Saturday, December 25, 2021

JAPANESE DARK URBAN LEGEND #12: LOWONGAN PEKERJAAN

Judul Asli: “Ryokan Job Offer”

 

SUMBER GAMBAR: UNSPLASH

Ini semua terjadi tepat dua tahun yang lalu. Aku sedang sibuk mencari pekerjaan. Hari-hari terasa panas selama libur musim panas dan keringatku bercucuran saat aku menelepon tentang pekerjaan. Tapi, untuk beberapa alasan, tidak ada pekerjaan apapun. Huh, selama liburan musim panas ini tentu saja aku banyak saingan karena banyak yang mencari pekerjaan juga. Aku menjatuhkan diri ke lantai, lelah, dan menggumamkan kata-kata makian dengan kesal saat aku membolak-balik halaman iklan pekerjaan  di sebuah majalah.

Benar-benar sialan … Masa mereka lebih memilih anak-anak SMA yang kerja paruh waktu ketimbang pengangguran yang benar-benar membutuhkan pekerjaan seperti aku? Untuk menghemat uang, aku tidak menggunakan listrik di siang hari (termasuk AC). Cahaya dari matahari terbenam yang sepertinya tidak mau turun mengalir ke kamarku meninggalkan jejak remang-remang. Bingkai kaca jendela membentuk bayangan seperti salib di lantai. Di kejauhan, sebuah kereta api bergemuruh, seolah tak peduli dengan masalahku.

Ketika aku memejamkan mata, aku bisa mencium bau masakan dari kamar apartemen lain. "Mereka masak enak, eh aku tiap hari makan mie instant." Aku menyeret tubuhku yang lesu dan pergi untuk meletakkan majalah itu. Tiba-tiba, ada sesuatu yang menarik mataku.

Ada iklan untuk pekerjaan di sebuah ryokan (ryokan adalah hotel tradisional yang menawarkan pemandian air panas). Wah sempurna, bekerja di sana pasti terasa seperti liburan. Pekerjaan itu hanya untuk musim panas dan bayarannya juga tidak terlalu bagus, tapi… paling tidak mereka menyediakan tempat untuk tidur dan makanan, jadi lowongan itu sangat menarik perhatianku.

Di sini aku tidak makan apa-apa selain mie instan. Di sana, aku bisa makan masakan sungguhan. Belum lagi pasti nikmat jika di sela-sela pekerjaan aku bisa berendam di pemandian air panas. Aku segera menelepon nomor yang tertera di sana.

“Terima kasih sudah menelepon, ini OO ryokan.” aku singkat saja inisial namanya sebagai OO.

“Halo. Saya melihat iklan lowongan pekerjaan Anda. Apakah Anda masih mencari orang?”

“Oh, tolong tunggu sebentar!”

Suaranya terdengar seperti wanita muda. Aku mendengar suara laki-laki bernada rendah di ujung sana, mungkin pemilik ryokan, saat mereka berbisik. Jantungku berdebar kencang di dadaku, sampai-sampai aku mendapati diriku duduk tegak dengan sopan sementara aku menunggu, seolah-olah aku berada di depan mereka di sana. Akhirnya seseorang kembali ke telepon. Namun suaranya berbeda.

"Halo? Anda tertarik dengan pekerjaan itu?”

"Ya. Saya melihat Anda sedang mencari pekerja. Saya ingin bekerja jika posisi itu masih ada.”

"Terima kasih. Kami ingin Anda di sini. Kapan Anda bisa mulai?”

Wah, secepat ini? Batinku girang.

“Kapan saja!” jawabku.

“Baiklah, bagaimana kalau besok? Maaf, siapa nama Anda?”

“Kamio.”

“Kamio-kun, ya? Kami tidak sabar untuk segera bertemu dengan Anda…”

Semuanya berjalan lancar. Betapa beruntungnya! Aku selalu merekam panggilan aku sehingga aku tidak lupa apa yang dikatakan. Aku memutar panggilan kembali dan mencatat bagian-bagian penting. Aku akan tinggal di sana selama itu, jadi aku memastikan untuk mencatat alamatnya baik-baik. Ada foto hitam putih penginapan itu di iklan majalah. Lokasinya tampak nyaman dan dikelilingi oleh alam.

