Ilustrasi Dyson Sphere atau Bola Dyson, bukti kecanggihan alien dengan peradaban lebih tinggi dari manusia |
Melanjutkan
pertanyaan di episode sebelumnya, percayakah kalian pada alien? Drake
Equation menjawab bahwa probabilitas adanya kehidupan alien di luar
sana amatlah tinggi. Kemudian teori “Dark Forest” menjawab
Paradox Fermi tentang mengapa mereka memutuskan bersembunyi. Benarkah
ada peradaban alien di luar sana yang begitu mengancam dan
menakutkan?
Agar
bisa lebih jauh membahas tentang hal tersebut, kita juga perlu
menelaah bisa seberapa modern-kah peradaban alien di luar sana.
Apakah keberadaan mereka benar-benar bisa mengancam kita? Adakah
bukti keberadaan mereka, selain foto UFO yang buram?
Gue akan
menjawabnya di artikel kali ini. Namun pertama-tama gue ingin
mengenalkan kalian pada konsep Skala Kardashev.
KARDASHEV
SCALE
Seberapa
canggih sih peradaban alien di luar sana? Beruntung seorang astronom
asal Uni Soviet bernama Nikolai Kardashev menjawabnya lewat teorinya
yang diterbitkan pada 1964. Kardashev beranggapan, semakin maju
sebuah peradaban, maka akan semakin besar pula kebutuhan energinya.
Ini memang masuk akal. Bayangkan, sebuah rumah sederhana di desa dan
di kota, manakah yang lebih besar kebutuhan listriknya? Tentu rumah
di perkotaan bukan? Rumah di desa mungkin hanya memerlukan listrik
untuk kebutuhan dasar, semisal lampu. Namun rumah di perkotaan tentu
lebih banyak peralatan canggihnya, seperti TV, komputer, kompor
listrik, water heater, pompa air, dll.
Maka
Kardashev mengandaikan, semakin maju peradaban alien di luar sana,
tentu mereka akan membutuhkan semakin banyak energi. Namun darimana
mereka akan memenuhi kebutuhan energi tersebut? Sumber energi apakah
yang akan mereka gunakan? Bagaimana mereka memanennya? Inilah yang
mendasari pemikiran Kardashev.
Ia
mengemukakan teori tentang Skala Kardashev, yakni peradaban alien di
luar sana, jika memang benar ada, akan terbagi menjadi tiga kategori
berdasarkan kemajuan teknologinya.
Peradaban
Tipe I
Peradaban
tipe ini disebut juga “Peradaban Planet”. Peradaban ini bisa
menggunakan semua energi yang terdapat di planet mereka. Peradaban
jenis inilah mungkin yang terdekat dengan level teknologi yang
dimiliki oleh manusia di Bumi. Menurut Kardashev, peradaban ini akan
mengonsumsi energi sebanyak 4x1016 watt.
Peradaban ini hanya mampu memanen energi matahari yang sampai ke
planet mereka.
Peradaban
Tipe II
Peradaban
tipe ini disebut juga “Peradaban Bintang”. Peradaban ini bisa
menggunakan semua energi yang terdapat di tata surya mereka.
Peradaban ini membutuhkan energi yang jauh berkali-kali lipat lebih
besar, yakni 4x1026 watt.
Agar bisa memenuhinya, mereka harus memanen keseluruhan energi
matahari mereka. Menurut teori, mereka bisa menggunakan Bola Dyson
(akan gue jelaskan nanti) untuk keperluan tersebut.
Peradaban
Tipe III
Peradaban
tipe ini disebut juga “Peradaban Galaksi”. Peradaban ini bisa
menggunakan semua energi yang terdapat di galaksi mereka. Peradaban
ini memiliki kebutuhan energi hingga 4×1036
watt dan untuk memenuhinya, mereka harus memanen energi dari seluruh
bintang-bintang yang ada di galaksi mereka.
Kardashev
percaya bahwa kebudayaan alien takkan bisa semaju hingga Type IV,
sehingga ia hanya berhenti di Type III.
