Saturday, December 25, 2021

JAPANESE DARK URBAN LEGEND #8: MALAM AKAN DATANG

Judul Asli: “Night Is Coming”

SUMBER GAMBAR: UNSPLASH


Aku adalah seorang mahasiswa semester tiga di sebuah universitas. Pada bulan Oktober tahun ini aku pindah ke apartemenku yang sekarang. Apartemen lamaku harus dirobohkan karena perluasan jalan. Mereka memberi tahu aku jauh-jauh hari, jadi sekitar bulan Agustus aku mulai mencari tempat tinggal baru.

Aku mengunjungi berbagai kantor real estate dan menemukan satu tempat yang tampak luar biasa. Lokasinya lebih dekat ke kampusku ketimbang yang terakhir. Lumayan, karena lokasinya cukup dekat, aku jadi bisa menghemat ongkos transportasi. dijangkau tanpa menggunakan kereta api, Ditambah lagi, sewanya lebih murah ketimbang apartemenku yang lama. Keheranan, ketika aku melihat tempat itu, aku bertanya pada agen real estate yang mengajakku berkeliling, “Apakah ada alasan khusus mengapa tempat ini begitu murah?”

Dia tampak enggan sejenak sebelum akhirnya mengajakku pergi ke luar ke belakang apartemen itu. Ada kuburan di sana. Pemakaman itu dikelilingi oleh pagar besar, jadi kalian tidak bisa melihatnya dari luar.

Rupanya karena pemakaman inilah harga sewanya lebih murah, kata agen real estate itu. Tapi itu tidak terlalu menggangguku. Maksudku, apartemen kosong itu ada di ujung lantai dua dan aku bahkan tidak bisa melihat kuburan itu dari jendela. Lagian, tanggal dimana aku harus keluar semakin dekat, jadi aku memutuskan untuk mengambilnya.

Ketika dia menunjukkan dapurnya, aku melihat sebuah kotak logam merah di atas kompor, tepat di samping kipas ventilasi. Letaknya sekitar 10 sentimeter di bawah langit-langit, pada ketinggian yang tidak bisa dijangkau seseorang bahkan dengan memanjat kursi sekalipun.

"Apa itu?" aku bertanya.

“Oh, itu detektor gas,” jawab agen itu. benda itu memang memiliki lampu berkedip kecil di tengah, jadi penjelasan itu masuk akal. Pada saat itu aku tak begitu ambil pikir, tetapi melihat ke belakang sekarang, rasanya aneh bahwa warnanya merah.

Singkat kata, akupun pindah. Aku tidak punya banyak barang, jadi aku meminta salah satu teman kampusku untuk membantuku pindahan daripada menyewa pick up dan jasa pindahan.

Malam itu aku membelikannya pizza sebagai ucapan terima kasih dan kamipun minum sake di apartemen baruku.

“Ada sesuatu tentang tempat ini… ” katanya tiba-tiba.

"Apa maksudmu?"

“Jangan salah paham atau apa, tapi bukankah tempat ini terasa sedikit… gelap? ”

Sejujurnya, aku merasakan hal yang sama, tetapi aku pikir itu karena lampunya sudah tua. Itu adalah lampu neon jenis lama, jadi aku memutuskan untuk berbicara dengan pengurus apartemen untuk mengubahnya menjadi LED di beberapa titik.

Sebulan berlalu dengan damai. Lampunya kuno ternyata tidak bisa diganti ke LED, tapi ketika paling tidak lampunya menyala.

Kemudian bulan lalu, sekitar jam 8 malam, aku pulang dari pekerjaan paruh waktuku dan sedang memasak di dapur. Aku memang lebih suka memasak di rumah setiap hari untuk menghemat uang. Tiba-tiba sedikit minyak panas melompat dari wajan dan mengenai wajahku. Aku menabrak dinding karena terkejut. Suara sirene mulai berbunyi di atas kepalaku. Ketika aku melihat ke atas, lampu detektor gas berkedip-kedip.

Aku panik dan dengan cepat mematikan kompor, tetapi aku tidak mencium bau gas. Mungkin alat itu menyala tiba-tiba karena aku menabrak dinding, pikirku, dan akupun mengambil kursi dari ruang tamu untuk memeriksanya. Namun saat aku kembali, alarm itu sudah berhenti berkedip.

Sekitar dua minggu setelah itu, aku pulang larut malam, sekitar jam 11 malam. Aku mengambil minuman dari lemari es dan kemudian teleponku berdering. Telepon itu dari ibuku.