Setelah mendapat pekerjaan aku merasa amat lega. Tapi ada yang aneh. Aku bersenandung sambil membuat mie instantku.. Matahari telah menghilang dan angin hangat dan lembab bertiup di jendela yang terbuka. Sambil menyeruput mieku, aku tiba-tiba menyadari apa yang salah.

Pekerjaan itu amat bagus, aku bisa menghemat uang dan juga liburan pada saat yang bersamaan (pekerjaan di sana nggak mungkin seberat itu kan?). Ditambah lagi ada seorang gadis bekerja di sana(apa dia cantik?). Itu adalah ryokan, jadi pasti tempatnya sangat indah. Tapi, ada yang aneh. Kaca jendelaku memantulkan wajahku seperti sebuah cermin..

Untuk beberapa alasan, aku tidak senang sama sekali melihat wajahku. Aku tidak tahu mengapa, tetapi aku benar-benar merasa depresi. Wajah yang menatapku kembali di jendela terasa tak bernyawa dan tua.

Keesokan harinya, aku bangun dengan sakit kepala yang hebat. Apakah aku sakit? Aku terhuyung-huyung ke kamar mandi untuk menyikat gigi. Gusiku berdarah. Aku melihat ke cermin dan terkejut. Ada kantong besar di bawah mataku dan kulit aku begitu pucat. Aku terlihat seperti hantu.

Aku harus menolak pekerjaan itu, pikirku, tapi aku sudah mengemasi semuanya pada malam sebelumnya. Tapi… aku tidak ingin pergi. Kemudian telepon berdering.

“Selamat pagi, ini saya dari OO ryokan. Apakah ini Kamio-san?”

"Ya. Saya baru saja akan pergi.”

"Baik. Apa Anda baik baik saja? Maafkan saya, tapi Anda terdengar sedikit ... "

“Ah, maaf. Saya baru saja bangun, jadi…”

“Jangan terlalu memaksakan diri. Sesampainya di sini, jangan ragu untuk menggunakan sumber mata air panas kami terlebih dahulu. Ini hari pertama Anda, jadi silakan luangkan waktu Anda untuk mengenal tempat ini. Lagipula, kami tidak terlalu sibuk.”

"Ah, saya baik-baik saja kok, terima kasih."

Aku menutup telepon dan bersiap untuk pergi. Akan tetapi, segera setelah aku menutup telepon, aku diliputi perasaan menggigil. Kepalaku pusing saat aku membuka pintu.

“Aku… aku harus pergi ke ryokan …”

Aku terhuyung-huyung menuju stasiun, sehingga orang-orang menoleh ke arahku ketika aku lewat.

Tak lama kemudian, hujan mulai turun. Aku tidak membawa payung, jadi pada saat aku sampai di stasiun aku sudah basah kuyup. Batuk-batuk yang menyakitkan ini menyiksa tubuhku.

“…Aku tidak mau pergi…”

Aku akhirnya sampai di stasiun, basah kuyup, dan membeli tiket. Ketika aku melihat tanganku sendiri, aku terkejut. Aku basah karena hujan, tapi tanganku terlihat kering dan kulitnya seperti pecah-pecah. Melihat pantulan wajahku di pos penjualan tiket, wajahku juga tampak keriput, seperti orang tua.

“Apakah ada sesuatu yang buruk menimpaku? Aku harap aku bisa sampai ke ryokan dengan selamat…”

Berpegangan pada teralis, aku menyeret diri aku menaiki tangga. Aku mengambil banyak waktu istirahat di sepanjang jalan. Aku punya waktu sampai kereta tiba. Aku ambruk di bangku dan duduk di sana, berjuang untuk bernapas ...

Suaraku serak. Tangan dan kakiku mati rasa. Kepalaku berdenyut-denyut dengan gelombang rasa sakit dan ketika aku batuk, darah mendarat di kakiku. Aku menyeka mulutku dengan sapu tangan. Kain itu tertutup darah.

