilmiah (bukan ilmu
terawang tentunya), yakni melalui fisika.
Di dua
postingan gue terdahulu, gue menyinggung tentang ilmu fisika dan
matematika untuk menjawab pertanyaan tentang keberadaan alien (atau
paling tidak mengapa kita harus waspada terhadap mereka). Memang yang
namanya ilmu fisika sebenarnya tak se-membosankan (walaupun sama
memusingkannya) dengan apa yang kita pelajari di SMA. Kalo di SMA
kita dipelajari rumus-rumus dan hitungan rumit, namun sesungguhnya
aplikasi fisika tak hanya sebatas menghitung debit air yang keluar
kalo semisal keran kita bocor, tapi juga menjawab berbagai pertanyaan
fundamental tentang alam semesta. Seperti: darimana asal alam semesta
ini? Apakah ada alam semesta lain atau konsep yang disebut dengan
“multiverse”?
Ada
sebuah teori dalam ilmu fisika, bernama “String Theory” yang
menjawab: harus! Ya, multiverse harus-lah ada supaya ilmuwan bisa
menjelaskan tentang keberadaan alam semesta ini dan bagaimana cara
kerjanya.
STRING
THEORY
Pertama
gue akan menyinggung sedikit apa itu “String Theory”. Ketika
membayangkan partikel (unit penyusun terkecil alam semesta ini), apa
yang kalian bayangkan? Banyak di antara kita yang membayangkan
partikel sebagai sebuah bola yang teramat kecil. Namun “String
Theory” memberi pendekatan lain. Bagaimana jika partikel itu
sebenarnya bukan berbentuk seperti bola, melainkan lebih mirip sebuah
benang?
Sebelum
kemunculan “String Theory”, tiap hukum dan teori yang
dipostulatkan oleh para ilmuwan hanya bisa menjelaskan salah satu
konsep saja dalam dunia fisika. Semisal, hukum Newton hanya berlaku
untuk gaya, hukum termodinamika hanya membahas energi, hukum Pascal
hanya menjelaskan tentang hidrostatik, hukum Maxwell-Faraday hanya
berkutat tentang elektromagnet, dan lain-lain. Para ilmuwan telah
lama mendambakan sebuah hukum esa mahadaya yang bisa menjelaskan
semua hal yang terjadi di alam semesta, mulai dari sebuah atom hingga
bintang, mulai dari listrik hingga lubang hitam.
Hingga
akhirnya sebuah pemikiran radikal datang dan mengubah pemahaman
ilmuwan tentang alam semesta.
Penjelasan "String Theory" hanya sesimpel ini. Seluruh alam semesta tersusun atas benang-benang mahakecil seperti ini |
Bagaimana
jika partikel itu berupa benang, bukanlah bola seperti yang mereka
bayangkan sebelumnya? “String Theory” menjelaskan bahwa seluruh
alam semesta (bahkan seluruh multiverse) tersusun atas benang-benang
mahakecil. Benang-benang ini selanjutnya akan “bergetar” sesuai
frekuensi tertentu dan perbedaan getaran tiap-tiap benang inilah yang
akan menghasilkan partikel-partikel atau gaya yang berbeda, semisal
ada yang menjadi elektron, proton, graviton (menghasilkan gaya
gravitasi), dan lain-lain.
Teori
revolusioner ini bisa menjelaskan semua yang terjadi di alam semesta
ini sehingga disebut-sebut sebagai “Theory of Everything” hingga
“M-Theory” (apa arti “M” dipersepsikan berbeda-beda, ada yang
mengatakan “Mother” atau “Mystery”). Yang jelas, “String
Theory” hadir secara dramatis bak mesias bagi mereka yang
mendambakan sebuah teori tunggal yang bisa menjawab semua pertanyaan.
Akan
tetapi untuk benar-benar memahami “String Theory” para ilmuwan
harus mengubah konsep fundamental mereka secara ekstrim. Selama ini,
hanya ada 4 dimensi yang diakui oleh para ilmuwan (terakhir,
Einstein), yakni 3 dimensi ruang (panjang, lebar, kedalaman) dan 1
dimensi waktu. Namun agar “String Theory” dapat bekerja secara
matematis, dibutuhkan sekitar 10 dimensi (bahkan ada sumber lain yang
menyebut 11 hingga 26 dimensi).
Tak
semua dari dimensi itu bisa dinalar dengan manusia. Namun
membayangkan implikasinya bagi pemahaman kita akan kehidupan dan alam
semesta tentu amat menggoda.
