Judul Asli: “Ryokan Job Offer”
SUMBER GAMBAR: UNSPLASH |
Ini semua terjadi tepat dua tahun yang lalu. Aku sedang sibuk mencari pekerjaan. Hari-hari terasa panas selama libur musim panas dan keringatku bercucuran saat aku menelepon tentang pekerjaan. Tapi, untuk beberapa alasan, tidak ada pekerjaan apapun. Huh, selama liburan musim panas ini tentu saja aku banyak saingan karena banyak yang mencari pekerjaan juga. Aku menjatuhkan diri ke lantai, lelah, dan menggumamkan kata-kata makian dengan kesal saat aku membolak-balik halaman iklan pekerjaan di sebuah majalah.
Benar-benar sialan … Masa mereka
lebih memilih anak-anak SMA yang kerja paruh waktu ketimbang pengangguran yang
benar-benar membutuhkan pekerjaan seperti aku? Untuk menghemat uang, aku tidak
menggunakan listrik di siang hari (termasuk AC). Cahaya dari matahari terbenam
yang sepertinya tidak mau turun mengalir ke kamarku meninggalkan jejak
remang-remang. Bingkai kaca jendela membentuk bayangan seperti salib di lantai.
Di kejauhan, sebuah kereta api bergemuruh, seolah tak peduli dengan masalahku.
Ketika aku memejamkan mata, aku bisa
mencium bau masakan dari kamar apartemen lain. "Mereka masak enak, eh aku
tiap hari makan mie instant." Aku menyeret tubuhku yang lesu dan pergi
untuk meletakkan majalah itu. Tiba-tiba, ada sesuatu yang menarik mataku.
Ada iklan untuk pekerjaan di sebuah
ryokan (ryokan adalah hotel tradisional yang menawarkan pemandian air panas). Wah
sempurna, bekerja di sana pasti terasa seperti liburan. Pekerjaan itu hanya
untuk musim panas dan bayarannya juga tidak terlalu bagus, tapi… paling tidak
mereka menyediakan tempat untuk tidur dan makanan, jadi lowongan itu sangat
menarik perhatianku.
Di sini aku tidak makan apa-apa
selain mie instan. Di sana, aku bisa makan masakan sungguhan. Belum lagi pasti
nikmat jika di sela-sela pekerjaan aku bisa berendam di pemandian air panas.
Aku segera menelepon nomor yang tertera di sana.
“Terima
kasih sudah menelepon, ini OO ryokan.” aku singkat saja inisial namanya
sebagai OO.
“Halo. Saya melihat iklan lowongan
pekerjaan Anda. Apakah Anda masih mencari orang?”
“Oh,
tolong tunggu sebentar!”
Suaranya terdengar seperti wanita
muda. Aku mendengar suara laki-laki bernada rendah di ujung sana, mungkin
pemilik ryokan, saat mereka berbisik. Jantungku berdebar kencang di dadaku, sampai-sampai
aku mendapati diriku duduk tegak dengan sopan sementara aku menunggu,
seolah-olah aku berada di depan mereka di sana. Akhirnya seseorang kembali ke
telepon. Namun suaranya berbeda.
"Halo?
Anda tertarik dengan pekerjaan itu?”
"Ya. Saya melihat Anda sedang
mencari pekerja. Saya ingin bekerja jika posisi itu masih ada.”
"Terima kasih. Kami ingin Anda di
sini. Kapan Anda bisa mulai?”
Wah, secepat ini? Batinku girang.
“Kapan saja!” jawabku.
“Baiklah,
bagaimana kalau besok? Maaf, siapa nama Anda?”
“Kamio.”
“Kamio-kun,
ya? Kami tidak sabar untuk segera bertemu dengan Anda…”
Semuanya berjalan lancar. Betapa
beruntungnya! Aku selalu merekam panggilan aku sehingga aku tidak lupa apa yang
dikatakan. Aku memutar panggilan kembali dan mencatat bagian-bagian penting. Aku
akan tinggal di sana selama itu, jadi aku memastikan untuk mencatat alamatnya
baik-baik. Ada foto hitam putih penginapan itu di iklan majalah. Lokasinya
tampak nyaman dan dikelilingi oleh alam.