Aku menatap peron melalui mata yang sayup.

“Aku harus… pergi ke ryokan…”

Akhirnya kereta menderu ke stasiun dan pintupun terbuka. Aku melihat orang-orang naik dan turun lalu berusaha bangkit dari bangku. Punggungku kesakitan. Aku terhuyung-huyung menuju pintu. Seluruh tubuhku sakit. Tapi aku harus naik kereta …

Ketika aku sampai di pintu, seorang wanita tua tiba-tiba bergegas ke arahku. Ia mendorongku keluar dari kereta. Saking kasarnya, serasa dia sedang menyerangku. Aku bahkan mulai berkelahi dengannya di peron. Memang terdengar sedikit menyedihkan, tapi dengan kondisiku sekarang, aku bukan tandingann ibu-ibu itu dan dengan mudah ia menyeretku kembali peron.

"Lepaskan! Jangan ganggu aku! Aku harus naik kereta!”

"Mengapa? Mengapa?" dia menjepitku ke tanah dan memelototiku.

“Aku… aku harus pergi ke ryokan!”

Akhirnya seorang petugas stasiun datang berlari dan menariknya pergi. Kereta sudah pergi. Aku tidak bisa berdiri, jadi aku duduk di tengah kerumunan orang banyak. Wanita tua itu menarik napas, dan akhirnya berbicara.

“Kamu ditarik ke sana. Hampir saja.”

Lalu dia pergi.

Petugas stasiun menanyakan beberapa pertanyaan lalu membiarkan aku pergi. Aku meninggalkan stasiun untuk kembali ke rumah. Ketika aku melakukannya, aku tiba-tiba merasa lebih baik dan kondisiku kembali normal. Aku melihat ke cermin dan kulitku terlihat lebih baik juga. Betapa anehnya.

Aku meletakkan barang-barangku ketika sampai di rumah dan memutuskan untuk merokok. Setelah istirahat sejenak, aku memutuskan untuk menelepon ryokan dan memberi tahu mereka bahwa aku tidak bisa pergi. Ketika aku menelepon, sebuah suara tanpa emosi menjawab.

"Nomor telepon ini sudah tidak digunakan."

Aku mencoba lagi.

"Nomor telepon ini sudah tidak digunakan."

Aku bingung. Nomor itu baru saja meneleponku pagi ini. Betapa anehnya. Kemudian aku ingat rekaman yang aku buat kemarin. Aku mulai memutarnya.

Telepon berdering dan kemudian diangkat.

“Terima kasih sudah menelepon, ini OO ryokan”

Rasa dingin menjalari tubuhku. Aku yakin aku ingat berbicara dengan seorang wanita, tetapi suara di rekaman itu adalah suara seorang pria.

“Halo. Saya melihat iklan lowongan pekerjaan Anda. Apakah Anda masih mencari orang?”

 “Oh, tolong tunggu sebentar.”

Ada suara bising di latar belakang. Kemudian aku juga merasa mendengar sesuatu. Jadi aku memutar ulang kembali.

“Oh, tolong tunggu sebentar… … di… … ku…”

Aku kembali memutar ulang.

“… ngin… beku…”

Aku memutar ulang.

“Sangat dingin… aku akan membeku…”

Itu adalah suara anak-anak. Bukan hanya itu, tapi aku bisa mendengar suara banyak orang di latar belakang sedang mengerang kesakitan. Keringat menetes dari dahiku. Aku melompat mundur dari telepon itu. Rekaman itu berlanjut.

"Terima kasih. Kami ingin Anda di sini. Kapan Anda bisa mulai?”

"Kapan saja."

Aku ingat percakapan ini, tetapi lagi-lagi ini bukan suara yang kudengar. Aku telah berbicara dengan seorang pria, sedangkan suara ini adalah suara orang tua.