Mungkin
kalian berpikir, wah manusia sudah sampai di Level I dong karena kita
kan bisa memanen energi dari matahari kita, semisal menggunakan solar
panel. Namun tak semudah itu. Astronom lain, Carl Sagan, hanya
beranggapan bahwa level peradaban kita belumlah genap Level 1, namun
baru sampai di Level 0,7. Hal ini berdasarkan fakta bahwa konsumsi
energi kita baru mencapai 2x1013
watt, masih jauh dari angka 4x1016
watt yang menjadi standar peradaban Type
I.
Fisikawan
lain, Michio Kaku juga berpendapat, untuk mencapai level I saja,
manusia masih membutuhkan waktu hingga 200 tahun mendatang. Sedangkan
untuk mencapai level II, manusia memerlukan waktu hingga ribuan
tahun. Tak ayal, level III baru dapat dicapai manusia 100.000 hingga
1 juta tahun mendatang.
Kalo ini sih masih lama brow |
Namun
itu bukan berarti manusia tak bisa berimajinasi. Seorang ilmuwan
bernama Dyson berhasil merancang sebuah struktur bernama “Dyson
Sphere” atau mulai sekarang akan gue sebut sebagai “Bola Dyson”,
jika memang suatu saat kita mencapai Level II.
BOLA
DYSON
“Dyson
Sphere” atau “Bola Dyson” merupakan megastruktur hipotetis
(alias bangunan mahabesar yang hingga kini belum bisa dibuat) yang
melingkupi sebuah bintang untuk memanen energinya. Sebagai gambaran,
planet kita hanya menerima 0,000000049% energi dari Matahari. Jika
kita ingin memanen 100% energi matahari, cara terbaik melakukannya
adalah menutupi matahari tersebut dengan struktur yang disebut Bola
Dyson ini.
Freeman
Dyson, seorang fisikawan dan ahli matematika, pertama kali
mengemukakan ide tersebut di papernya yang diterbitkan tahun 1960,
berjudul "Search for Artificial Stellar Sources of Infrared
Radiation". Ia mengusulkan jutaan struktur melayang yang
mengelilingi seluruh permukaan Matahari untuk menangkap energinya.
Tentu dengan cara ini, akan ada lebih banyak energi yang ditangkap.
Membuat Bola Dyson tentulah tidak mudah. Untuk bisa membuatnya, kita
minimal haruslah mencapai peradaban Type II terlebih dahulu.
Ada
empat jenis Bola Dyson yang bisa dibuat. Pertama atau yang paling
sederhana, namun dengan input energi paling rendah, adalah Dyson Ring
(Cincin Dyson).
Jika
kita menjejerkan Cincin Dyson hingga menutupi seluruh permukaan
matahari, maka kita akan mendapatkan Dyson Swarm atau Dyson Bubble
(Gelembung Dyson) Uniknya, tiap unit penyusun Gelembung Dyson ini
disebut sebagai “statites” dan dapat dirancang sebagai
planet-planet kecil yang bisa menjadi habitat baru manusia.
Rancangan
paling radikal dari Bola Dyson adalah Dyson Shell (Cangkang Dyson).
Tentu kita bisa membayangkan, bahkan Gelembung Dyson-pun takkan bisa
menangkap 100% energi matahari sebab akan ada energi yang lolos lewat
sela-sela ruang kosong di antara unit-unit “statites”
penyusunnya. Oleh sebab itu, ide paling ekstrim adalah membuat
struktur yang benar-benar solid yang bisa menutup dan memblokir
seluruh energi yang keluar dari matahari.
Apabila
rancangan Cangkang Dyson ini bisa terealisasi, maka manusia akan
bisa mencukup standar kebutuhan energi Type II, yakni 4x1026
watt. Namun perlu kita ingat, membuat struktur se-fantastis ini tentu
akan memiliki banyak tantangan. Jika kita mempergunakan seluruh
material yang ada di tata surya kita (bahkan menambang asteroid dan
planet lain) kita baru bisa membuat Tempurung Dyson setebal 8-20
centimeter! Belum lagi memblokir seluruh matahari bisa mengubah
kondisi tata surya kita ini.