“Halo, Ma? Kenapa Mama meneleponku selarut ini?” biasanya ibuku sudah tidur jam segini.

"Papamu sedang tidak enak badan." katanya dengan suara riang seperti biasanya.

"Hah? Apa yang Mama bicarakan?"

Ayahku telah meninggal empat tahun sebelumnya. Apa yang ibuku bicarakan? Ibuku kini tinggal bersama kakak laki-lakiku dan keluarganya.

Setelah keheningan singkat, dia akhirnya berbicara. “ … Apakah kamu juga mati lampu di sana?”

“Apa yang Mama bicarakan? Apakah di sana sedang mati lampu?” mungkin itulah penyebab ibuku terbangun malam-malam.

“Jika listrik di tempatmu sudah mati … berarti malam akan datang. "Kemudian dia menutup telepon. Saat itu juga, lampu di kamarku padam.

“Hah? Apa yang…? Kok benar-benar mati lampu? ”

Detektor gas mulai berdering. Lampu merah menyala mati, menerangi langit-langit.

"Sial, apa yang harus kulakukan?"

Aku berjalan ke dapur dalam kegelapan, tapi gasnya tidak menyala. Pikiran pertamaku adalah bahwa aku harus menghentikannya entah bagaimana, tetapi ketika aku sedang bingung akan apa yang harus kulakukan, suara dan kedipan lampu itu berhenti dan aku tiba-tiba terjebak dalam kegelapan pekat.

Aku membuka tirai. Aku seharusnya bisa melihat lampu jalan di bawah, tetapi mereka juga mati, yang berarti seluruh area mengalami pemadaman. Tapi tidak ada gempa bumi dan yang jelas tidak ada hujan dan angin ribut. Bagaimanapun, tidak ada yang bisa aku lakukan, jadi aku meraba-raba mejaku dan mengeluarkan senter. Aku menyalakannya dan untuk sesaat lampu senter itu menyala sebelum akhirnya padam juga dan melemparkan aku kembali ke dalam kegelapan.

Hebat, baterainya habis dalam waktu yang sangat tidak tepat.

Aku membuka pintu depan dan keluar ke koridor. Sepertinya seluruh kota mengalami pemadaman listrik.

"Oh ya, coba tetangga sebelah!” Aku memperkenalkan diri kepada tetanggaku ketika aku pertama kali pindah, mereka adalah mahasiswa dari kampus yang sama. Aku menekan bel pintu, tapi tidak ada suara. Ah, dasar bodoh, pikirku, pasti belnya ikut mati juga kan? Akupun kemudian mengetuk pintu sebagai gantinya.

Pintu terbuka sedikit dan sebuah suara memanggil, "Siapa itu?"

"Saya Yamao dari kamar sebelah," kataku.

Aku mendengar kunci rantai dilepas dan kemudian pintu terbuka.

"Maaf, listrik tiba-tiba padam, jadi saya ingin tahu apakah Anda tahu apa yang sedang terjadi?"

"Masuklah."

Ruangan itu diterangi cahaya oranye. Sebuah lilin berkedip-kedip di atas meja TV.

“Wah, Anda sudah persiapan rupanya. Senter saya bahkan tidak bekerja hahaha. Apakah Anda tahu mengapa listrik padam? Apa ini sering terjadi di sini?”

“ …Karena malam akan datang.”

"Hah? Maksud Anda apa?"

"Coba lihatlah, ayo ke sini."

Dia menggeser tirainya dan aku melihat ke luar. Kuburan, yang tidak bisa kulihat dari apartemenku, bersinar dengan warna pucat dan tampak penuh dengan orang.

"A-apa itu?"

“Orang mati akan keluar. Karena malam akan datang.”

"Hah?"

Aku tiba-tiba menjadi sangat takut. Dalam cahaya lilin, tetanggaku tampak seperti orang yang sama sekali berbeda.

Ya, dia bukan mahasiswa yang kukenal tinggal di sini. Dia orang lain, pria yang lebih tua.

"Sa-saya akan pulang sekarang …" kataku dan akupun berlari keluar kamar. Tentu saja, saat itu masih gelap gulita. Ponselku tiba-tiba berdering lagi. Lagi-lagi itu dari ibuku.

“Ma, di sini juga mati listrik! Apa yang sedang terjadi?"

“Sudah kubilang, malam akan datang. Papamu akan segera datang.”

Aku melemparkan telepon ku, mengunci pintu depan, dan langsung meringkuk di atas tempat tidur. Aku menarik selimut ke atas kepalaku dan kemudian sesuatu mulai menggedor pintu depanku.