Mari
kita mulai membahas seperti apakah kesepuluh dimensi itu.
DIMENSI
ZERO
Sebelum
membahas Dimensi 1-10, kita bahan dulu Dimensi 0 (Nol). Sebagai
gambaran gampang, anggap aja Dimensi 0 adalah sebuah titik.
FIRST
DIMENSION
Dimensi
Pertama terjadi jika titik di Dimensi 0 bergerak dari satu tempat
(anggap saja A) ke tempat lain (B). Pergerakan ini menimbulkan garis,
dan garis inilah Dimensi I.
Jika ada
manusia yang bisa hidup di Dimensi I (katakanlah namanya Tono), maka
ia hanya bisa berjalan dari titik A ke titik B (bergerak ke kanan)
atau sebaliknya, dari titik B ke A (ke kiri).
Seperti
gambar di atas, Dimensi I hanya memiliki “panjang”.
SECOND DIMENSION
Dimensi
Kedua terjadi jika kini Tono tak hanya bisa bergerak ke kanan kiri
saja, namun juga bisa naik turun.
Katakanlah Tono bisa bergerak tak hanya dari titik A ke B, namun juga bisa ke titik C.
Katakanlah Tono bisa bergerak tak hanya dari titik A ke B, namun juga bisa ke titik C.
Ini
disebut sebagai Dimensi II, yakni “Panjang” dan “Lebar”.
THIRD DIMENSION
Dimensi
III disebut juga sebagai dimensi ruang. Kini katakanlah ada manusia
yang hidup di Dimensi III bernama Budi. Budi tak hanya bisa bergerak
ke kanan-kiri atau atas-bawah saja seperti si Tono, namun bisa maju
mundur. Jadi Budi bisa bergerak dari A ke B, A ke C, maupun A ke D. Dimensi ketiga ini melibatkan “panjang”, “lebar”, dan “dalam”.
Di
Dimensi III inilah kita semua hidup.
Sebelum
membahas dimensi selanjutnya, kita bayangkan dulu bagaimana rasanya
hidup di Dimensi II. Di Dimensi II, hanya ada gambar “flat”, kita
bayangkan saja kartu raja di dek Remi.
Dimensi
tempat tinggal Tono seperti sebuah lembaran kertas tipis, karena ia
tinggal di Dimensi II. Bagi Tono yang hidup di Dimensi II, sangat sulit bagi dirinya membayangkan
seperti apa hidup seperti kita di Dimensi III. Katakanlah Budi yang
tinggal di Dimensi III memutuskan masuk ke dimensi yang dihuni Tono,
yakni Dimensi II, maka Budi akan berjalan “menembus” kertas
tersebut.
Ketika
Budi menembus dunia Tono, yang terlihat di mata Tono hanyalah
“potongan-potongan” tubuh Budi seperti foto MRI atau CT Scan. Ia
takkan pernah bisa melihat wujud Budi seutuhnya, sebab hanya sebatas
itulah ia mampu mengkomprehensikan seperti apa penampakan makhluk
Dimensi III. Ia mungkin malah kabur ketakutan karena pemandangan
“gory” dimana yang terlihat baginya adalah bagian dalam tubuh
Budi yang “terpotong-potong” oleh helai kertas yang dilewatinya.
Sekarang
mari kita bahas dimensi keempat, yakni ruang dan waktu.
FOURTH
DIMENSION
Dimensi
IV terjadi apabila kita menambahkan waktu ke dalam dimensi ruang
(panjang, lebar, dalam). Gambarannya seperti ini.
Kita
misalkan lagi satu orang, yakni Alexa, tinggal di Dimensi IV. Alexa bisa bergerak dari titik A ke titik B, yakni dimensi waktu. Budi,
yang tinggal di Dimensi III, tak bisa melakukan ini. Sebenarnya ada
dimensi waktu di dunianya, namun ia tak menyadarinya, karena waktu
baginya berjalan amat lambat.
Sama
seperti ketika Budi menembus Dimensi II dan yang dilihat Tono adalah
“potongan-potongan” tubuhnya, maka bagi Budi yang hidup di
Dimensi III, yang bisa ia lihat dan rasakan dari Dimensi IV hanyalah
“potongan-potongannya” saja.