BUKTI
ADANYA BOLA DYSON?
Lokasi Tabby Star di konstelasi Cygnus (Angsa) |
Kita
kembali ke teori alien kita. Jika memang benar ada kehidupan alien
yang sesuai dengan skala Kardashev, apalagi yang mencapai type di
atas III, maka secara teori kita akan bisa mengamati mereka.
Pada 14
Oktober 2015, sekelompok astronom di Kepler Space Telescope menangkap
sebuah fenomena aneh di bintang bernama KIC 8462852 yang berada di
konstelasi Cygnus, sekitar 1.500 tahun cahaya jauhnya dari Bumi.
Bintang tersebut kemudian diberi nick-name “Tabby Star” atau
“Bintang Tabby” sesuai dengan nama pemimpin tim astronom
tersebut, Tabetha S. Boyajian.
Bintang Tabby ini menarik perhatian
para astronom karena perilakunya yang aneh, yakni bintang tersebut
“meredup” hingga 22% tanpa alasan yang jelas. Salah satu
penjelasan yang “mungkin” dari meredupnya bintang ini adalah
sebuah struktur buatan yang mem-blok bintang ini untuk menyerap
energinya.
Grafik yang memperlihatkan penurunan luminitas (kecerahan) bintang Tabby, seakan-akan secara periodik ada yang "menutup" dan "menyerap" cahayanya |
Dengan
kata lain, meredupnya Bintang Tabby mungkin disebabkan oleh adanya
sebuah “Bola Dyson”
Namun
benarkah teori itu? Kita mungkin takkan pernah tahu mengingat betapa
jauhnya lokasi bintang tersebut. Namun ternyata Bintang Tabby
bukanlah satu-satunya bintang yang dicurigai tengah “dieksploitasi”
energinya oleh alien. Pada 2016, bintang lain di rasi bintang
Scorpion, bernama EPIC 204278916 juga mengalami fenomena serupa,
bahkan lebih ekstrim, karena meredup hingga 65% selama 25 hari
pengamatan. Spekulasi yang sama menyeruak, bahwa sebuah ras alien
luar angkasa membangun Bola Dyson di sekitarnya untuk memanen
energinya.
TIPE-TIPE
PERADABAN LAIN DAN IMPLIKASINYA
Mungkin
kalian masih ingat bahwa Kardashev tak percaya bahwa ada makhluk di
alam semesta ini yang bisa mencapai lebih dari Level III. Hal ini
dikarenakan pada hakikatnya, mahkluk dengan teknologi tinggi akan
cenderung menghancurkan diri mereka sendiri jika tak mampu
mengimbangi kemajuan teknologinya dengan solusi. Contohnya bisa kita
lihat sekarang di Bumi kita ini kok, tak perlu jauh-jauh berpetualang
ke planet alien.
Kemajuan
teknologi kita telah menyebabkan berbagai kerusakan alam, sebut saja
lubang di lapisan ozon, pencemaran udara, punahnya flora dan fauna
akibat kerusakan habitat, pemanasan global, hingga perubahan iklim.
Kita juga perlu ingat, bahwa semua teknologi, semaju apapun, pasti
takkan bisa menghindari yang namanya limbah. Jika kita tidak bijak
mengelola limbah tersebut, maka yang ada planet kita justru akan
rusak karena eksploitasi energi yang berlebihan.
Ini akan
membawa kita ke masalah lain, yang erat kaitannya dengan teori “Dark
Forest” yang gue perkenalkan di artikel sebelumnya. Bagaimana jika
di luar sana ada alien yang menguasai tak hanya Level I, namun juga
level II bahkan III. Kita bisa membayangkan mungkin saja karena
kebutuhan energi mereka yang amat tinggi, planet tempat tinggal
mereka menjadi rusak, atau bahkan bintang milik mereka kehabisan
energi?
Tentu
hanya satu hal yang terpikirkan oleh mereka jika itu terjadi: mereka
akan pergi ke tempat lain.
Jika
mereka sampai datang ke planet kita, maka hal tak terelakkan pun akan
terjadi: penjajahan.