“Tok … tok … tok …”

Ketukan itu segera berubah menjadi suara tendangan.

“BRAK! BRAK! BRAK!”

Aku berdiam di bawah selimut sambil bergisik dan tak lama kemudia,  suara-suara itu berhenti. Aku sama sekali tidak mau keluar dari bawah selimut dan segera terlelap tidur.

Ketika aku bangun, sepertinya sudah pagi. Ya, di luar cerah. Sudah lewat jam 9 pagi, tapi aku tidak ada kelas sampai sore nanti.

Aku mengangkat teleponku. Tidak ada history panggilan dari ibuku, seakan-akan beliau tak pernah meneleponku malam itu. Listrik juga sudah kembali menyala. Aku ketakutan, tetapi aku pergi ke kamar sebelah dan membunyikan bel pintu lagi.

"Pagi!" tetangga aku menyapa dengan heran.

"Apakah ada pemadaman listrik tadi malam?"

"Aku tidak tahu, aku tidak melihat apa-apa." katanya. Mendengar nadanya, sepertinya dia juga tidak tahu bahwa aku pergi ke apartemennya tadi malam. Aku memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa.

Itu pasti mimpi. Ketika aku sampai di rumah malam sebelumnya, hari sudah larut, dan aku pasti langsung tertidur. Lalu aku memimpikan semuanya.

Itulah satu-satunya cara aku bisa menjelaskannya. Untuk jaga-jaga, aku menelepon ibuku.

"Lho ada apa Sayang, tumben menelepon Mama pagi-pagi begini?" beliau berkata.

"Apakah Mama meneleponku tadi malam?"

"Tidak kok."

Yang tersisa hanyalah detektor gas. Aku melihat kotak itu sekilas. Ada empat sekrup menahan kotak logam pada tempatnya. Aku tidak bisa melakukan apa-apa pada saat itu, tetapi dalam perjalanan pulang kuliahl, aku membeli obeng. Ketika aku kembali, aku membukanya.

Di dalamnya ada satu saklar besar, seperti sekring. Letaknya ada di posisi atas. Di bawahnya ada secarik kertas putih dengan tulisan "malam" di atasnya.

Kertas itu adalah ofuda, semacam kertas mantra.

Aku mencoba menelepon pengelola apartemen tetapi tidak ada jawaban, jadi aku menelepon pria dari kantor real estate sebagai gantinya. Aku memberi tahu mereka bahwa aku ingin membatalkan kontrakku. Ketika mereka bertanya mengapa, aku menjawab, “Aku melihat ke dalam kotak detektor gas.”

“Oh, begitu.” Jawabnya santai, seolah-olah dia sudah tahu apa alasanku, “Kalau begitu kami akan membatalkan kontrak Anda untuk Anda. Sudahkah Anda memutuskan apartemen Anda berikutnya? Jika belum, kami punya list apartemen-apartemen murah lainnya, tapi yah tentu, selalu ada yang harus Anda hadapi jika Anda menginginkan harga semurah itu …”

Aku sangat marah sehingga aku menutup telepon.

SUMBER: KOWABANA


SUPER THANKS BUAT KARYAKARSA'ERS YANG SANGAT SPECIAL INI:

Junwesdy Sinaga 

K Margaretha 

Radinda dan Ananda Nur Fathur Rohman Prast 

JUGA UCAPAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA KARYAKARSA-ERS UNTUK DUKUNGANNYA DI BULAN DESEMBER INI:

Rahmayanisma, Sean Noyoucannot, Noval Fadil, Muhammad Aidil Fajri, Dyah Ayu Andita Kumala, Sharnila Ilha, Dinda Laraswati Kharismariyadi, Rose, Victria Tan, Maulii Za, Syahfitri, Cacing Caripit, Rio Ali Adithia, Sekar Tandjoeng, Steven Alexandro, Yoonji Min, Dennis Bramasta, Popy Saputri, Rio Ali Adithia 


3 comments:

  1. Replies
    1. Kalau aku nangkepnya emang itu agen real estate juga tau ada konsekuensi semacam itu di apartemen yg ditinggali sementara ini, dan mungkin bangunnya orang mati itu memang suatu tradisi di sana yang cuma bisa dialami oleh yg kamarnya ada 'detektor gas'. Cmiiw.

      Delete
  2. kayaknya ada yg gantung ya? kayak dalam proses translasinya ada yg kurang. "malam" ga di jelaskan secara detail, apakah saat dimana yg hidup akan mati dan yg mati akan hidup atau alat tersebut adalah detektor untuk "malam" itu

    ReplyDelete