“Kamio-kun, ya? Kami tidak sabar untuk segera bertemu dengan Anda…”

Kemudian panggilan berakhir. Aku berkeringat dingin dan hujan mulai turun di luar. Aku tidak bisa bergerak, mematung di tempat, tetapi akhirnya aku mulai tenang. Kemudian, rekaman dimulai lagi. Itu adalah telepon dari pagi ini, tapi hanya aku yang berbicara…

"Mati mati mati mati mati."

"Ya. Saya baru saja akan pergi.”

"Mati mati mati mati mati mati."

“Ah, maaf. Saya baru saja bangun, jadi…”

“MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI …”

"Ah, aku baik-baik saja kok, terima kasih."

Aku segera membanting telepon itu, bahkan mencabut kabelnya dari dinding. Aku berteriak hingga tenggorokanku serak. Apa-apaan ini? Apa yang barusan terjadi?

Aku meraih majalah itu untuk mencari iklan itu dengan tangan gemetar. Ada yang tidak beres.

Majalah berkerut dan terlihat sudah tua, meskipun sehari sebelumnya baik-baik saja. Bahkan, majalah itu mungkin sudah berumur beberapa puluh tahun lalu. Aku kan mencari pekerjaan dari majalah ini kemarin, untuk apa aku memiliki majalah setua ini?

Kemudian aku menemukannya.

Halaman iklan itu tertutup lipatan dan menguning, tampak tua dan pudar. Sebuah foto ryokan yang terbakar terlihat di halaman itu.

Sebuah artikel ditulis di samping foto itu. 30 mati. Dapur terbakar. Mayat hangus  yang mereka duga sebagai pemiliknya ditemukan di dapur, jadi mereka menduga kebakaran itu terjadi saat dia sedang memasak. Pelanggan tak mampu melarikan diri, jadi mereka juga terbakar sampai mati.

Apa? Ini bukan iklan pekerjaan... Aku duduk diam. Angin meniup halaman-halaman majalah itu. Lelah, aku meletakkan batu di atasnya dan iapun berhenti.

Hujan di luar merintik. Aku diselimuti keheningan.

Kemudian tiba-tiba telepon berdering.

SUMBER: KOWABANA

 

SUPER THANKS BUAT KARYAKARSA'ERS YANG SANGAT SPECIAL INI:

Junwesdy Sinaga 

K Margaretha 

Radinda dan Ananda Nur Fathur Rohman Prast 

JUGA UCAPAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA KARYAKARSA-ERS UNTUK DUKUNGANNYA DI BULAN DESEMBER INI:

Rahmayanisma, Sean Noyoucannot, Noval Fadil, Muhammad Aidil Fajri, Dyah Ayu Andita Kumala, Sharnila Ilha, Dinda Laraswati Kharismariyadi, Rose, Victria Tan, Maulii Za, Syahfitri, Cacing Caripit, Rio Ali Adithia, Sekar Tandjoeng, Steven Alexandro, Yoonji Min, Dennis Bramasta, Popy Saputri, Rio Ali Adithia 


 

7 comments:

  1. hhahah.. bagus yang ini.
    suka banget ama tipe horor yang punya punchline diakhir (punchline kan di komedi yak? gak tau dah apa istilahnya di horor) pokoknya cerita-cerita yang 'serem-ultimate'nya ada di akhir.

    ReplyDelete
  2. Gimana gimana... Kan kabel telfonnya udah dicabut kok telfonnya bunyi

    ReplyDelete
  3. Ngapa mendadak jadi tua pas mau berangkat? 🤔

    ReplyDelete
  4. ternyata itu dari Ibu Kos, nagih uang sewa

    ReplyDelete
  5. Punchline-nya udah ketebak sih, tapi cukup suka dengan tensi cerita ketika orangnya mulai sakit-sakitan pas mau berangkat ke KEMATIANNYA.

    ReplyDelete
  6. Hadehh.. kasian pengangguran lagi nyari kerjaan sempet-sempetnya dikerjain sama Setan. 😂


    -Bulz-

    ReplyDelete
  7. Njirr itu siapa yg nelpon? Kan kabel telponnya udh dicabut td, kok bisa ada panggilan? 👀
    Ibu" yg nyeret ke peron td jg keknya cenayang ya?

    ReplyDelete