Setelah mendapat pekerjaan aku
merasa amat lega. Tapi ada yang aneh. Aku bersenandung sambil membuat mie instantku..
Matahari telah menghilang dan angin hangat dan lembab bertiup di jendela yang
terbuka. Sambil menyeruput mieku, aku tiba-tiba menyadari apa yang salah.
Pekerjaan itu amat bagus, aku bisa menghemat
uang dan juga liburan pada saat yang bersamaan (pekerjaan di sana nggak mungkin
seberat itu kan?). Ditambah lagi ada seorang gadis bekerja di sana(apa dia
cantik?). Itu adalah ryokan, jadi pasti tempatnya sangat indah. Tapi, ada yang
aneh. Kaca jendelaku memantulkan wajahku seperti sebuah cermin..
Untuk beberapa alasan, aku tidak
senang sama sekali melihat wajahku. Aku tidak tahu mengapa, tetapi aku
benar-benar merasa depresi. Wajah yang menatapku kembali di jendela terasa tak
bernyawa dan tua.
Keesokan harinya, aku bangun dengan
sakit kepala yang hebat. Apakah aku sakit? Aku terhuyung-huyung ke kamar mandi
untuk menyikat gigi. Gusiku berdarah. Aku melihat ke cermin dan terkejut. Ada
kantong besar di bawah mataku dan kulit aku begitu pucat. Aku terlihat seperti
hantu.
Aku harus menolak pekerjaan itu,
pikirku, tapi aku sudah mengemasi semuanya pada malam sebelumnya. Tapi… aku
tidak ingin pergi. Kemudian telepon berdering.
“Selamat
pagi, ini saya dari OO ryokan. Apakah ini Kamio-san?”
"Ya. Saya baru saja akan
pergi.”
"Baik.
Apa Anda baik baik saja? Maafkan saya, tapi Anda terdengar sedikit ... "
“Ah, maaf. Saya baru saja bangun,
jadi…”
“Jangan
terlalu memaksakan diri. Sesampainya di sini, jangan ragu untuk menggunakan
sumber mata air panas kami terlebih dahulu. Ini hari pertama Anda, jadi silakan
luangkan waktu Anda untuk mengenal tempat ini. Lagipula, kami tidak terlalu
sibuk.”
"Ah, saya baik-baik saja kok,
terima kasih."
Aku menutup telepon dan bersiap
untuk pergi. Akan tetapi, segera setelah aku menutup telepon, aku diliputi
perasaan menggigil. Kepalaku pusing saat aku membuka pintu.
“Aku… aku harus pergi ke ryokan …”
Aku terhuyung-huyung menuju stasiun,
sehingga orang-orang menoleh ke arahku ketika aku lewat.
Tak lama kemudian, hujan mulai
turun. Aku tidak membawa payung, jadi pada saat aku sampai di stasiun aku sudah
basah kuyup. Batuk-batuk yang menyakitkan ini menyiksa tubuhku.
“…Aku tidak mau pergi…”
Aku akhirnya sampai di stasiun,
basah kuyup, dan membeli tiket. Ketika aku melihat tanganku sendiri, aku
terkejut. Aku basah karena hujan, tapi tanganku terlihat kering dan kulitnya
seperti pecah-pecah. Melihat pantulan wajahku di pos penjualan tiket, wajahku
juga tampak keriput, seperti orang tua.
“Apakah ada sesuatu yang buruk
menimpaku? Aku harap aku bisa sampai ke ryokan dengan selamat…”
Berpegangan pada teralis, aku
menyeret diri aku menaiki tangga. Aku mengambil banyak waktu istirahat di
sepanjang jalan. Aku punya waktu sampai kereta tiba. Aku ambruk di bangku dan
duduk di sana, berjuang untuk bernapas ...
Suaraku serak. Tangan dan kakiku
mati rasa. Kepalaku berdenyut-denyut dengan gelombang rasa sakit dan ketika aku
batuk, darah mendarat di kakiku. Aku menyeka mulutku dengan sapu tangan. Kain
itu tertutup darah.