Tapi
bukan itu saja hal terburuk yang terjadi. Kardashev hanya membatasi
skalanya hingga III, namun para pemikir yang lebih modern berpendapat
lain. Bukan mustahil, di alam semesta yang mahaluas ini, ada
tipe-tipe peradaban lain yang jauh lebih tinggi. Michio Kaku
merekomendasikan peradaban Type IV atau Peradaban
Ekstragalaktik dimana mereka menyerbu galaksi lain untuk mencukupi
kebutuhan energi mereka.
Yang
lebih menakutkan, fisikawan John D. Barrow mengusulkan level
tertinggi, yakni peradaban Type Omega dimana mereka memiliki
teknologi yang bisa memanipulasi ruang dan waktu, bahkan bisa memanen
energi dari seluruh alam semesta. Pemikiran tergila kita tentu bisa
menduga, mereka bisa saja menyerbu alam semesta lain (sesuai konsep
multiverse) apabila energi di alam semesta mereka habis.
Feeling
safe enough, guys?
Kok gw jadi teringat ama Half-Life sehabis baca ini postingan?
ReplyDeleteMengingatkan ku pada Thanos dan Captain Marvel
ReplyDeleteKeren bang dave bahas hal semacam ini lagi dong kapan kapan.
ReplyDeleteApaaaaaa drake equation & Kardashev dicetusin taun 1960-an?? sementara itu gw taunya baru2 ini
ReplyDeleteSeperti planet krypton yg kehabisan energi akhirnya hancur :((
ReplyDeleteBtw serem juga yg bola tabby, seandainya kita mengambil planet Jupiter pun kayaknya memang blm cukup untuk menghalangi cahaya matahari ke Exo planet, hhhmmm btw nice Bangdep, pengetahuan ku terupgrade, kayul kudu baca juga
Mungkin saja sebenarnya alien yg sering kita bayangkan memang ada, tapi bukan bernama 'alien' tapi 'malaikat' atau 'penghuni langit'
ReplyDeleteArtikel yang kayak gini nih yang bener bener horror banget bagi gw. Menunjukan betapa tidak berdayanya kita dibanding alam semesta yang begitu besar dan misterius.
ReplyDeleteMungkin kedepan bisa perbanyak lagi konten "Lovercraftian Horror" kayak gini lagi bang hehe. Anyway makasih sudah sharing bang :)
Tipe yang telah menciptakan energi Unlimited gak ada Bang?
ReplyDeleteSayang banget soalnya, udah punya sejarah jutaan tahun, 10 besar peradaban terpintar di galaksi, tapi energi masih limit.
Kayaknya nggak bisa deh, soalnya energi itu nggak bisa diciptakan karena ada hukum kekekalan energi, bisanya cuma diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. bahkan bintang pun lama2 bisa habis kalo energinya dipake terus buat menciptakan panas dan cahaya
DeletePara ilmuan nampaknya hanya memperkirakan kebutuhan energi di masa depan secara kuantitas. Jika memang peradaban manusia bahkan sudah mencapai penemuan mesin waktu, bukankah seharusnya manusia sedah bisa lebih efektif mengelola energi.
ReplyDeletePenggunaan energi di bumi saja berinovasi pada arah yang semakin hemat (kl contoh peradaban desa dan kota sepertinya kurang global). Misal lampu jaman dulu lebih boros dan redup karena skrng sdh ditemukan lampu led yang hemat energi dan lbh terang.
Apa lagi energi bersifat kekal, harusnya sih jika peradabannya maju sudah bisa mengelola kondisi tsb.
energi emang kekal tapi kan ada prinsip hukum termodinamika II, energi cuman bisa diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. biasanya pemanfaatan energi apapun selain menghasilkan energi yg berguna, juga menghasilkan residu berupa panas. nah panas ini kalo terakumulasi terus bisa ngancurin peradaban itu (jika mereka nggak tahu cara mengelolanya). sama kayak kita, banyak masalah di dunia kita itu muncul gara2 kita nggak bisa mengelola limbahnya (sampah, gas2 rumah kaca, dsb). Gitu sih kalo menurut gue
Delete