Sebagai
contoh, Alexa di Dimensi IV bisa melihat Budi di Dimensi III sebagai sebuah proses
seperti ini:
Namun
bagi Budi yang tinggal di Dimensi III, yang terlihat hanyalah
potongannya. Di tahun ini semisal, ia melihat dirinya yang berusia 20 tahun. 10 tahun yang lalu, ia hanya bisa melihat dirinya sebagai anak
berusia 10 tahun. 30 tahun yang akan datang, ia hanya bisa melihat dirinya yang berusia 50 tahun. Ia takkan pernah bisa melihat seperti apa dirinya
“seutuhnya” sesuai dengan dimensi waktu.
SUMBER GAMBAR SUMBER GAMBAR SUMBER GAMBAR
Inilah yang bisa dilihat Budi di dimensinya tiap waktu, yakni wajahnya saat umur tertentu
Bagi Alexa gerakan seseorang melompat akan terlihat seperti di bawah ini, tapi tentu bagi Budi (dan kita semua yang tinggal di Dimensi III) kita hanya bisa melihat salah satunya saja.
Nah, apa enaknya buat Alexa yang tinggal di Dimensi IV? Ia bisa bergerak maju mundur ke waktu yang ia inginkan. Semisal Alexa yang kini berusia 19 tahun bisa mundur saat ia masih berusia 10 tahun, atau malah bisa bergerak maju untuk melihat seperti apa dia waktu berusia 50 tahun.
Nah, apa enaknya buat Alexa yang tinggal di Dimensi IV? Ia bisa bergerak maju mundur ke waktu yang ia inginkan. Semisal Alexa yang kini berusia 19 tahun bisa mundur saat ia masih berusia 10 tahun, atau malah bisa bergerak maju untuk melihat seperti apa dia waktu berusia 50 tahun.
Namun
ada aturannya.
Apabila
ia kembali, semisal setahun yang lalu, ia takkan bisa memperbaiki
kesalahan yang ia lakukan tahun itu. Semisal katakanlah tahun lalu ia
tak belajar sehingga ia tak masuk kuliah ke jurusan kedokteran yang
ia idam-idamkan. Maka walaupun ia kembali ke setahun yang lalu, ia
tetap takkan masuk kuliah. Ia takkan bisa memperbaikinya atau
membuatnya lebih buruk. Ia hanya akan terus mengulanginya.
Sebaliknya,
semisal ia pergi ke masa depan dan sadar ia akan terkena penyakit
jantung pada usia 50 tahun, ia takkan bisa memperbaikinya. Ia bisa
saja kembali ke masa lalu, namun takkan bisa mengubahnya. Ia akan
selalu kembali ke titik yang sama 50 tahun kemudian, dimana ia sakit
jantung. Ini semua disebabkan karena satu-satunya jalur yang bisa ia
lalui adalah linear, yakni sebuah garis lurus.
Namun
beda halnya jika ia bisa tinggal di Dimensi V.
FIFTH DIMENSION
Jika
kalian pahami, grafik di Dimensi IV mirip dengan grafik di Dimensi
II. Tak salah, sebab memang ada pola yang terus berulang di kesepuluh
dimensi ini. Kita bisa memahami Dimensi V mirip dengan Dimensi III,
hanya dalam hal ini kita berbicara waktu.
Katakanlah
Alexa naik level dan kini tinggal di Dimensi V. Kini ia tak hanya
bisa bergerak ke kanan dari titik A ke B, namun ia juga bisa pergi ke
titik C. Dengan kata lain, ia bisa menciptakan percabangan waktu.
Kita
ambil contoh Alexa pada usia 18 tahun melakukan kesalahan dengan tak
belajar saat ujian sehingga ia tak bisa masuk ke jurusan Kedokteran.
Akibatnya, ia kini (berusia 19 tahun) jualan cincau. Nah, jika ia
tinggal di Dimensi V, ia bisa dengan mudah kembali ke setahun
sebelumnya dan memperbaiki kesalahannya. Ia bisa belajar dengan keras
sehingga ia bisa masuk ke jurusan Kedokteran. Ia tinggal mengikuti
timeline percabangan ini dan menjadi seorang dokter.
Tapi tak
hanya itu, Alexa boleh kok mengambil pilihan berbeda. Semisal setelah
kembali ke usia 18, ia sadar bahwa biaya kuliah kedokteran amatlah
mahal dan ia memilih opsi lain untuk masuk ke jurusan hukum. Maka
akan ada timeline lain dimana ia menjadi seorang pengacara. Nah,
kalian pasti sudah paham bahwa di sini mulai terbentuk apa yang
disebut dengan dunia paralel (paralel universe) yang jika
dikumpulkan, akan menjadi multiverse.