Aku menatap peron melalui mata yang sayup.
“Aku harus… pergi ke ryokan…”
Akhirnya kereta menderu ke stasiun
dan pintupun terbuka. Aku melihat orang-orang naik dan turun lalu berusaha
bangkit dari bangku. Punggungku kesakitan. Aku terhuyung-huyung menuju pintu.
Seluruh tubuhku sakit. Tapi aku harus naik kereta …
Ketika aku sampai di pintu, seorang
wanita tua tiba-tiba bergegas ke arahku. Ia mendorongku keluar dari kereta. Saking
kasarnya, serasa dia sedang menyerangku. Aku bahkan mulai berkelahi dengannya
di peron. Memang terdengar sedikit menyedihkan, tapi dengan kondisiku sekarang,
aku bukan tandingann ibu-ibu itu dan dengan mudah ia menyeretku kembali peron.
"Lepaskan! Jangan ganggu aku!
Aku harus naik kereta!”
"Mengapa? Mengapa?" dia menjepitku
ke tanah dan memelototiku.
“Aku… aku harus pergi ke ryokan!”
Akhirnya seorang petugas stasiun
datang berlari dan menariknya pergi. Kereta sudah pergi. Aku tidak bisa
berdiri, jadi aku duduk di tengah kerumunan orang banyak. Wanita tua itu
menarik napas, dan akhirnya berbicara.
“Kamu ditarik ke sana. Hampir saja.”
Lalu dia pergi.
Petugas stasiun menanyakan beberapa
pertanyaan lalu membiarkan aku pergi. Aku meninggalkan stasiun untuk kembali ke
rumah. Ketika aku melakukannya, aku tiba-tiba merasa lebih baik dan kondisiku
kembali normal. Aku melihat ke cermin dan kulitku terlihat lebih baik juga.
Betapa anehnya.
Aku meletakkan barang-barangku
ketika sampai di rumah dan memutuskan untuk merokok. Setelah istirahat sejenak,
aku memutuskan untuk menelepon ryokan dan memberi tahu mereka bahwa aku tidak
bisa pergi. Ketika aku menelepon, sebuah suara tanpa emosi menjawab.
"Nomor
telepon ini sudah tidak digunakan."
Aku mencoba lagi.
"Nomor
telepon ini sudah tidak digunakan."
Aku bingung. Nomor itu baru saja
meneleponku pagi ini. Betapa anehnya. Kemudian aku ingat rekaman yang aku buat kemarin.
Aku mulai memutarnya.
Telepon berdering dan kemudian
diangkat.
“Terima
kasih sudah menelepon, ini OO ryokan”
Rasa dingin menjalari tubuhku. Aku yakin
aku ingat berbicara dengan seorang wanita, tetapi suara di rekaman itu adalah
suara seorang pria.
“Halo.
Saya melihat iklan lowongan pekerjaan Anda. Apakah Anda masih mencari orang?”
“Oh, tolong tunggu sebentar.”
Ada suara bising di latar belakang. Kemudian
aku juga merasa mendengar sesuatu. Jadi aku memutar ulang kembali.
“Oh,
tolong tunggu sebentar… … di… … ku…”
Aku kembali memutar ulang.
“…
ngin… beku…”
Aku memutar ulang.
“Sangat
dingin… aku akan membeku…”
Itu adalah suara anak-anak. Bukan
hanya itu, tapi aku bisa mendengar suara banyak orang di latar belakang sedang mengerang
kesakitan. Keringat menetes dari dahiku. Aku melompat mundur dari telepon itu.
Rekaman itu berlanjut.
"Terima kasih. Kami ingin Anda di
sini. Kapan Anda bisa mulai?”
"Kapan saja."
Aku ingat percakapan ini, tetapi lagi-lagi
ini bukan suara yang kudengar. Aku telah berbicara dengan seorang pria,
sedangkan suara ini adalah suara orang tua.