Pengetahuan
tentang multiverse ini akan membuat kita merenungkan, bagaimana jika
kita mengambil pilihan hidup yang berbeda di masa lalu? Bagaimana
jika semisal, gue nggak pernah membuat konten horor di blog ini dan
terus mengisi blog Mengaku Backpacker dengan kisah traveling, akankah
kalian masih membacanya hingga sekarang? Gue ingat ketika gue bekerja
di daerah Tebet, Jakarta, sehabis makan siang di warteg gue nyaris
ketabrak sebuah mobil (yang sialnya melaju kenceng padahal jalannya
sempit dan gue biasa nyebrang dengan santai di situ). Apa yang
terjadi seandainya gue benar-benar ketabrak saat itu?
Bahkan
bisa dibilang, salah satu pilihan hidup yang gue tempuh saat itu
akhirnya berakibat fatal pada kematian seorang cewek (silakan baca
pengakuan gue di artikel ini).
What if,
itulah pertanyaan yang sering kita dengungkan dalam hati ketika kita
memahami konsep multiverse ini.
Well,
masih banyak nih yang mau gue jelaskan dan karena artikelnya walaupun
nggak panjang tapi sangat membingungkan dan butuh berpikir, akan gue
potong di sini dan gue lanjutkan ke artikel berikutnya. Stay tune!
Hmm, menarik.
ReplyDeleteTapi gw percaya manusia gak bisa menembus dimensi V. Gw percaya agama, dan sejauh ini agama yang gw anut menjelaskan bahwa dimensi yang akan kita alami hanyalah sampai dimensi IV. Waktu bakal terus berjalan lurus tanpa ada percabangan.
Well, I'm not a scientist nor a scientologist.
Wah, berat euy topiknya sekarang 😂 Tapi seneng bacanya, karena nambah ilmu. Selalu kagum karna bang Dave bisa menuliskan sesuatu yang sebenarnya ribet jadi sesuatu yang (cukup) mudah untuk dipahami orang-orang awam. Semangat terus nulisnya bang!
ReplyDeleteMakasih bang dave, udah bikin artikel ttg ini, gw pernah baca versi inggris nya/terjemahan yg ngaco, tapi tambah bingung...
ReplyDeleteAku padamu bang dave😂
ya teori ini memang berkaitan jg dengan dunia spiritual. bagi org2 yg spiritual, dunia 3d merupakan dunia yg sekarang kita jalani, sedangkan dunia 4d itu dunia yg lebih tinggi (terjadi kalau individu sdh berhasil lepas dr dunia 3d nya, mengalami spiritual awakening dan berhasil menjalani level ascending yg tinggi). sedangkan dunia 5d tidak ada yg tahu. bisa diartikan akhir zaman. dan oiya, gak semua indigo punya kemampuan membaca masa depan, mungkin hanya indigo yg bener2 tingkatan lightworkernya sdh tinggi. kebanyakan indigo punya kemampuan clairsentience, claircognitive, clairvoyant, clairaudience dlm level2 tertentu
ReplyDeleteYah gue emang menghindari membahas metafisika di artikel kali ini.
DeleteMasalahnya gue pernah baca si roy ini pernah menerawang akan ada artis ketangkap narkoba di tahun 2020 eh ternyata dia sendiri -_-
Dimensi itu cuma satu, walaupun kamu tau masa depan dan mengubahnya. Maka itulah yang telah tertulis di kitab takdir. Bahwa kamu akan merubah masa depan.
ReplyDelete(Refrensi sebuah film yang saya lupa judulnya)
Itu sih karena kita kita masih "kejebak" di dimensi kita yg skrg. Jika kita punya teknologi untuk naik dimensi di atas kita, akan terbuka semua kemungkinan
DeleteBang Dave udah nonton Film Primer belum? Timelinenya bingungin, wajib nonton bagi yang suka film mikir. Btw gw mahasiswa fisika, salut sama bang dave mau jelasin tentang String Theory ke pembaca umum wkwk
ReplyDeleteMenarik. Thanks sudah sharing, dave. Selalu suka sama isi blog lu :))
ReplyDeleteKok kayak anime Steins Gate ya? Yang dimana dimensi V itu kalau di animenya di sebut world line
ReplyDelete