“Kamio-kun,
ya? Kami tidak sabar untuk segera bertemu dengan Anda…”
Kemudian panggilan berakhir. Aku
berkeringat dingin dan hujan mulai turun di luar. Aku tidak bisa bergerak, mematung
di tempat, tetapi akhirnya aku mulai tenang. Kemudian, rekaman dimulai lagi.
Itu adalah telepon dari pagi ini, tapi hanya aku yang berbicara…
"Mati
mati mati mati mati."
"Ya. Saya baru saja akan
pergi.”
"Mati
mati mati mati mati mati."
“Ah, maaf. Saya baru saja bangun,
jadi…”
“MATI
MATI MATI MATI MATI MATI MATI …”
"Ah, aku baik-baik saja kok, terima
kasih."
Aku segera membanting telepon itu,
bahkan mencabut kabelnya dari dinding. Aku berteriak hingga tenggorokanku
serak. Apa-apaan ini? Apa yang barusan terjadi?
Aku meraih majalah itu untuk mencari
iklan itu dengan tangan gemetar. Ada yang tidak beres.
Majalah berkerut dan terlihat sudah
tua, meskipun sehari sebelumnya baik-baik saja. Bahkan, majalah itu mungkin
sudah berumur beberapa puluh tahun lalu. Aku kan mencari pekerjaan dari majalah
ini kemarin, untuk apa aku memiliki majalah setua ini?
Kemudian aku menemukannya.
Halaman iklan itu tertutup lipatan
dan menguning, tampak tua dan pudar. Sebuah foto ryokan yang terbakar terlihat
di halaman itu.
Sebuah artikel ditulis di samping
foto itu. 30 mati. Dapur terbakar. Mayat hangus yang mereka duga sebagai pemiliknya ditemukan
di dapur, jadi mereka menduga kebakaran itu terjadi saat dia sedang memasak.
Pelanggan tak mampu melarikan diri, jadi mereka juga terbakar sampai mati.
Apa? Ini bukan iklan pekerjaan...
Aku duduk diam. Angin meniup halaman-halaman majalah itu. Lelah, aku meletakkan
batu di atasnya dan iapun berhenti.
Hujan di luar merintik. Aku diselimuti
keheningan.
Kemudian tiba-tiba telepon berdering.
SUMBER: KOWABANA
SUPER THANKS BUAT KARYAKARSA'ERS YANG SANGAT SPECIAL INI:
Junwesdy Sinaga
K Margaretha
Radinda dan Ananda Nur Fathur Rohman Prast
JUGA UCAPAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA KARYAKARSA-ERS UNTUK DUKUNGANNYA DI BULAN DESEMBER INI:
Rahmayanisma, Sean Noyoucannot, Noval Fadil, Muhammad Aidil Fajri, Dyah Ayu Andita Kumala, Sharnila Ilha, Dinda Laraswati Kharismariyadi, Rose, Victria Tan, Maulii Za, Syahfitri, Cacing Caripit, Rio Ali Adithia, Sekar Tandjoeng, Steven Alexandro, Yoonji Min, Dennis Bramasta, Popy Saputri, Rio Ali Adithia
hhahah.. bagus yang ini.
ReplyDeletesuka banget ama tipe horor yang punya punchline diakhir (punchline kan di komedi yak? gak tau dah apa istilahnya di horor) pokoknya cerita-cerita yang 'serem-ultimate'nya ada di akhir.
Gimana gimana... Kan kabel telfonnya udah dicabut kok telfonnya bunyi
ReplyDeleteNgapa mendadak jadi tua pas mau berangkat? 🤔
ReplyDeleteternyata itu dari Ibu Kos, nagih uang sewa
ReplyDeletePunchline-nya udah ketebak sih, tapi cukup suka dengan tensi cerita ketika orangnya mulai sakit-sakitan pas mau berangkat ke KEMATIANNYA.
ReplyDeleteHadehh.. kasian pengangguran lagi nyari kerjaan sempet-sempetnya dikerjain sama Setan. 😂
ReplyDelete-Bulz-
Njirr itu siapa yg nelpon? Kan kabel telponnya udh dicabut td, kok bisa ada panggilan? 👀
ReplyDeleteIbu" yg nyeret ke peron td jg keknya cenayang ya?